Jumat, 24 Mei 2013

KISAH PERTOBATAN ANAK PUNK


Nama aslinya Darmaputra tapi ia dikenal dengan nama Ambon. Sejak kecil ia mengaku tidak pernah berpegang pada satu agama yang jelas. Orangtuanya yang beragama Hindu tidak menekankan anak-anaknya untuk mengikuti keyakinan mereka. Karena itu pula Ambon kecil terkadang juga ikut dalam ritual agama lain. Yang dia kenang, saat tetangganya merayakan Paskah, ia pun ikut. Ia juga cukup sering pergi ke Gereja.
Ambon kecil pun menjelma anak nakal. Mirisnya, kenakalannya berbeda dari kenakalan anak-anak pada umumnya. Sejak SD ia sudah mengenal narkoba. Ia bahkan sempat menjadi bandar. Beranjak remaja ia masuk makin dalam ke lembah hitam.
Pada masa-masa ini ayah Ambon menjadi mualaf dengan memeluk Islam. Ambon kemudian diajarkan mengenai Islam dan dimasukkan ke pesantren. Di sini kelakukan Ambon justru menjadi-jadi ia seperti mendapat kebebasan dan makin sering mengkonsumsi narkoba sampai akhirnya dia kabur dari pesantren.
 “Kalau minuman bawaannya emosi, kalau ganja bawaannya lucu, ngobrol sama orang bawaannya mau ketawa terus, lucu nggak lucu. Kalau pake obat pikirannya kotor, kalau putaw, khayalannya tinggi, ngefly, pikiran enak. Kalau Sabu lain lagi, seperti ada spirit. Makanya kalau begadang pakai sabu, tiga hari nggak tidur juga kuat,” ujar Ambon menggambarkan petualangnya dengan narkoba kepada Hidayah.
Dalam kondisi demikian, dengan susah payah, Ambon berhasil menamatkan SMU di Bojong Gede sekitar tahun 2003. Begitu lulus, orangtua Ambon memasukkannya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Ia menurut walaupun sebenarnya ia ingin masuk ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di masa ini Ambon sempat bekerja di sebuah stasiun TV dan mendapat gaji lumayan. Tapi lagi-lagi karena jiwanya labil ia hengkang dan memilih hidup bebas.

Punk to  Punk Muslim
Ambon pun masuk ke komunitas anak Punk. Menurut Ambon untuk masuk ke dalam komunitas tersebut tidak bisa sembarangan. Di era 90-an seluruh anggota Punk harus memiliki kartu anggota dan itu ada harganya. Calon anggota akan melewati perpeloncoan dari anggota lama.
Ambon mengaku, sempat sewaktu dirinya mau bergabung dengan Punk Kelapa Gading ia diharuskan makan sampah. Karena pada prinsipnya, di punk tidak boleh memikirkan soal makan atau tidak, atau nanti makan apa. Begitu juga tidur. Sebagai remaja yang mengusung kebebasan, ia tidak ambil pusing akan tidur dimana.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, rasa bosan dengan ritual hidup mulai menghinggapi hari-hari Ambon. Ia kemudian bertemu seniman jalanan, Budi  Khaeroni, mengantarnya pada pintu pertobatan sekaligus pencarian jati diri yang sempat hilang.
            Di bawah pengawasan Budi, banyak anak jalanan mulai diarahkan pada spiritualitas. Lahirlah kemudian Punk Muslim. Label Punk Muslim serta merta merubah segala tata laku yang ada dalam komunitas punk. Perubahan tersebut bukan main berat. Mereka harus meninggalkan narkoba serta kebiasaan buruk lainnya.
"Karena pada dasarnya saya suka sesuatu yang gambling, saya ingin menjawab tantangan untuk berubah. Dengan berbekal keyakinan dan tak mau menyerah inilah hati saya kembali nyaman," kata Ambon.
Sejak itu pula, adrenalin Ambon dalam mengeksplorasi musik semakin dalam dan mendalam. Ia lebih tekun mendalami musik. Karena berlabel Punk Muslim Ambon membuat lirik lagu bernuansa Islami. Ini tentu menjadi fenomena tersendiri di dunia Punk. “Kami sempat kesulitan mencari vokalis, sebab banyak yang mengaku tak kuat membawakan lagu-lagu Punk Muslim,” ujar Ambon sambil tersennyum.
 Ada kejadian unik pada pada bulan-bulan pertama kemunculan Punk Muslim.Sehabis mentas, semua personil Punk Muslim jatuh sakit. Namun rupanya itulah titik balik mereka menuju perubahan. Sejak itu, komitmen mengkaji Islam lebih dalam mulai tumbuh.
"Kini tujuan saya cuma minta keselamatan di akhirat nanti. Bagaimana caranya jalan di shiratal mustaqim bisa ngebut..." harapnya. [ ]
 Gambar sekedar ilustrasi diambil dari commons.wikimedia.org
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar