Sabtu, 07 Desember 2013

Bukik Barisan



VivaNews. Bukit Barisan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Minangkabau di Sumatera Barat. Mereka hidup di sela-sela pegunungan itu, besar bersama legenda dan mitos mengenainya.

Ada sejumlah legenda yang berkaitan dengan Bukit Barisan ini. Kisah-kisah ini diceritakan turun-temurun secara lisan, ada juga yang dituliskan dalam tambo yaitu semacam babad di tanah Jawa. Apa saja legenda-legenda itu?

1. Legenda Asal-usul Minangkabau
Tambo Alam Minangkabau menceritakan negeri pertama di Minangkabau adalah Nagari Pariangan yang terletak di kaki Gunung Merapi, salah satu gunung api di Pegunungan Bukit Barisan. Ada banyak versi soal nenek moyang pertama ini.

Salah satu versi tambo adalah, bahwa Nagari ini dibangun oleh Maharaja Diraja, putra dari Iskandar Zulkarnain atau Alexander the Great. Ketika bumi dilanda banjir besar, Maharaja Diraja ini berlayar sampai mendarat di Puncak Gunung Merapi. Saat banjir surut, Maharaja dan pengikutnya kemudian turun mencari daerah bermukim yang kini disebut Nagari Pariangan.

Dari Pariangan inilah, kebudayaan Minangkabau menyebar ke tiga penjuru. Ke sisi barat Gunung Merapi, ada Luhak Agam; ke sisi utara, Luhak 50 Koto dan sisi selatan, Luhak Tanah Datar.

William Marsden menulis dalam "The History of Sumatra" bahwa Sultan Minangkabau mengekalkan tambo itu dengan menyebutkan di surat resminya sebagai "Sultan Minangkabau yang berkedudukan di Pagaruyung, yang merupakan maharaja diraja, keturunan Raja Iskandar Zulkarnain."

Nagari Pariangan kini berstatus cagar budaya. Sebuah lembaga internasional bernama Budget Travel bahkan memasukkan nagari ini sebagai salah satu dari lima desa terindah di dunia. Selain kaya dengan cerita sejarah, Pariangan juga menyajikan kekayaan arsitektur rumah gadang dan keindahan alam.

2. Legenda Orang Pendek
Kisah penampakan Orang Pendek merupakan cerita khas dari Pegunungan Bukit Barisan, mulai dari ujung selatan di Lampung sampai ke ujung utara di Aceh. Ada sejumlah versi cerita mengenai penampakan Orang Pendek ini, namun secara umum menyebutkan mereka berperawakan seperti manusia, namun lebih pendek dan badan berbulu.

Di Aceh, Orang Pendek ini disebut sebagai Suku Mante. Di Melayu (Riau), mereka disebut Orang Lecoh. Di sekitar Gunung Kerinci, mereka disebut Orang Pendek dan Uhang Pandak.

Sejumlah peneliti bahkan memastikan Orang Pendek bukan sekadar legenda. Debbie Martyr, seorang peneliti Inggris, beberapa kali bertemu dengan Orang Pendek ini, memastikan mereka adalah primata yang belum terklasifikasi. Simak liputan khusus VIVAnews: 'Orang Pendek' Sumatera, Kera atau Manusia?

3. Legenda Orang Bunian
Kisah Orang Pendek di atas kerap bercampur baur dengan kisah Orang Bunian. Namun kisah Bunian ini lebih cenderung mitos karena berisi cerita-cerita tentang pemukiman masyarakat di Bukit Barisan. Mitos ini berkisah tentang makhluk yang seperti manusia, juga memiliki pemukiman, teknologi dan lain-lain ketika orang tersasar di tengah hutan di Bukit Barisan.

4. Legenda Bukit Tambun Tulang
Bukit Tambun Tulang ini juga kisah legenda yang bertempat di sekitar jalan yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang melintasi Bukit Barisan. Konon dulu kala, terdapat sebuah bukit yang penuh dengan tulang belulang manusia. Kisah ini menceritakan sulitnya orang dari pesisir untuk menuju pusat negeri Minangkabau, karena harus mendaki bukit, kemudian dirampok dan dibunuh di sebuah bukit yang dinamakan "Tambun Tulang". Namun sampai hari ini, belum ada penelitian arkeologi atau sejarah atas mitos ini.

Legenda Bukit Tambun Tulang ini kemudian banyak menjadi inspirasi kisah-kisah fiksi. Penulis Makmur Hendrik misalnya, menjadikan Bukit Tambun Tulang ini sebagai latar belakang novel "Giring-giring Perak". Kemudian Bastion Tito, pernah menulis salah satu seri novel Wiro Sableng berjudul "Banjir Darah di Tambun Tulang".

Cara Membuat Anti Virus Sendiri

Pertama kita harus mengerti bagaimana cara kerja sebuah AV sederhana, pada dasarnya sebuah software AV mempunyai komponen-komponen :

1. Engine scanner, ini merupakan komponen utama AV dalam mengenali sebuah pattern virus. Engine ini dapat dikelompokkan menjadi statis dan dinamis. Statis dalam hal ini dapat disebut menjadi spesifik terhadap pattern tertentu dari sebuah file virus. Checksum merupakan salah satu contoh dari engine statis ini. Dinamis dalam artian dia mengenali perilaku ‘umum’ sebuah virus. Heuristic menjadi salah satu contohnya.

2. Database definition, menjadi sebuah referensi dari sebuah pattern file virus. Engine statis sangat bergantung kepada komponen ini.

3. Decompress atau unpacking engine, khusus untuk pengecekan file-file yang terkompresi (*.rar, *.zip, dll) atau kompresi atau packing untuk file PE seperti UPX, MeW , dll.

Tidak jarang hasil dari pengecekan terhadap file suspect virus menghasilkan false-positive bahkan false-negative (– false-positive berarti file yang bersih dianggap thread oleh AV, dan false-negative berarti file yang 100% thread akan dianggap bersih). Semua itu dapat diakibatkan oleh ketidak-sempurnaan dari engine scanner itu sendiri. Misal pada contoh kasus Engine String scanner (–Engine scanner yang menyeleksi string-string dari file text-based), bila diterapkan rule 3 out of 5 (– bila AV menemukan 3 dari daftar 5 string kategori malicious) maka AV akan memberikan bahwa file terindikasi sebuah thread yang positif. Padahal file tsb nyatanya tidak menimbulkan efek berbahaya bila dijalankan atau dieksekusi. Kesalahan scanning macam ini lazim ditemukan untuk file-file *.VBS, *.HTML, dll. Untuk penggunaan engine checksum sangat banyak ditemui di beberapa software AV lokal.Checksum yang lazim digunakan diantaranya CRC16, CRC32, MD5, dll. Dikarenakan mudah untuk diimplementasikan. Engine ini sendiri bukannya tanpa cacat, Checksum bekerja dengan memproses byte demi byte dari sebuah file dengan sebuah algoritma tertenu (– tergantung dari jenis checksum yang digunakan) sehingga menghasilkan sebuah format tertentu dari file tsb. Contoh checksum menggunakan CRC32 dan MD5 :

* calCrc = CRC32(file_name_and_path)

* calMD5 = MD5(file_name_and_path)

Maka isi dari string calCrc adalah 7AF9E376,
sedangkan untuk MD5nya adalah 529CA8050A00180790CF88B63468826A. Perlu
diketahui bila virus menerapkan rutin yang mengubah byte tertentu dari
badan virus tsb setiap kali maka penggunaan engine checksum ini akan
kurang optimal karena bila 1 byte berubah dari file maka checksum juga
akan berubah.

Mari kita belajar membuat sebuah AV sederhana, yang diperlukan :

1. Software Visual Basic 6.0

2. Sedikit pemahaman akan pemograman Visual Basic 6.0

3. Sampel file bersih atau virus (– opsional)

First#

Sekarang kita akan belajar membuat sebuah rutin sederhana untuk :

- Memilih file yang akan dicek

- Membuka file tersebut dalam mode binary

- Memproses byte demi byte untuk menghasilkan Checksum

Buka MS-Visual Basic 6.0 anda, lalu buatlah sebuah
class module dan Form dengan menambahkan sebuah objek Textbox,
CommonDialog dan Command Button. (Objek CommonDialog dapat ditambahkan
dengan memilih Project -> COmponent atau Ctrl-T dan memilih
Microsoft Common Dialog Control 6.0) Ketikkan kode berikut pada class
module (kita beri nama class module tsb clsCrc) :

================= START HERE ====================

Private crcTable(0 To 255) As Long ‘crc32

Public Function CRC32(ByRef bArrayIn() As Byte, ByVal lLen As Long, Optional ByVal lcrc As Long = 0) As Long

‘bArrayIn adalah array byte dari file yang dibaca, lLen adalah ukuran atau size file

Dim lCurPos As Long ‘Current position untuk iterasi proses array bArrayIn

Dim lTemp As Long ‘variabel temp hasil perhitungan

If lLen = 0 Then Exit Function ‘keluar fungsi apabila ukuran file = 0

lTemp = lcrc Xor &HFFFFFFFF

For lCurPos = 0 To lLen

lTemp = (((lTemp And &HFFFFFF00) \\ &H100) And &HFFFFFF) Xor (crcTable((lTemp And 255) Xor bArrayIn(lCurPos)))

Next lCurPos

CRC32 = lTemp Xor &HFFFFFFFF

End Function

Private Function BuildTable() As Boolean

Dim i As Long, x As Long, crc As Long

Const Limit = &HEDB88320

For i = 0 To 255

crc = i

For x = 0 To 7

If crc And 1 Then

crc = (((crc And &HFFFFFFFE) \\ 2) And &H7FFFFFFF) Xor Limit

Else

crc = ((crc And &HFFFFFFFE) \\ 2) And &H7FFFFFFF

End If

Next x

crcTable(i) = crc

Next i

End Function

Private Sub Class_Initialize()

BuildTable

End Sub


================= END HERE ====================

Lalu ketikkan kode berikut dalam event Command1_Click :

================= START HERE ====================

Dim namaFileBuka As String, HasilCrc As String

Dim CCrc As New clsCrc ‘bikin objek baru dari class ClsCrc

Dim calCrc As Long

Dim tmp() As Byte ‘array buat file yang dibaca

Private Sub Command1_Click()

CommonDialog1.CancelError = True ‘error bila user mengklik cancel pada CommonDialog

CommonDialog1.DialogTitle = “Baca File” ‘Caption commondialog

On Error GoTo erorhandle ‘label error handle

CommonDialog1.ShowOpen

namafilbuka = CommonDialog1.FileName

Open namafilbuka For Binary Access Read As #1 ‘buka file yang dipilih dengan akses baca pada mode binary

ReDim tmp(LOF(1) – 1) As Byte ‘deklarasi ulang untuk array, # Bugs Fixed #

Get #1, , tmp()

Close #1

calCrc = UBound(tmp) ‘mengambil ukuran file dari array

calCrc = CCrc.CRC32(tmp, calCrc) ‘hitung CRC

HasilCrc = Hex(calCrc) ‘diubah ke format hexadesimal, karena hasil perhitungan dari class CRC masih berupa numeric

Text1.Text = HasilCrc ‘tampilkan hasilnya

Exit Sub

erorhandle:

If Err.Number <> 32755 Then MsgBox Err.Description ‘error number
32755 dalah bila user mengklik tombol cancel pada saat memilih file

================= END HERE ====================

COba anda jalankan program diatas dengan memencet
tombol F5, lalu klik Command1 untuk memilih dan membuka file. Maka
program akan menampilkan CRC32nya.

Second#

Kode diatas dapat kita buat menjadi sebuah rutin pengecekan file
suspect virus dengan antara membandingkan hasil CRC32nya dan database
CRC kita sendiri. Algoritmanya adalah :

- Memilih file yang akan dicek

- Membuka file tersebut dalam mode binary

- Memproses byte demi byte untuk menghasilkan Checksum

- Buka file database

- Ambil isi file baris demi baris

- Samakan Checksum hasil perhitungan dengan checksum dari file

Format file database dapat kita tentukan sendiri, misal :

- FluBurung.A=ABCDEFGH

- Diary.A=12345678

Dimana FluBurung.A adalah nama virus dan ABCDEFGH dalah Crc32nya. Jika
kita mempunyai format file seperti diatas, maka kita perlu membaca file
secara sekuensial per baris serta memisahkan antara nama virus dan
Crc32nya. Dalam hal ini yang menjadi pemisah adalah karakter ‘=’.

Buat 1 module baru (– diberi nama module1) lalu isi dengan kode :

================= START HERE ====================

Public namaVirus As String, CrcVirus As String
‘deklarasi variabel global untuk nama dan CRC virus Public pathExe as
String ‘deklarasi variabel penyimpan lokasi file EXE AV kita

Public Function cariDatabase(Crc As String, namaFileDB As String) As Boolean

Dim lineStr As String, tmp() As String ‘variabel penampung untuk isi file

Open namaFileDB For Input As #1 ‘buka file dengan mode input

Do

Line Input #1, lineStr

tmp = Split(lineStr, “=”) ‘pisahkan isi file bedasarkan pemisah karakter ‘=’

namaVirus = tmp(0) ‘masukkan namavirus ke variabel dari array

CrcVirus = tmp(1) ‘masukkan Crcvirus ke variabel dari array

If CrcVirus = Crc Then ‘bila CRC perhitungan cocok/match dengan database

cariDatabase = True ‘kembalikan nilai TRUE

Exit Do ‘keluar dari perulangan

End If

Loop Until EOF(1)

Close #1

End Function

================= END HERE ====================

Lalu tambahkan 1 objek baru kedalam Form, yaitu
Command button2. lalu ketikkan listing kode berikut kedalam event
Command2_Click :

================= START HERE ====================

If Len(App.Path) <= 3 Then ‘bila direktori kita adalah root direktori

pathEXE = App.Path

Else

pathEXE = App.Path & “\\”

End If

CommonDialog1.CancelError = True ‘error bila user mengklik cancel pada CommonDialog

CommonDialog1.DialogTitle = “Baca File” ‘Caption commondialog

On Error GoTo erorhandle ‘label error handle

CommonDialog1.ShowOpen

namafilbuka = CommonDialog1.FileName

Open namafilbuka For Binary Access Read As #1 ‘buka file yang dipilih dengan akses baca pada mode binary

ReDim tmp(LOF(1) – 1) As Byte ‘deklarasi ulang untuk array # Bugs Fixed #

Get #1, , tmp()

Close #1

calCrc = UBound(tmp) ‘mengambil ukuran file dari array

calCrc = CCrc.CRC32(tmp, calCrc) ‘hitung CRC

HasilCrc = Hex(calCrc) ‘diubah ke format hexadesimal, karena hasil perhitungan dari class CRC masih berupa numeric

If cariDatabase(HasilCrc, pathEXE & “DB.txt”) Then ‘bila fungsi bernilai TRUE

MsgBox “Virus ditemukan : ” & namaVirus ‘tampilkan message Box

End If

Exit Sub

erorhandle:

If Err.Number <> 32755 Then MsgBox Err.Description ‘error number
32755 dalah bila user mengklik tombol cancel pada saat memilih file

================= END HERE ====================

Fitur AV sederhana ini dapat ditambahkan dengan
fitur process scanner, akses registry, real-time protection (RTP) dan
lain lain. Untuk process scanner pada dasarnya adalah teknik enumerasi
seluruh proses yang sedang berjalan pada Sistem Operasi, lalu mencari
letak atau lokasi file dan melakukan proses scanning.

Jumat, 06 Desember 2013

Ormas islam tak ada lag dialog untuk fauzi bahar

PADANG, HALUAN — MUI Sumbar dan Ormas Islam kecewa dengan tidak hadirnya Fauzi Bahar pada rapat pembahasan izin investasi Lippo Group di Masjid Nurul Iman, Padang, Rabu (4/12) malam. Fauzi Bahar berjanji menghadiri rapat tersebut pada pukul 21.30 WIB. Namun ketika ditunggu sampai pukul 00.00 WIB, Walikota Padang itu tidak kunjung datang.
Rapat tersebut dihadiri sekitar 40 orang yang terdiri dari MUI Sumbar, MTKAAM Sumbar, Forum Masyarakat Tolak Siloam, ormas islam, Forum Mahasiswa Tolak Siloam, tokoh masyarakat dan tokoh adat, serta tamu dari Jakarta.
“Pertemuan ini terkesan mendadak karena ada massa dari rantau untuk membicarakan tentang perizinan pembangunan Siloam di Padang. Menurut perjanjian, walikota akan datang pada pukul 21.30 WIB, kemudian ditunda sampai pukul 22.30. Kita akan tunggu sampai pukul 00.00. Kalau tak datang juga, berarti tak ada peluang lagi untuk bertemu dengan cara musya­warah. Kami tidak bisa lagi menahan mahasiswa dan ormas islam untuk mengambil langkah yang lain untuk bertemu wali­kota,” ujar Gusrizal Azhar, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar.
Ia menjelaskan, pertemuan diadakan untuk membantah kabar yang menyebutkan, MUI Sumbar tidak memberikan forum per­temuan antara Walikota Padang dan ormas islam. “De­ngan adanya pertemuan ini, tidak ada lagi pemberitaan di media bahwa MUI Sumbar tidak sediakan forum pertemuan antara walikota Padang dan ormas islam,” tegasnya.
Ketika MUI Sumbar dan ormas islam sedang menunggu, yang datang malah Badan Koordinasi Nasional (Bakornas). Ketua Bakornas, Husni Hadi membawa kabar, Fauzi Bahar menyatakan mencabut izin pembangunan Siloam. “Tadi kami sudah berunding dengan walikota di rumah dinasnya. Di sana ia mengatakan bahwa ia siap mencabut izin pembangunan Siloam, asalkan dengan musya­warah. Alasan pencabutan tersebut adalah karena pemba­ngunan Siloam tidak sesuai dengan kearifan lokal Minang­kabau, yakni Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kita­bullah,” sebutnya.
Kedatangannya ke Padang, kata Husni Hadi, adalah sesuai fungsi lembaganya, yakni men­jaga keutuhan NKRI dari ber­bagai aspek, agar lintas pihak tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang akan merusak nilai budaya bangsa. Ia turun ke Padang karena melihat kemelut yang terjadi akibat pro-kontra pembangunan investasi Lippo Group di Padang.
Ketika ditanya kenapa Fauzi Bahar tidak menghadiri perte­muan tersebut, Husni menjawab, Fauzi Bahar baru pulang dari Pasaman Barat, di rumahnya saat itu sedang banyak tamu yang datang mengucapkan selamat karena kota Padang keluar sebagai juara MTQ XXXV Tingkat Sumbar di Pasaman Barat.
Karena tidak ada pernyataan resmi dari Fauzi Bahar, MUI Sumbar dan ormas islam mem­berikan surat pencabutan izin pembangunan Siloam kepada Fauzi Bahar melalui Bakornas, untuk ditandatangani oleh walikota Padang.
Sementara itu, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Azahar mengatakan, kalau walikota Padang ingin mencabut izin pembangunan Siloam, Alhamdulillah. Kalau walikota menginginkan pencabutan terse­but di hadapan forum, pihaknya siap menyediakan forum yang menghadirkan ormas islam, tokoh masyarakat bahkan massa sebanyak yang demo tempo hari, untuk mendengarkan pencabutan tersebut. Jika itu terjadi, pihak­nya akan menjadikan hari itu hari syukur bersama.
Kalau Walikota tidak men­cabut izin tersebut, tegas Gusrizal, seperti yang ia katakan sebe­lumnya, MUI Sumbar tidak bisa lagi menahan umat untuk melakukan hal-hal yang agresif. Hal tersebut terbukti dengan rencana mahasiswa yang akan demo pada Kamis (5/12), namun diundur karena ada rencana walikota mencabut izin Siloam.
MUI Sumbar dan Ormas islam masih menunggu Fauzi Bahar mengeluarkan surat resmi atau SK pencabutan izin pem­bangunan Siloam di Padang.
Ketika kabar yang menye­butkan bahwa Fauzi Bahar siap mencabut izin pembangunan Siloam, dikonfirmasi kepada Fauzi Bahar, sampai berita ini ditu­runkan, Fauzi Bahar tidak bisa dihubungi. Informasi yang dihimpun Haluan, Fauzi Bahar berangkat ke Jakarta pada Kamis (5/11) pagi.

Rabu, 27 November 2013

Counter Strike


Counter Strike : Cross Fire 360x640
rating
good bad
S60 5th
(1.28 MB)
Downloads: 34973

farm frrenzy 2


Farm Frenzy 360x640
rating
good bad
S60 5th
(737.61 KB)
Downloads: 1187

farm frrenzy 2


farm frrenzy 2
rating
good bad
S60 5th
(6.43 MB)
Downloads: 2040
  

Micropool s60


Micropool s60 signed
rating
good bad
S60 5th
(1.54 MB)
Downloads: 3099
  

Pro Evolution Soccer 11 (PES 11) S60 V5

Pro Evolution Soccer 11 (PES 11) S60 V5
rating
good bad
S60 5th
(704.06 KB)
Downloads: 40816
  

tekken 6 for s60 v5

tekken 6 for s60 v5
rating
good bad
S60 5th
(1.30 MB)
Downloads: 33029

Angry-Birds-Symbian-s60-v3-v5


Angry-Birds-Symbian-s60-v3-v5
rating
good bad
S60 5th
(6.02 MB)
Downloads: 22359
Comments (7)

AGRY BIRDS SV5 (5800)


AGRY BIRDS SV5 (5800)
rating
good bad
S60 5th
(2.43 MB)
Downloads: 16098
  

HD QUAKE 2 FOR ,5230,5800/S60V5



rating
good bad
S60 5th
(2.11 MB)
Downloads: 50357
  

Highway Racer. S60v5, S60v3,3



rating
good bad
S60 5th
(397.06 KB)
Downloads: 12637

Ridge Racer



Ridge Racer
rating
good bad
S60 5th
(2.58 MB)
Downloads: 2874
  

Highway racer



rating
good bad
S60 5th
(397.06 KB)
Downloads: 4417

Minggu, 24 November 2013

Gadis Palasik

Gadis Palasik
Cerpen Setiawan Chogah
(Story Magz edisi 25 Sept-24 Okt 2012)
Nayra, di sini sudah pukul 3:08 AM. Begitu angka yang tertera di sudut kanan komputer lipatku. Aku masih menatap panjang pada satu-satunya fotomu yang berhasil aku simpan sampai sekarang. Foto yang aku scan untuk berjaga-jaga agar tak kembali hilang, dan sudah beberapa tahun ini setia menjadi wallpaper laptopku. Tapi apakah kamu tahu? Bukan aku namanya kalau sudah tertidur pulas di saat malam yang sudah terlanjur pekat ini. Aku sendiri bingung, bagaimana bisa aku mengidap insomnia tingkat dewa seperti ini. Padahal, kalau melihat garis keturunanku, tidak satu pun dari mereka yang punya sejarah susah tidur. Tapi tunggu, aku lupa, bukankah insomnia itu tidak tergolong penyakit? Apalagi penyakit turunan. Ah, aku tidak peduli insomnia itu penyakit atau bukan, yang pasti kebiasaan susah tidur ini sangat membuat aku tersiksa. Sangat sangat tersiksa.
Apakah kamu juga tahu, Nay? Beberapa hari ini aku kembali berpikir lebih jauh tentang hubungan kita. Tentang janji-janji yang pernah kita ucap. Ah, mengingat soal janji, pikiranku langsung melayang mundur ke waktu empat tahun yang lalu itu. Kamu masih ingat kan? Kita pernah berucap janji kalau cinta ini akan kita bawa sampai mati. Janji yang mungkin terlalu ekstrim untuk kita ulang merapalnya saat ini. Wajar saja, Nay, waktu itu kita begitu dikuasi oleh perasaan yang namanya cinta. Cinta! Kolaborasi lima huruf keramat itu sungguh melenakan kita saat itu. Aku yakin, Fillicium decipiens[1] yang tumbuh di samping Istano Pagaruyuang itu masih menyimpan nama kita berdua, yang kita ukir dalam bingkai bergambar hati. Ah, bahasaku terlalu ilmiah, ya, Nay? Hehehe. Maklum sajalah, Nay. Anggap saja itu sebagai pertanda kalau aku masih seperti diriku yang dulu. Tidak ada yang berubah dengan aku, Nayra, tidak ada! Yang berubah itu hanya jalan cerita cinta kita.
Nay, apakah kamu pernah berpikir bahwa hubungan kita akan menjadi serumit ini? Tidak kan, Nay? Sama, aku juga tidak pernah berpikir seperti itu. Tidak pernah terlintas di anterior[2]-ku kalau di zaman yang moderen ini kita masih saja menjadi korban dari cerita-cerita kuno leluhur kita. Apakah mereka tidak sadar kalau di luar sana orang-orang sudah begitu maju? Mereka tidak tahu kalau di dunia ini ada yang namanya dunia maya, setiap orang punya yang namanya facebook dan twitter, sementara mereka menggunakan handphone saja tidak mau. Mereka! Ya mereka Nay, orangtua kita.
Kalau soal anti terhadap teknologi itu aku masih bisa memaklumi. Tapi kalau sudah membawa hal-hal mistis dalam mengekang hubungan kita, itu yang tidak bisa aku tolerir.
Palasik! Kata itu yang membuat aku susah tidur sebenarnya, Nay. Mengapa harus ada kata itu? Mengapa kita harus ikut menanggung kutuk akibat kesalahan yang dilakukan leluhur kita? Aku masih menyimpan adegan yang sungguh membuat hatiku terasa dicabik-cabik.
Siang itu, aku baru saja sampai di dangau[3] sepulang dari sekolah. Tapi yang aku dapatkan bukanlah ketenangan. Aku mendapati wajah ibu yang memerah macam butiran saga.
“Benar kau berpacaran dengan anaknya si Samsidar itu?” ibu langsung menginterogasiku. Aku tidak menjawabnya. Sengaja aku siapkan jawaban sebagus dan setepat mungkin, sebab aku tahu urusannya akan panjang.
“Hanya berteman, Bu. Tidak lebih,” jawabku sembari melepas sepatuku.
“Jauhi dia, Zen! Kau tahu dia bukan dari keturunan baik-baik,” kalimat ibu tiba-tiba saja menjadi begitu tajam.
“Apa salahnya berteman, Bu? Bukankah berteman itu perbuatan yang baik? Ibu kan yang selalu mengajarkan Zen untuk berbuat baik?” aku membela diri.
“Ini beda perkara. Kau tahu? Ibu takut dari pertemanan itu kalian termakan rayuan setan, lalu memutuskan untuk berpacaran. Berucap janji manis, memadu kasih. Apalagi cara berpacaran anak sekarang sungguh membuat Ibu tak mengerti.”
Ah, aku tidak mengerti perkataan ibu, kalimatnya begitu berat untuk aku cerna saat itu.
“Ibu tidak mau tahu. Pokoknya kau jauhi anaknya si Samsidar itu!”
***
Jauhi, jauhi, dan jauhi. Kata itu begitu menderaku, Nay. Aku tidak bisa menerima alasan ibu yang aku nilai sangat kolot.
“Memangnya kenapa kalau Zen berpacaran dengan Nayra, Bu? Apa yang salah?” tanyaku pada ibu suatu hari. Penasaranku sudah tak terbendung lagi.
Ibu menatap. Sebentar. Menghentikan menampi berasnya, lalu beranjak duduk di sampingku.
“Kau tidak tahu kalau Nayra itu keturunan palasik?” jawaban ibu bagai petir di siang bolong. Palasik? Seketika anganku melayang. Beberapa cuplikan adegan menyeramkan silih berganti menyerbu ruang imajinasiku.
Ai, sungguh aku tidak tega menceritakan bagian ini, Nay. Tapi aku berpikir lagi, akan lebih baik bila kamu tahu apa sesungguhnya yang ada di pikiranku saat itu. Bukankah sebuah hubungan itu harus dilandasi dengan kejujuran? Dan aku masih menganggap antara kamu dan aku masih berhubungan. Walau Jawa dan Sumatera begitu jauh memisahkan kita. Orang-orang di sini menyebutnya long distance relationship. Hubungan jarak jauh, tapi aku yakin, sekeping hatiku yang aku titipkan padamu itu masih kamu simpan, kan, Nay?
Imajinasi. Sebenarnya ini bukan saja bualan dari imajinasi liarku, Nay. Tapi ini sudah melegenda di ranah kita. Semua orang tahu tentang manusia penganut ilmu hitam itu. Manusia yang dibutakan oleh keserakahan lalu menjadi pemuja setan. Palasik yang menjadi ketakutan terbesar bagi setiap ibu yang mempunyai bayi empat belas bulan. Bagaimana tidak, palasik begitu masyur dikenal sebagai ilmu hitam yang tak tahu belas kasih. Di antara kisah-kisah mistis di ranah ini seperti gasiang tangkurak, cindaku, sijundai, sampai orang bunian, palasik barangkali yang paling menyeramkan. Menghisap darah balita bahkan janin yang berada di dalam kandungan ibunya, bukankah itu sangat sadis? Oh, aku lemas sekali Nay, membayangkan sekiranya ilmu itu nyata adanya.
Dan apakah kamu tahu? Bahwa palasik begitu misterius dan bermain sangat halus dalam mengaplikasikan ilmu bejatnya. Tak kuasa aku membayangkannya. Aku hanya bergidik dengan bulu punggung yang berdiri ketika ibu berkisah tentang cara palasik mencari mangsa. Menghisap darah bayi melalui ujung jempol kaki, lebih halus lagi dengan berpura-pura manjujai[4] dan menyapa anak tak berdosa itu lalu ketika si ibunya lengah, palasik menatap dalam-dalam mangsanya, lalu habislah darah anak kecil tak bersalah itu, Nay. Jika seorang palasik berhasil melakukan niat bejatnya, maka si anak yang jadi mangsanya akan mengalami panas tinggi, kejang-kejang, muntah, diare yang tak berkesudahan, lalu malang tak dapat lagi ditolak, kematianlah yang akan datang selanjutnya. Itu kisah ibu padaku. Entah benar entah salah, yang jelas kisah itu sungguh tak bisa diterima nalarku saat ini. 
Sejujurnya aku tidak mau percaya begitu saja dengan cerita kuno itu. Beberapa kali juga aku membatah cerita iniak[5] dan ibu tentang palasik. Aku katakan itu hanya mitos, legenda, dan cerita bohong yang sudah terlanjur mendarah daging di bangsa kita, orang Minang. Tapi apa yang diceritakan iniak selanjutnya sungguh memuat bulu kudukku merinding.
“Niak, sebenarnya apa iniak percaya kalau palasik itu ada?” aku mengusik wanita basebo[6] yang waktu itu tengah sibuk memilih ata di tampian beras.
Lalu mengalirlah sebuah kisah dari mulut iniak, yang membuat aku ternganga.
Idris, anaknya Etek[7] Sipah, warga kampuang tangah, beberapa rumah dari dangauku. Bayi yang baru satu tahun melihat dunia itu harus pergi untuk selamanya. Ya, dia meninggal dunia, Nay. Dari bisik-bisik orang di kedai kopi, juga bahan cerita ibu-ibu di sawah, bahwasanya Idris yang malang itu menjadi korban palasik. Tapi aku tidak mau menyakini cerita bohong itu. Kamu tahu kenapa, Nay? Itu semata-mata aku ingin membuktikan kalau palasik itu tidak ada. Kamu dan aku sama, Nay. Kita berhak untuk menjaga anugerah cinta ini. Bukankah kita sama-sama ciptaan-Nya? Ya kan, Nay?
Aku mendatangi rumah rumah Etek Sipah keesokan harinya, turut berduka atas kepergian anak semata wayangnya itu. Sedih betul aku melihat wajah muram perempuan itu, Nay. Aku dapat merasakan betapa nelangsanya dia saat itu. Ketika buah hati yang sudah lama dinanti, lalu harus pergi dengan cara-cara yang tidak wajar. Kalau boleh aku berkata jujur, ketakutan yang sama yang aku rasakan sekiranya aku harus dipaksa untuk berpisah denganmu, Nayra. Aku membayangkan kesedihaanku akan melebihi sedihnya Etek Sipah. Entah mengapa, saat itu, rasa sayangku padamu semakin hari semakin maha saja rasanya. Di saat kuncup-kuncup cinta di antara kita baru saja akan mekar, lalu dipatahkan secara paksa, aduhai, sungguh aku tak siap untuk itu, Nayra.
“Malang sekali dia, Zen. Padahal, sebelumya Idris anak etek itu sangat sehat. Belum pernah sekali pun dia merengek sakit. Malam itu tiba-tiba saja badannya panas tak terkira, lalu muntah-muntah.”
“Etek tidak membawanya ke rumah sakit?” selidikku.
“Sudah, Zen. Etek sudah bawa dia ke rumah sakit. Lima hari dia diopname. Namun kondisinya tak jua kunjung membaik. Malah semakin parah. Etek tak kuasa melihat badannya yang berisi itu menjadi kurus dalam beberapa hari saja. Pemandangan selang-selang infus dan makanan yang dipasang di tubuh mungilnya membuat etek tak kuasa menahan tangis, membayangkan betapa menderitanya dia, Zen.” Etek Sipah berbata-bata lalu isaknya benar-benar pecah.
“Kata dokter Dek Idris sakit apa, Tek?” selidikku lagi.
“Dokter tidak tahu namanya penyakitnya apa. Etek juga dibuat bingung. Panas di badannya begitu tiba-tiba sepulang kami dari desa subarang.”
Desa subarang. Itulah yang menjadi kunci cerita itu, Nay. Desa subarang yang dikenal sebagai sarangnya palasik. Desa subarang, desa dimana rumahmu berada.
***
Cerita menyeramkan itu sudah berlalu lima tahun lamanya. Aku berharap lima tahun cukup membuat kisah itu lenyap dari ranah kita. Aku ingin orang-orang di kampung kita berpikir maju seperti orang-orang di kotaku menuntut ilmu.
Ah, tak terasa sudah lima tahun juga kita tak bertemu. Sungguh aku rindu kamu, Nayra. Aku ingin kembali merajut jalinan cinta kita yang pernah direnggut diputus. Aku dikirim kuliah ke Bandung, sementara kamu tidak diizinkan kelurgamu untuk kuliah di luar pulau. Ah, jangankan luar pulau, keluar kota saja kamu tidak mendapat izin. Tapi itu tidak menjadi persoalan bagiku. Di satu sisi aku senang, itu artinya kamu masih setia pada ranah kita, Nay, dan semoga saja masih setia denganku juga. Semoga. Sebenarnya bisa saja kita berhubungan via telepon kan? Tarif sellular begitu murah saat ini. Aku kita bisa bersenda gurau di jejaring sosial Facebook, saling mention dan retweet di Twitter. Tapi itu tidak pernah ada. Kamu terlalu menurut dengan orangtuamu. Kamu gadis yang sangat patuh, dan itu salah satu alasan mengapa sampai saat ini aku tidak bisa berpaling ke lain hati.
***
Kepulanganku ke luhak nan tuo[8] membawa harap yang begitu besar. Harap ingin bertemu kamu, harap mendapat restu dari orang tua kita, dan harap kembali menjalin cinta yang sempat terputus. Aku yakin kamu pasti semakin cantik dan memesona, Nay. Rambutmu yang hitam panjang bak mayang terurai itu, bibir serupa asam seulas, atau pipimu yang bagai pauh dilayang selalu saja menari-nari di sepanjang perjalananku ke Padang. Mengingatmu membuat Bandung tak lagi jadi indah. Megahnya gedung sate tak semegah sinar matamu, Braga pun tak sempat lagi terlintas di benakku, hanya kamu yang aku mau saat ini. Kamu, Nayra!
***
Aku bahagia tak terkira. Akhirnya aku dan kamu dapat kembali berjumpa, di sini. Di bawah pohon kiara payung yang batangnya pernah kita ukir dengan aksara nama kita. Zendri Love Nayra; tiga kata itu masih ada, Nay. Beberapa kali jari-jari kita saling bersentuhan ketika menelusuri setiap lekukan huruf yang terukir di batang pohon.
Aku dapat merasakan desiran darahmu ketika jari-jari kita saling beradu. Atau ketika bayanganmu jatuh di retinaku saat kita saling bersitatap. Benar dugaanku, kamu semakin anggun, Nay. Juga terlihat lebih dewasa, sekarang. Dewasa? Ahh, aku lupa parameter apa yang bisa aku jadikan indikator untuk sebuah kedewasaan. Menunggu orang tua kita merestui hubungan ini? Mungkin itu salah satunya.
“Akhirnya Uda[9] pulang juga,” bibir asam seulas itu bergetar pelan, sementara bola matamu berputar-putar menyiratkan rasa canggung.
“Kamu tidak rindu aku?” godaku.
Kamu tidak menjawab, tapi dari gerak-gerikmu yang malu-malu aku sudah dapat membacanya, kalau di hatimu masih ada namaku. Dan percayalah, di hati ini juga masih kuukir namamu dengan begitu indah.
“Aku pulang untuk kamu, Nay. Untuk kita.”
Matamu menatapku. Begitu teduh. Lalu senyum tipis kembali menyungging di bibir kita, menerjemahkan gejolak rindu ke dalam rona bahagia. Ah Nayra. Kebahagiaan ini tak mampu aku jabarkan dengan kata-kata. Tapi izinkanlah aku melabuhkan sebuah kecupan sayang di keningmu. Aku mohon.
Tapi apa yang terjadi di detik selanjutnya benar-benar membuat darahku terkesiap, berdesir hebat. Kamu menjadi kaku dengan tatapan panjang. Sorot mata tajam yang membuat cerita lama kembali terulang. Marahkah kamu dengan keinginannku, Nay? Apa keinginanku begitu tabu untukmu? Oh maaf, Nayra. Aku lupa kalau aku tengah berada di ranah yang menjunjung tinggi kodrat wanita. Mengecup keningmu adalah haram bagiku. Sungguh aku khilaf.
Kamu masih kaku dalam tatapan panjang. Maafku tak mendapat jawab darimu. Aku terpenjara dalam perasaan bersalah sekaligus menjadi raja di dinasti tanyaku tentang tatapan panjangmu. Perlahan aku mengikuti arah pandangmu yang seperti tak berujung itu, Nay. Lalu aku terpana dalam keadaan hati yang tertohok. Aku kaku dan lidahku kelu. Matamu berlabuh dalam pelukan seorang perempuan muda. Kamu tengah khusuk memerhatikan bayinya. Aku kelimpungan. Jadi, palasik itu benar-benar ada? Entahlah... (*)
Keterangan:
[1] Fillicium decipiens adalah nama latin dari spesies kiara payung.
[2] Anterior adalah daerah pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir.
[3] Rumah
[4] Manjujai adalah bertingkahlaku menarik perhatian bayi dan membuatnya tertawa.
[5] Iniak adalah sebutan untuk nenek dalam tata bahasa masyarakat Batusangkar.
[6] Basebo, menggunakan sebo, yaitu tutup kelapa khas bagi kaum perempuan tua di Batusangkar, Sumatera Barat.
[7] Etek adalah sapaan untuk perempuan paruh baya.
[8] Luhak nan tuo adalah sebutan untuk luhak Tanah Datar, salah satu dari 3 wilayah inti Minangkabau (darek).
[9] Uda adalah panggilan sopan kepada laki-laki yang dianggap lebih tua dalam tata bahasa Minang.