Tampilkan postingan dengan label kisahNyata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisahNyata. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Desember 2013

Ormas islam tak ada lag dialog untuk fauzi bahar

PADANG, HALUAN — MUI Sumbar dan Ormas Islam kecewa dengan tidak hadirnya Fauzi Bahar pada rapat pembahasan izin investasi Lippo Group di Masjid Nurul Iman, Padang, Rabu (4/12) malam. Fauzi Bahar berjanji menghadiri rapat tersebut pada pukul 21.30 WIB. Namun ketika ditunggu sampai pukul 00.00 WIB, Walikota Padang itu tidak kunjung datang.
Rapat tersebut dihadiri sekitar 40 orang yang terdiri dari MUI Sumbar, MTKAAM Sumbar, Forum Masyarakat Tolak Siloam, ormas islam, Forum Mahasiswa Tolak Siloam, tokoh masyarakat dan tokoh adat, serta tamu dari Jakarta.
“Pertemuan ini terkesan mendadak karena ada massa dari rantau untuk membicarakan tentang perizinan pembangunan Siloam di Padang. Menurut perjanjian, walikota akan datang pada pukul 21.30 WIB, kemudian ditunda sampai pukul 22.30. Kita akan tunggu sampai pukul 00.00. Kalau tak datang juga, berarti tak ada peluang lagi untuk bertemu dengan cara musya­warah. Kami tidak bisa lagi menahan mahasiswa dan ormas islam untuk mengambil langkah yang lain untuk bertemu wali­kota,” ujar Gusrizal Azhar, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar.
Ia menjelaskan, pertemuan diadakan untuk membantah kabar yang menyebutkan, MUI Sumbar tidak memberikan forum per­temuan antara Walikota Padang dan ormas islam. “De­ngan adanya pertemuan ini, tidak ada lagi pemberitaan di media bahwa MUI Sumbar tidak sediakan forum pertemuan antara walikota Padang dan ormas islam,” tegasnya.
Ketika MUI Sumbar dan ormas islam sedang menunggu, yang datang malah Badan Koordinasi Nasional (Bakornas). Ketua Bakornas, Husni Hadi membawa kabar, Fauzi Bahar menyatakan mencabut izin pembangunan Siloam. “Tadi kami sudah berunding dengan walikota di rumah dinasnya. Di sana ia mengatakan bahwa ia siap mencabut izin pembangunan Siloam, asalkan dengan musya­warah. Alasan pencabutan tersebut adalah karena pemba­ngunan Siloam tidak sesuai dengan kearifan lokal Minang­kabau, yakni Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kita­bullah,” sebutnya.
Kedatangannya ke Padang, kata Husni Hadi, adalah sesuai fungsi lembaganya, yakni men­jaga keutuhan NKRI dari ber­bagai aspek, agar lintas pihak tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang akan merusak nilai budaya bangsa. Ia turun ke Padang karena melihat kemelut yang terjadi akibat pro-kontra pembangunan investasi Lippo Group di Padang.
Ketika ditanya kenapa Fauzi Bahar tidak menghadiri perte­muan tersebut, Husni menjawab, Fauzi Bahar baru pulang dari Pasaman Barat, di rumahnya saat itu sedang banyak tamu yang datang mengucapkan selamat karena kota Padang keluar sebagai juara MTQ XXXV Tingkat Sumbar di Pasaman Barat.
Karena tidak ada pernyataan resmi dari Fauzi Bahar, MUI Sumbar dan ormas islam mem­berikan surat pencabutan izin pembangunan Siloam kepada Fauzi Bahar melalui Bakornas, untuk ditandatangani oleh walikota Padang.
Sementara itu, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Azahar mengatakan, kalau walikota Padang ingin mencabut izin pembangunan Siloam, Alhamdulillah. Kalau walikota menginginkan pencabutan terse­but di hadapan forum, pihaknya siap menyediakan forum yang menghadirkan ormas islam, tokoh masyarakat bahkan massa sebanyak yang demo tempo hari, untuk mendengarkan pencabutan tersebut. Jika itu terjadi, pihak­nya akan menjadikan hari itu hari syukur bersama.
Kalau Walikota tidak men­cabut izin tersebut, tegas Gusrizal, seperti yang ia katakan sebe­lumnya, MUI Sumbar tidak bisa lagi menahan umat untuk melakukan hal-hal yang agresif. Hal tersebut terbukti dengan rencana mahasiswa yang akan demo pada Kamis (5/12), namun diundur karena ada rencana walikota mencabut izin Siloam.
MUI Sumbar dan Ormas islam masih menunggu Fauzi Bahar mengeluarkan surat resmi atau SK pencabutan izin pem­bangunan Siloam di Padang.
Ketika kabar yang menye­butkan bahwa Fauzi Bahar siap mencabut izin pembangunan Siloam, dikonfirmasi kepada Fauzi Bahar, sampai berita ini ditu­runkan, Fauzi Bahar tidak bisa dihubungi. Informasi yang dihimpun Haluan, Fauzi Bahar berangkat ke Jakarta pada Kamis (5/11) pagi.

Kamis, 04 April 2013

Cara mengetahui Sifat wanita dari Gaya Berjalannya

1. Kelihatan Seperti Tidak Memijak Tanah

Golongan wanita yang jalannya berginjat, wanita ini kononnya bersifat tidak jujur, mulutnya laser dan menyinggung perasaan orang lain terutamanya ketika berbual. Dia juga dikatakan terkenal dengan sikap egonya. Dan yang lebih parah, wanita ini biasanya seorang yang boros atau suka membazir tanpa berfikir sebelum berbelanja. Tapi jangan berkecil hati, kerana wanita seperti ini biasanya menjadi pujaan ramai lelaki.

2. Sering Menoleh Ke Kanan Dan Kiri

Wanita yang berjalan seperti ini biasanya pandai menyimpan rahsia. Walaupun ramai yang menganggap wanita yang berjalan seperti ini tidak jujur, suka menipu teman sendiri, dan merugikan teman bualnya, namun, ramai lelaki yang berusaha untuk menakluk hatinya. Kononnya wanita seperti ini senang diatur dan diuruskan.

3. Suka Menunduk

Wanita seperti ini katanya memiliki sifat yang tertutup. Dia hanya akan berbual dengan orang-orang yang rapat dengannya dan boleh dipercayai. Wanita seperti ini biasanya sukar untuk ditawan hatinya. Di samping sikapnya yang dingin, wanita seperti ini tidak peduli dengan percintaan. Namun, jika ada lelaki yang berjaya menawan hatinya, dijamin lelaki itu akan beroleh kebahagiaan. Ini kerana, wanita jenis ini sangat setia, dan dia tidak akan mengkhianati lelaki yang dicintainya.

4. Berjalan Menatap Lurus Ke Depan

Mereka yang berjalan seperti ini biasanya memiliki pendirian yang teguh, dan bukannya mudah hendak menggoncangkan imannya. Jangan sekali-sekali menentang apa yang pernah dikatanya, jika anda tidak mahu mendengar dia berleter panjang lebar. Meskipun pendiriannya teguh, tapi dia selalu berselisih pendapat. Jadi tak hairanlah kalau wanita seperti ini hanya mahu berbual dengan orang yang perpengalaman luas.

5. Badan Bergerak ke Kanan dan Kiri

Wanita yang berjalan dengan gaya yang sedemikian selalunya bersikap tidak ambil kisah dengan masalah yang berlaku. Apa pun masalah yang ada dihadapannya, dia menganggap itu sebagai perkara kecil. Walhal masalah itu sebenarnya agak rumit dan memerlukan kebijaksanaan untuk diselesaikan. Kerana sifatnya yang suka ambil mudah ini, banyak persoalan yang akhirnya tidak dapat diselesaikan dan akibatnya merugikan dirinya sendiri.

6. Badan Nampak Tegak

Wanita ini tegas dalam menentukan sesuatu. Dia tidak mahu urusan peribadinya dicampur oleh orang lain. Gaya bicaranya selalu serius seperti ingin menunjukkan dia memiliki pendirian teguh. Dan yang menarik tentang wanita ini, dia bertanggungjawap terhadap apa yang pernah dilakukannya. Dia menyenangi lelaki yang berdikari tanpa menghilangkan sifat-sifat romantiknya.

7. Berjalan seperti Zirafah

Maksudnya, ketika melangkahkan kaki, badannya kelihatan bergerak ke depan dan ke belakang. Wanita jenis ini sangat lemah perasaannya. Dia seorang yang mudah terasa dan mudah tersinggung. Jadi, jika berbual dengan wanita seperti ini sedikit sebnayak kenalah menjaga perasaannya agar tidak tersinggung, kerana wanita ini mudah mengalirkan air mata.
Panduan ini bukanlah semata mata hanya berguna untuk lelaki tapi boleh jugak di jadikan peringatan kepada wanita wanita diluar agar berjalan dengan sopan. Macam biasa, tip ini hanya panduan bukan semestinya betul dan setiap individu adalah berlainan. Sekian. Wallahualam.

Rabu, 03 April 2013

Maling Rumah Kosong Bonyok di Tangan Warga

Maling Rumah Kosong Bonyok di Tangan Warga Lagi-lagi seorang residivis spesialis maling rumah kosong, Andre Saleleubaja (17) asal Mentawai jadi bulan-bulanan massa karena mencoba menggasak isi rumah warga di kawasan Gantiang, tepatnya dekat Masjid Gantiang, Padang Timur. Aksi pelaku diketahui sekitar pukul 18.00 WIB, Selasa (2/4), saat dirinya jatuh dari atas loteng rumah warga di kawasan itu. Empunya rumah pun terkejut lalu berteriak dan massapun membabi buta memukul pelaku hingga mengalami benjolan pada kepala, badan dan beberapa luka kecil di sekujur tubuhnya.

Puas melampiaskan amarah, wargapun mengiring pelaku ke Mapolsek Padang Selatan untuk dijebloskan dalam sel, yang kerap beraksi saat rumah warga dalam keadaan kosong. Aksi pelaku merupakan yang ketiga kalinya, yang mana tahun lalu telah dua kali beraksi dengan kasus yang serupa.

Sementara Kapolsek Padang Selatan, Kompol Dewi Suryani, membenarkan peristiwa tersebut, sebelum pelaku diantar ke Mapolsek, warga sempat melampiaskan amarahnya karena ulah pelaku yang mencoba beraksi di dalam rumah salah seorang warga di kawasan hukum Polsek Padang Timur itu, " pelaku saat ini kita tahan dan sedang diperiksa dan nantinya akan kita serahkan ke Mapolsek Padang Timur untuk proses hukum selanjutnya, " kata Dewi, Selasa (2/4).

Dari pengakuan tersangka saat diperiksa, dirinya pernah mencuri dua kali di tahun 2012 dan ini merupakan aksi yang ketiga kalinya. Dikatakannya lebih lanjut, dirinya telah berada dalam rumah sejak pukul 06.00 WIB, Selasa (2/4) subuh dan tiba-tiba tidak disengaja teriplex loteng rumah korban tempatnya bersembuyi ringsek.

Salah seorang warga setempat, M Firmansyah (40), jalan Ganting No. 7 A Padang Timur Kota Padang menuturkan, pelaku ditangkap saat pemilik rumah berteriak histeris karena rumahnya dimasuki orang yang tidak dikenal. Mendengar teriakan itu, warga langsung memboyong pelaku ke kantor polisi setelah diamankan beramai-ramai.

Hingga berita ini diturunkan, pelaku masih diperiksa di ruang penyidik Mapolresta Padang Selatan, sementara Mangkuto (45) korban pencurian sedang membuat laporan di Mapolsek Padang Timur.(*)

Minggu, 31 Maret 2013

Kisah Nyata Seorang Wanita yang Koma di Tanah Suci

Kisah Nyata Seorang Wanita yang Koma di Tanah Suci, ini adalah kisah nyata yang ane kutip dari catatan FB Ust. Nasir. Alhamdulillah beliau mau berbagi pengalaman beliau dengan kita semua. Dimana bagi ane pribadi pengalaman ini sangat baik untuk menjadi renungan bagi kita semua. Dan alhamdulillah beliau juga mengizinkan, bahkan merasa senang jika kisah beliau ini dishare. Karena itu ane langsung bersemangat untuk memostingnya, namun dengan perubahan bahasa, kebahasa indonesia tentunya tanpa mengurangi artinya sedikitpun. Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan silahkan juga di Share ke teman teman yang lain.! Berikut catatan kisah beliau:

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil mengurus jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan juga pahit. Bagaimanapun, dalam banyak-banyak peristiwa itu, ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya lupakan sampai kapanpun. Yaitu pengalaman terhadap seorang wanita yang berusia 30-an. Kejadian itu terjadi ketika saya mengurus satu rombongan haji.

Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya nampak riang karena itulah kali pertama mereka mengerjakan haji. Ketika sampai, saya membawa mereka menaiki bus dan dari situ, kami menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga tiba kepada giliran seorang wanita.
Tapi tanpa sebab apa-apa, ketika kakinya mencecahkan bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu tumbang tidak sedarkan diri. Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut.
"Jemaah ni sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas.
Semua jemaah nampak panik dengan apa yang sedang terjadi.
"Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ni tak sedarkan diri, cepat tolong saya...kita bawa dia ke rumah sakit," kata saya.
Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke RS Madinah yang terletak tidak jauh dari situ.
Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.
Sampai di RS Madinah, wanita itu masih belum sedarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.

Tibalah waktu petang, wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas membimbing jemaah harus saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di RS tersebut. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menyempatkan diri menghubungi RS Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut. Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sedarkan diri.

Setelah dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Memandangkan usaha untuk memulihkannya semuanya gagal, maka wanita itu dihantar ke Hospital Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan rawatan lanjut sebab pada waktu itu RS di Jeddah lebih lengkap fasilitasnya dibandingkan RS Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadual haji mesti diteruskan. Kami bertolak pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat haji. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah.

Malangnya, ketika sampai di Hospital King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahawa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di hospital. Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak- isak.
Maka sayapun  terkejut karena saya ini bukanlah mahramnya. Tambahan lagi ketika dia tiba-tiba menangis??
Saya bertanya kepada wanita tersebut, "Kenapa Saudari menangis?"
“Ustaz….saya taubat dah Ustaz. Saya menyesal, saya takkan berbuat hal buruk lagi. Saya bertaubat, betul-betul taubat."
"Kenapa pulak anda tiba-tiba saja ingin bertaubat?" tanya saya masih heran.
Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu.
Kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil iktibar oleh kita semua.
Katanya, "Ustaz, saya ini sudah berumah tangga, kawin dengan lelaki kulit putih. Tapi saya silap. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja.
Ibadah satu apa pun saya tak jalani. Saya tidak sembahyang, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami saya tidak ada yang dijalani.
Rumah saya penuh dengan botol arak. Suami saya itu saya sering saya tendangi, dan saya pukul-pukul juga," katanya tersedu-sedu.
"Jadi kenapa anda ingin pergi haji seperti ini?"
"Iyalah...saya lihat orang pergi haji, jadi sayajuga ingin pergi."
"Jadi apa yang menyebabkan anda menangis sampai seperti ininya. Apakah ada sesuatu yang anda alami semasa sakit?" tanya saya lagi.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan,

"Ustaz...Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Sewaktu koma itu, saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.
"Benarkah itu?" tanya saya, terkejut.
"Benar Ustaz. Semasa koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah berikan kepada saya. Balasan azab Ustaz, bukan balasan syurga.
Saya merasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik-tarik dengan bara api.
Sakitnya tidak bisa diungkapkan bagaimana sangkin pedihnya. Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah."
"Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini...putus, jatuh ke dalam api neraka.
Buah dada saya rentang terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali."
Wanita itu terus bercerita tanpa memperhatikan perawat2 dan pasien lain.
Tambahnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari.

Dia tidak diberi peluang langsung untuk istirahat atau dilepaskan dari hukuman. Selama waktu koma itu dilaluinya dengan azab yang amat pedih. Dengan suara tersekat-sekat, dengan air mata yang makin banyak bercucuran, wanita itu meneruskan ceritanya,

"Hari-hari saya disiksa. Ketika rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti tercabut kulit kepala. Panasnya pun menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegar.
Azab itu sangat pedih... sangat pedih sekali...tak bisa diceritakan sangkin pedihnya."

Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Nyatalah dia memang betul-betul menyesal dengan kesalahannya dahulu.
Sayapun tertegun, kaget dan menggigil mendengar ceritanya.
Begitulah balasan Allah kepada umatnya yang ingkar.

"Ustaz...saya ini nama saja Islam, tapi saya minum arak, saya main judi dan segala macam dosa besar. Kerana saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, sewaktu tkoma itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada isi pada buah itu melainkan duri-duri saja, tapi saya harus makan buah-buah itu karena saya memang sangat lapar.

"Ketika buah2 itu ditelan, duri-durinya menikam kerongkong saya dan ketika sampai ke perut, ia menikam perut saya juga. Sedangkan jari yang tercucuk jarum pun terasa sakit, ini pulalah duri-duri besar yang menyucuk kerongkong dan perut kita. Setelah buah itu habis saya makan, saya diberi makan bara-bara api.
Ketika saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya terasa seperti terbakar hangus.
Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan panasannya api tadi.

Setelah habis bara api, saya minta minuman, tapi...saya dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya sangat busuk. Tapi saya terpaksa minum karena saya sangat kehausan. Semua terpaksa saya lalui...azabnya tidak pernah rasa, tidak pernah saya alami sepanjang saya hidup di dunia ini."

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Terasa sungguh kebesaran Allah.
"Masa diazab itu, saya merayu mohon kepada Allah supaya berilah saya nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti saya memohon. Saya kata saya akan buktikan bahawa saya tak akan ulangi lagi kesalahan yang telah saya perbuat dahulu. Saya berjanji tidak akan mengingkari perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesilapan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sembahyang, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan."

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.
Kita manusia ini tak akan terlepas daripada balasannya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.
Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.

"Ini bukan mimpi ustaz. Kalau mimpi azabnya takkan mungkin sepedih itu rasanya.
Saya bertaubat Ustaz, saya tak akan mengulangi lagi kesilapan saya yang dulu. Saya bertaubat... saya taubat Nasuha," katanya sambil menangis-nangis.

Sejak itu wanita berkenaan benar-benar berubah. Sewaktu saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan balik ke kamrnya lagi stelah sembahyang subuh.
"Maaf, tapi anda hendaklah menjaga kesehatan anda juga, setelah selesai shalat isya anda kan bisa kembali ke kamar untuk makan nasi dahulu, dan istirahat sejenak" tegur saya.
"Gak papa ustaz, saya ada membawa buah kurma, jadi bisa dimakan ketika saya merasa lapar." jawabnya.
Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia mengqadakan semula sembahyang yang ditinggalkannya dahulu.
Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut kerana ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit pula.
Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah yang terlalu hingga mengabaikan kesihatannya.
"Gak bisa Ustaz. Saya takut...saya sudah merasai pedihnya azab Tuhan. Ustaz tidak merasakan, Ustaz tidak tau. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustaz juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat."

Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, "Ustaz, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustaz ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab."
Cukuplah saya seorang saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau wanita lainpun menjadi seperti saya.

Sewaktu diazab, saya lihat ketetapan yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada orang lelaki yang bukan mahramnya, maka dia diberikan satu dosa.
Kalau 10 orang lelaki bukan mahram melihat sehelai rambut saya ini, bermakna saya mendapat 10 dosa."
"Tapi Ustaz, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang tlihat rambut saya, ini bermakna beribu-ribu dosa yang saya dapat. Kalau 10 orang yang melihat, bagaimana? Kalau 100 orang melihat? Itu sehari, kalau hari-hari kita tidak memakai jilbab macam saya ni??? Allah..."

"Saya berniat, balik saja dari haji ini, saya akan minta tolong dari ustaz supaya mengajari suami saya sembahyang, puasa, mengaji, untuk beribadah. Saya akan mengajak suami saya pergi haji. Sebagaimana saya, suami saya tu Islam pada nama saja. Tapi itu semua kesalahan saya.
Saya sudah berhasil membawanya masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayapun malah yang jadi seperti orang bukan Islam."

Sejak kembali dari haji tersebut, saya tidak mendengar lagi cerita tentang wanita tersebut. Bagaimanapun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Apakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab ketika koma?
Tidak. Saya percaya dia berbicara jujur. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha?

Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadith. Adakah ia bertolakbelakang?
Benar, apa yang berlaku itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?
Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mahu percaya bahawa "Oh... memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal..." Itu dah terlambat.

REBUTLAH 5 PELUANG INI SEBELUM TIBA 5 RINTANGAN
WAKTU KAYA SEBELUM MISKIN, WAKTU SENANG SEBELUM SIBUK, WAKTU SEHAT SEBELUM SAKIT, WAKTU MUDA SEBELUM TUA DAN WAKTU HIDUP SEBELUM MATI.

" SAMPAIKANLAH PESANKU BIARPUN SATU AYAT...."

Source: @

IJINKAN AKU TETAP MEMANGGILMU IBU



Berikut ini adalah kisah seorang teman Tentang awal keyakinannya untuk memilih Islam sebagai agamanya dengan konflik yang timbul setelahnya. Pada akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa diambil ibrah untuk kita semua.

Aku mencoba menulis untuk diriku, menulis tentang sepenggal kisah hidupku. Yah, kalau mau kita spesifikkan tentang sepenggal episode kehidupan masa laluku. Kehidupan yang selama ini kupendam dan tak ada yang tahu selain aku, beliau, dan Rabbku. Kehidupan yang menjadi pijakan pertama untuk memulai suatu kehidupan jauh lebih indah dari yang kubayangkan sebelumnya. Kehidupan yang membuatku sadar akan pilihan yang kuambil beserta semua konsekuensinya dan kepada siapa akan kukembalikan semuanya.
Namaku Irwan. Tunggu dulu, jangan berpikir ini kisah picisan remaja galau, dan juga jangan kira ini drama percintaan bak film korea dengan segala intrik dan perang dinginnya. Bukan, Ini tentang aku dan kehidupanku.
Aku terlahir pada keluarga non-muslim yang tumbuh dan dibesarkan dalam nuansa keagamaan yang begitu kental. Keluargaku termasuk penganut ibadah yang taat. Teringat jelas bagaimana kehidupan yang kujalani saat itu. Tapi tunggu dulu, bukan kisah itu yang ingin kuceritakan. Tapi tentang kisah titik balik kehidupanku menjadi seorang muslim.
Aku mulai kisahnya pada tanggal 1 Ramadhan 1428 Hijriyah. Entah apa yang ada dibenakku saat itu tapi tiba-tiba aku merasa tertantang untuk ikut berpuasa bersama mayoritas penduduk negeri ini. Ingin kubuktikan bahwa aku juga kuat berpuasa, jangan remehkan ya! Kabar baiknya hari pertama berlalu dengan lancar tanpa ada kendala, dan kabar buruknya orang tuaku tidak tahu apa yang anaknya ini lakukan. But I think it’s not a big deal. Ikut puasa sampai 30 hari penuh, Why not?! Itu rencanaku.
Tapi semua berubah di hari ke-3. Bibiku tahu kalau aku sedang berpuasa (sial –pikirku-). Untungnya dia seorang muslimah tidak seperti kedua orang tuaku. Masih teringat jelas apa yang beliau tanyakan padaku saat itu, “Apakah kamu yakin puasamu nanti diterima oleh Yang di Atas?” Bah, pertanyaan macam apa ini! Bukan itu tujuanku ikut puasa. Aku hanya bisa terdiam membisu, hening tak berkata kemudian berlalu pergi. Pertanyaan bibiku itu dengan sukses berhasil mengganggu jadwal tidurku. Aku bertanya pada diriku sendiri, “Kenapa aku terlahir di keluarga ini? Kenapa ayah dan ibuku keluar dari agama Islam? Kenapa semua ini rasanya berat untuk terfikirkan di kepalaku?” Aku merasa iri kepada mereka yang sudah berIslam sejak lahir. Kenapa? Karena mereka tidak perlu menemukan alasan mengapa mereka beragama Islam. Bukan bermaksud menghakimi, just my opinion.
Aku sedikit belajar tentang Islam waktu di SD dan SMP. Menurutku, Islam agama yang menarik tapi belum cukup untuk membelokkanku dari jalan hidupku waktu itu. Tahun demi tahun pun berjalan sebagaimana biasanya, tanpa perbedaan. Tapi sekarang, tahun ini sepertinya akan jadi tahun yang berat dalam hidupku. Kalian tahu kenapa? Keisenganku berpuasa, pertanyaan bibiku, dan ketertarikanku dengan Islam. Semua memang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sana. Ini bukan kebetulan, tapi ini sebuah takdir yang telah Dia tuliskan untukku. Begitu berat tetapi Deal or no deal, it’s must be a deal. Menerima takdir adalah sebuah keharusan. Bukan sebuah kewajiban sebagaimana peraturan di sekolah yang kadang bisa dilanggar.
Semakin lama aku semakin tertarik dengan Islam. Semakin sering aku membaca tentang kisah-kisah islam, mendengarkan ceramah, dan tanpa kusadari hatiku merasa tentram bersamanya. Terselip banyak ketenangan batin ketika mempelajari itu semua. Aku merasa tahun-tahun itu menjadi tahun yang paling berkesan sepanjang hidupku.
Beberapa hari telah kulalui sejak kejadian itu. Entah sudah hari ke berapa, tapi yang jelas sudah kuputuskan. Ya, benar, sudah kuputuskan untuk menemui bibiku. Aku sudah memikirkannya, memikirkan tentang sebuah ketakutan. Takut jika ternyata keputusanku salah. Takut jika yang kulakukan selama ini sia-sia, takut jika ternyata tempat kembaliku adalah neraka, dan yang paling kutakutkan adalah jika aku kekal tinggal di sana selamanya. Wal ‘iyadzubillah. Saat itu kutetapkan hatiku untuk memilih jalanku dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya. Akhirnya, kuikrarkan dua kalimat yang penuh makna itu. Syahadat…
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
Ya benar, dua kalimat Syahadat. Hatiku tak kuasa menahan haru yang luar biasa. Kini aku seorang mu’allaf.
وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَ‌ةٍ مِّنَ النَّارِ‌ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا
“… dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.” (QS. Ali Imran: 103)
Alhamdulillah, bibiku dengan senang hati mengajariku untuk berwudhu, juga sholat, beliau juga mengajariku beberapa surat pendek. Paginya, aku pertama kalinya melakukan sholat shubuh. Entah aneh rasanya, melakukan yang tidak biasa kita lakukan, rasanya seperti kita sudah terbiasa minum kopi, tapi tiba-tiba kita diharuskan terbiasa untuk minum madu dan jahe. Di roka’at kedua, tak terasa air mataku menetes. Tapi, bukan kesedihan, kegalauan, ataupun rasa berdosa yang mendera.
Ketenangan, tenang rasanya, penuh kedamaian…
Ya Allah, Allah, Allah.. tak henti-hentinya hatiku memanggilnya…
Tetesan air mata yang menemaniku diawal subuh sebagai seorang muslim..
Beberapa hari kemudian, aku menemui guru pengajar agamaku (agama yang dulu) di sekolahku. Aku menyatakan telah memeluk agama Islam. Sepertinya dia terguncang dengan pernyataanku, dia menyesalkan kenapa aku tidak terlebih dahulu berkonsultasi kepadanya. Tapi sekali lagi, It’s not a big deal. Bukan hal yang besar untuk dipermasalahkan. Baiklah, langkah selanjutnya aku harus menemui guru pengajar agama Islam untuk bisa mengikuti pelajaran beliau. Aku datang kerumah beliau dengan seorang teman yang sering aku ajak berkonsultasi tentang agama islam.
Kaget! Ya, aku kaget. Guru pengajar agama Islam, Pak Andik malah menyuruhku memikirkan ulang keputusanku memilih agama Islam. Bagiku ini bukan pilihan, tapi keharusan. Beliau menyuruhku untuk kembali ke rumahnya minggu depan, untuk menentukan pilihan dan memberikan waktu bagiku untuk memantapkan hati. Oke, hari itu cukup membuatku untuk menjadi galau, tapi bukan galaunya anak-anak boyband. Apalagi aktor BBF dari korea itu!! (Ngawur, ed) Setelah semua yang aku lalui, beliau menyuruhku untuk memikirkan kembali keputusanku. Dengan mantap aku katakan tidak! Aku tetap pada keputusanku.
Seminggu kemudian aku datang kerumah beliau dan dengan tetap pada keyakinanku. Tak tergoyahkan dan tak mengubah kemantabanku sedikitpun. Ingat, sedikitpun!! Begitu besar keyakinanku untuk memilihnya dan sungguh sesuai dugaan. Beliau senang, ternyata yang diucapkannya minggu lalu hanya untuk mengetes keyakinanku. Ingin rasanya kubilang WOW (tanpa salto, ed) waktu itu di depan beliau, tapi aku masih punya sopan satun. Baiklah, karena WOW (sekali lagi tanpa salto, ed) belum populer di masa itu. Kita sudahi pembahasan WOW tanpa salto itu, karena minggu depan aku sudah bisa mengikuti pelajaran beliau. Pelajaran Agama Islam..
Tahukah engkau wahai saudaraku, apakah manusia itu bebas berkata, “Aku beriman” lalu mereka dibiarkan saja dan tidak mendapat ujian? Kurasa semua telah paham.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَ‌كُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2)
Inilah ujian berikutnya, pertengahan bulan Ramadhan, guru agamaku yang dahulu memintaku untuk bertemu dengannya. Apakah ajakan untuk berkencan? Jelas bukan! Dia memintaku untuk untuk membuat surat pernyataan bahwa aku yang sudah beragama islam. Tanpa curiga kuikuti kemauannya. Inilah awal petaka dari rentetan petaka-petaka yang ada. Malam harinya saat Ayah dan Ibuku pulang dari ibadah rutinnya, tak ada angin tak ada hujan, Ibuku membentakku, mencemooh dan memarahiku, menyesal punya anak sepertiku. Aku lupa menceritakan kepada kalian bahwa aku belum memberitahu orang tuaku bahwa anaknya telah memeluk agama Islam (But It’s not a big deal sengaja dihapus oleh editor, ed). Anak yang tak tahu balas budi. “Sepertinya ini ada hubungangnya dengan surat pernyataan itu,” pikirku -kemudian hening-. Karena satu patah kata hanya akan memperkeruh udara rumah, membuat oksigen berkurang dan udara menjadi pengap.
Ibuku menangis sejadi-jadinya, dia tidak ingin punya anak sepertiku. Baiklah, kuturuti kemauannya. Mungkin, ibuku juga butuh waktu untuk menerima kenyataan ini. Malam itu aku pergi dari rumah, dengan pakaian yang masih melekat di badan. Kemana tempat tujuanku? Sekolah, tepatnya di masjid Sekolah SMA. Rumah Allah, Rabbku, Rabb semesta alam.
Malam itu aku pergi ke masjid sekolah sambil menangis. Mengadu kepada Rabbku. Aku tidak mengeluhkan tentang beratnya ujian ini, aku hanya meminta kekuatan untuk bisa menghadapinya. Aku tahu aku tak bisa mengahadapi ini sendirian. Kukeluarkan ponselku, sekedar untuk mengetik pesan singkat kepada teman-temanku. Siapa saja, tolonglah! Aku butuh seseorang. Aku butuh teman. Tapi tak ada satupun yang datang. Baiklah, lagi-lagi aku katakan, It’s not a big deal. Tidak masalah, akhirnya kuhabiskan malam ini di sekolah.
Paginya, seorang temanku datang ke sekolah. Alhamdulillah, Allah tidak membiarkanku terlalu lama sendirian. Sendirian itu tidak enak. Siang harinya -entah dari mana mereka tahu- orang tuaku menjemputku ke sekolah. Mereka memintaku untuk pulang. Apakah kisahnya sudah selesai? Tentu saja belum.
Aku pulang dengan ragu. Ayah dan Ibu hanya diam di rumah, aku juga diam. Haripun berlalu. Keesokan harinya, saat sedang menonton TV, ibuku datang menghampiri. Beliau memperlihatkan catatan kadar gula darahnya yang di atas normal. Beliau bertanya kepadaku apakah aku tidak kasihan kepadanya. Tentu saja aku kasihan. “Aku ini anak yang normal Bu,” batinku.  Beliau mengancam akan terus menambah gula darahnya jika aku tidak kembali pada agama mereka. Lagi-lagi hanya bisa diam. Tapi kali ini aku berkata dalam hati, “Bahkan jika engkau wahai ibuku, punya 100 nyawa sekalipun, aku akan tetap memilih jalan ini.”
لاَ تَفْعَلِي يَا أُمَّه، إِنِّي لاَ أَدَعُ دِيْنِي هَذَا لِشَيْءٍ
“Jangan engkau lakukan itu wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.”
تَعْلَمِيْنَ وَاللهِ يَا أُمَّاهُ لَوْ كَانَتْ لَكِ مِئَةُ نَفْسٍ فَخَرَجَتْ نَفْسًا نَفْسًا مَا تَرَكْتُ دِيْنِيْ
“Demi Allah, ketahuilah wahai ibu seandainya engkau mempunyai seratus nyawa dan keluar satu persatu, maka aku tidak akan meninggalkan agama ini.”
(Sa’ad bin Abi Waqqash kepada ibundanya)
Maaf, apakah kalian pikir hal ini mudah bagiku? Tidak! Rasanya berat. Sungguh sangat berat. Bayangkan jika orang yang kalian cintai, sayangi dan kasihi berkata seperti itu hingga menetes air mata beliau. Tapi tetap kucoba untuk menjelaskan kepada ibuku secara perlahan tentang pilihanku, jalanku.
Bersama derai air mata, aku meminta sedikit rasa iba dari hati ibuku.
Meminta sedikit pengertian untuk menerimaku..
Aku anakmu bu.. Aku anakmu..
Anak yang kau kandung selama 9 bulan 10 hari..
Kau rawat dan kau jaga..
Aku akan tetap menyayangimu..
Akan menyayangimu..
Kupeluk ibuku dengan penuh kasih sayang..
Ibu, aku tak akan pernah membencimu..
Meneteslah air mata ibuku..
Meskipun jalan kita berbeda tapi aku anakmu, aku tetap menyayangimu. Bukan aku tak peduli dengan ancamanmu tetapi bukan itu tujuanku. Aku ingin kau menerimaku dengan ketulusanmu sama seperti ketika engkau membesarkanku mulai kecil sampai saat ini.
Ujian berikutnya datang dari paman dan bibiku, aneh. Mereka memintaku untuk kembali keagama yang dulu. Karena mereka merasa kasihan kepada ibuku, iba terhadap kondisinya. “Sekarang siapa yang jadi lemah, kalian tidak melihat aku juga sangat menderita di sini,” pikirku. Apakah kalian tak melihat tersayatnya hatiku? Ayolah, aku juga menderita. Tetapi, aku tetap di atas keyakinanku, dan jangan goyahkan itu. Kali ini aku berani mengeluarkan kata-kata karena memang aku yakin jika aku ada di atas kebenaran.
Tanggal 1 Syawal 1429 Hijriyah, pertama kalinya aku mengikuti sholat ‘ied. Alhamdulillah, sekarang ibuku menyiapkan pakaianku untuk pergi mengikuti sholat. Senang rasanya bisa menyelesaikan 30 hari berpuasa. Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf kepada Ayah dan Ibuku. Tapi saat kuhampiri ibuku yang duduk di sofa, saat kuulurkan tanganku untuk meraih tangannya, bliau enggan menyambut tanganku, beliau enggan untuk memaafkanku. Aku menangis, kuhampiri ayahku. Tapi syukurlah kali ini ayahku bersedia memaafkanku. Cukup untuk tidak membuatku lebih terluka.
Itulah sepenggal kisahku. Sekarang sudah tahun ke-5 sejak hari itu. Kini ibuku rela bangun pagi hanya untuk mengingatkan agar aku tak lupa untuk makan sahur. Beliau selalu mengingatkanku untuk menjaga kesehatan, bahkan mengingatkanku untuk rajin minum susu agar aku kuat untuk menjalani puasa. Alhamdulillah, meski kami berjalan di atas jalan yang berbeda, takkan lelah hati ini berharap mereka kelak bisa shalat berjamaah denganku, melewati puasa Ramadhan bersama, dan kembali memeluk agama yang diridhoi Allah ta’ala. Insya Allah.
Yaa Allah, tak lelah hati ini meminta dan mengiba padamu.
Tak lelah hatiku berharap kan cahaya darimu
Bimbing aku agar selalu dekat denganMu
Lindungi aku dari segala kejahatan dunia dan peluklah aku dalam naungan kasih sayangMu.
Engkaulah Rabb seluruh alam, Engkaulah tempatku meminta..
Engkau.. hanya Engkau..
ditulis oleh Irwan Abu Abdirrahman Al-Magetaniy dengan perubahan dan tambahan.

“Ujian” dari Orangtua pada Saat Akhir Hayat

Saudara sekampung saya mempunyai ibu yang sudah lumpuh. Penyakit stroke yang menyerangnya membuat sang ibu sudah tidak berdaya lagi. Setiap hari ibunya hanya tergolek di atas kasur. Makan, mandi, ganti baju, pipis, dan BAB semua di atas kasur. Ibunya persis seperti dalam keadaan bayi kembali. Kehidupan ibunda sangat bergantung pada perhatian anaknya. Anak-anaknya yang sudah besar dan sudah berkeluarga tinggal di Jawa, mereka sekali seminggu datang bergantian ke Padang untuk merawat ibunya. 

Alhamdulillah, mereka masih sabar merawat ibunya. Mereka harus setiap hari memandikan orantuanya, membersihkan kotorannya, menyuapinya makan, dan menjemurnya pada matahari pagi. Semua pekerjaan itu dilakukan setiap hari dan sudah bertahun-tahun, namun ibunya masih tetap diberi umur panjang sampai kini. Saya bisa membayangkan andaikata anak-anaknya tidak sabar, mungkin di dalam hati mereka pernah terbersit rasa kesal, bosan, menggerutu, dan sebagainya, atau yang paling ekstrim mungkin setan pernah membisikkan kenapa tidak berharap ibunya cepat mati supaya tidak terbebani lagi (hii, kejam ya). Mudah-mudahan saja mereka tetap diberi kesabaran, amiin.

Saya punya beberapa teman dengan kondisi orangtua stroke seperti di atas, atau punya orangtua yang sudah sangat tua renta dan pikun sehingga perangainya kembali seperti anak-anak (cerewet, sensitif sehingga mudah tersinggung, banyak maunya, dan sifat-sifat yang menjengkelkan). Ada teman yang saya nilai masih bisa bersabar menghadapi oranguanya, tetapi sekali dua saya pernah pernah mendengar gerutuan dan kekesalan yang diceritakan seorang teman terkait perangai orangtua mereka, atau keluhannya yang merasa sudah tidak sanggup merawat orangtuanya yang seperti bayi. 

Saya menganggap bahwa semua kejadian di atas adalah ujian dari Allah SWT kepada seorang anak. Dengan kondisi orangtua yang sudah tidak berdaya, tua renta dan sakit-sakitan, Allah ingin menguji iman seorang anak sampai sejauh mana dia tetap sabar, sampai sejauh mana dia bisa menunjukkan bakti kepada orangtua di akhir hayatnya. Allah SWT ingin menguji apakah betul anda adalah anak yang sholeh, apakah kesholehan itu hanya sekadar slogan semata? Relakah anak mengurusi kotoran orangtuanya di atas kasur, sebagaimana dulu orangtuanya tidak pernah mengeluh membereskan kotoran anaknya ketika masih bayi? Allah SWT ingin melihat bukti kalau benar anda adalah anak yang berbakti.

Merawat orangtua pada saat akhir hayatnya adalah perbuatan yang mulia, sebab bernilai ibadah yang besar sekali pahalanya.

Sepupu saya pernah bercerita betapa dia masih belum puas mengurus ibunya yang sakit dan tergolek di atas kasur selama berbulan-bulan sebelum akhirnya meninggal. Sengaja dia meninggalkan keluarganya selama beberapa bulan, pergi ke kampung untuk merawat ibunya. Dia mandikan, dia suapi makan, dia bersihkan kotorannya. Semua itu dilakukannya tanpa merasa keluh kesah, dengan senang hati dia lakukan yang terbaik untuk ibunya pada saat akhir hayatnya. Setelah ibunya wafat, dia masih merasa belum merasa cukup untuk berbakti, masih belum puas, kalau bisa masih lama lagi merawatnya, tetapi Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk ibunya dan anaknya. 

Begitu jua cerita seorang teman saya yang saya kenal sejak SMP. Dia punya karir bagus di Amerika, otaknya cemerlang, tapi dia belum berkeluarga. Ketika mendengar ayahnya sakit karena stroke, dia resign dari tempat kerjanya di Amerika, dia pulang ke Indonesia dengan satu niat: merawat ayahnya yang sakit. Selama tiga tahun dia memulai usaha di Jakarta sambil merawat ayahnya. Dia sengaja menunda menikah karena tidak ingin terganggu konsentrasinya untuk merawat ayahnya. Sampai ayahnya wafat, dia merasa sangat puas karena sudah menunjukkan baktinya yang terakhir dengan merawat ayahnya. Setelah ayahnya wafat, barulah dia menikah.

Begitulah cinta kita sebagai anak kepada orangtuanya. Sayangnya saya tidak mengalami kejadian-kejadian yang dialami teman dan sepupu saya di atas. Kematian kedua orangtua saya begitu dimudahkan oleh Allah SWT. Ibu saya ketika sudah tua pernah meminta keinginan kepada Tuhan agar kelak kalau dirinya mati tidak dalam keadaan merepotkan anak-anaknya, dia ingin meninggal begitu saja di atas kasur tanpa sakit berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ibu saya tampaknya paham setelah melihat kondisi saudara kami sekampung yang saya ceritakan pada bagian awal tulisan. Dia tidak ingin bernasib seperti saudara sekampung kami itu. Rupanya Tuhan mengabulkan keinginan ibu saya, dia meninggal tiba-tiba saja di rumah tanpa sebab sakit atau suatu apa. Mudah-mudahan arwah almarhmah ibunda diberi tempat yang layak di sisi-Nya dan dimasukkan ke dalam syurga, Amiin.

Sementara ayah saya lebih dulu wafat sebelum ibu, yaitu enam tahun sebelumnya. Ayah saya meninggal karena sakit kanker usus, tetapi baru ketahuan pada tahun terakhir kematiannya. Memang ayah saya bolak-balik ke rumah sakit untuk kontrol, dan pada saat sakitnya sudah akut, dia dirawat di rumah sakit. Hanya seminggu di rumah sakit, dan setelah itu dia pergi untuk selama-lamanya. Mudah-mudahan arwah almarhmah ayahanda saya diberi tempat yang layak di sisi-Nya dan dimasukkan ke dalam syurga, Amiin.
Begitulah renunganku hari ini. Bakti kita kepada orangtua diminta bukti oleh Allah SWT melalui serangkaian ujian yang diberikan-Nya disaat hari tua orangtua kita. Mudah-mudahan kita smeua termasuk anak-anak yang sholeh, amiin.

Belajar dari Keikhlasan Tukang Sol Sepatu

Cerita ini saya peroleh dari milis, tetapi setelah saya cari di Google ketemu juga beberapa blog yang memuat tulisan serupa
***

Kisah Tukang Sol Sepatu

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang solsepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, pemuda tadi terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”
“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.
“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”
“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”
“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”
Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”
Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.
“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”
“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.
Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.

Kesuksesan akan menyertai keikhlasan dan rasa syukur.

Dua dari Tiga Hakim Masuk Neraka

Hari Jumat yang lalu ada kejadian yang menghebohkan dunia hukum di negeri ini. Seorang hakim yang menjabat Wakil Kepala Pengadilan Negeri Bandung ditangkap oleh KPK di kantornya karena telah menerima uang suap sebesar 150 juta dari seseorang pengusaha 

Kasus hakim (termasuk juga jaksa) yang ditangkap karena menerima suap dari orang yang terlibat hukum sudah kesekian kali terjadi. Seakan tidak kapok-kapok saja dengan kasus yang serupa, hakim yang culas menjual integritasnya demi seonggok uang. Hakim yang bermental buruk seperti ini berkongkalingkong dengan orang yang terlibat perkara. Hukuman seseorang bisa diatur menjadi ringan atau bebas, tentu saja dengan imbalan berupa uang atau materi. 

Di negeri ini apa saja bisa dibeli, termasuk hukum pun bisa dibeli. Kasus-kasus penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, panitera) ditangkap karena terlibat korupsi membuat kepercayaan masyarakat kita kepada penegak hukum sudah mencapai titik nadir. Kalau penegak hukum saja sudah mempermainkan hukum, kepada siapa lagi kita harus percaya?

Hakim adalah orang yang dipercaya untuk memutus perkara dengan jujur. Allah SWT mempunyai 99 buah nama (asmaul husna), salah satunya Al-Hakim yang artinya Maha Bijaksana. Allah lah Hakim yang sebenar-benarnya adil karena Dia Maha Bijaksana. Allah memberikan sebagian sifat bijaksana-Nya itu kepada para hakim, agar para hakim dapat memutus perkara dengan adil sebagaimana sifat Allah yang Maha Bijaksana itu. Kata Rasulullah, Allah selalu bersama seorang hakim selama dia berlaku adil:
Allah beserta seorang hakim selama dia tidak menzalimi. Bila dia berbuat zalim maka Allah akan menjauhinya dan setanlah yang selalu mendampinginya. (HR. Tirmidzi).

Kepercayaan Rasulullah kepada hakim demikian besar, sampai-sampai Rasulullah berkata sebagai berikut:
Barangsiapa diangkat menjadi hakim maka dia telah disembelih tanpa menggunakan pisau. (HR. Abu Dawud).

Lidah seorang hakim berada di antara dua bara api sehingga dia menuju surga atau neraka. (HR. Abu Na’im dan Ad-Dailami).

Oleh karena hakim menjalankan sebagian sifat Allah yang Maha Bijaksana, maka sangat besar murka Allah kepada hakim yang tidak berlaku adil. Dalam sebuah hadis Rasulullah berkata bahwa dua dari tiga hakim masuk neraka karena mereka mengadili tidak dengan kebenaran (termasuk menjual hukum dengan uang): 

Hakim terdiri dari tiga golongan. Dua golongan hakim masuk neraka dan segolongan hakim lagi masuk surga. Yang masuk surga ialah yang mengetahui kebenaran hukum dan mengadili dengan hukum tersebut. Bila seorang hakim mengetahui yang haq tapi tidak mengadili dengan hukum tersebut, bahkan bertindak zalim dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Yang segolongan lagi hakim yang bodoh, yang tidak mengetahui yang haq dan memutuskan perkara berdasarkan kebodohannya, maka dia juga masuk neraka. (HR. Abu Dawud dan Ath-Thahawi).

Betapa berat pertanggugjawaban seorang hakim di akhirat kelak, karena itu janganlah para hakim (dan jaksa) mempermainkan hukum. Siksa Allah menunggu para hakim yang bisa dibeli.

Menipu dengan Kabar Anak Kecelakaan, Modus yang Sudah Basi (Namun Banyak Juga Korbannya)

Ini kisah dari Tetangga dan Teman kami....

Beberapa hari yang lalu pembantu di rumah (kami semua sudah ke kantor dan anak-anak masuk sekolah) menerima telepon dari orang tidak dikenal yang mengaku guru anak saya bernama Agus. Orang bernama Agus itu mengabarkan anak saya jatuh dari tangga di sekolah dan pingsan dan sekarang dia dibawa ke rumah sakit. Agus meninggalkan nomor telepon untuk segera dihubungi.
Tentu saja pembantu di rumah panik, mana hanya dia sendiri di rumah. Namun pembantu saya masih bisa berpikir normal lalu menelpon istri saya di kantor. Istri saya mengabarkan bahwa itu penipuan, sebab tidak ada guru anak kami bernama Agus (itulah pentingnya mengetahui nama-nama guru di sekolah anak kita). Untuk lebih menyakinkan lagi, istri saya menelpon gurunya di sekolah, ternyata anak kami sehat-sehat saja tuh.
Ini kejadian kedua orang tidak dikenal menelpon ke rumah kami. Tahun yang lalu juga ada kejadian yang mirip, kali ini “menimpa” anak saya yang nomor dua. Jam sembilan pagi si penelpon mengabarkan bahwa anak saya yang sedang naik sepeda ditabrak oleh mobil dan sekarang sedang berada di rumah sakit. Dia mengaku sebagai orang yang membawa anak saya itu ke rumah sakit, kemudian meninggalkan nomor telepon untuk dihubungi kembali. Kebetulan waktu itu istri saya sedang berada di rumah karena sedang sakit, jadi pembantu yang menerima telpon langsung memanggil istri saya. Jelas sekali ini penipuan, sebab anak saya tidak mungkin main sepeda pada jam belajar sekolah. Sekolahnya sangat ketat sebab tidak membolehkan murid keluar areal sekolah selama jam sekolah. Jadi, mana mungkin dia berkeliaran di jalan raya pada jam segitu?
Modus penipuan model begini sudah sering terjadi dan korbannya sudah banyak. Modusnya mengabarkan anak atau anggota keluarga kita kecelakaan, lalu kita disuruh menghubungi nomor yang dia berikan. Kalau kita panik maka masuklah kita dalam perangkap si penipu. Orang yang kita hubungi itu ujung-ujungnya mengaku dokter dan mengatakan bahwa anak kita akan dioperasi, tetapi rumah sakit membutuhkan biaya operasi (untuk membeli obat, alat, dan sebagainya) yang harus ditransfer saat itu juga. Dokter gadungan itu menebar “ancaman” bahwa jika operasi telat dilakukan maka nyawa anak kita tidak bisa diselamatkan. Siapapun orangtua pasti tambah panik dan langsung ke ATM untuk mentransfer uang ke rekening dokter palsu.
Berdasarkan cerita yang saya dengar dari korban maupun dari cerita orang-orang, modus penipuan yang saya ceritakan di atas tergolong mudah dipatahkan karena “korban” dan keluarga masih dalam satu kota/lokasi. Bagaimana jika korban terpisah dalam jarak yang jauh? Modus yang pernah saya dengar adalah sebagai berikut:
Targetnya adalah anak atau anggota keluarga yang tinggal di kota lain (mungkin karena kuliah atau bekerja di kota yang jauh). Penipu itu terorganisir melalui jaringan dan sudah mengenal nomor telpon kerabat si target (keluarganya atau teman-temannya). Mula-mula si target ditelpon oleh seseorang yang mengaku polisi. Polisi itu meminta si target mematikan HP-nya dengan alasan sedang melacak sinyal telepon pelaku kejahatan (teroris, penebar narkoba, dsb). Selain si target, polisi gadungan itu juga menghubungi kerabat korban yang tinggal sekota (seperti teman kos, teman kuliah, teman kerja) dan meminta mematikan HP mereka selama satu jam dengan alasan yang sama.
Setelah HP si target dan kerabatnya mati, penipu yang mengaku dokter bernama X menelpon orangtua korban dan mengabarkan si target ditabrak mobil dan sekarang berada di rumah sakit. Dokter gadungan mengatakan si target akan dioperasi tetapi terkendala peralatan medis yang harus diimpor dari Singapura. Dokter gadungan meminta si orangtua mentransfer uang segera supaya alat medis dapat dipesan dan diterbangkan langsung dari Singapura secepatnya agar operasi dapat dilakukan.
Orangtua yang masuk perangkap penipu tentu jalan pikirannya tidak jernih lagi sebab dilanda kepanikan. Ketika HP si anak dihubungi, mati, begitu pula ketika teman-teman si anak dihubungi untuk menanyakan kepastian kecelakaan itu ternyata HP mereka juga mati, tambah paniklah si orangtua. Kondisi makin mencekam setelah dokter gadungan menelpon beberapa kali dengan mengabarkan kondisi si anak yang makin kritis. Jika orangtua masuk dalam perangkap penipu, maka puluhan juta uang melayang via ATM ke rekening penipu.
Seharusnya orangtua menenangkan diri terlebih dahulu lalu mencoba berpikir nomal bahwa rumah sakit manapun tidak punya prosedur menghubungi keluarga untuk meminta biaya operasi. Biaya operasi ditanggung rumah sakit, baru setelah pasien keluar dari rumah sakit biaya operasi dibebankan kepada keluarga korban. Tetapi, penipu memanfaatkan keawaman orang Indonesia yang tidak paham prosedur di rumah sakit. Lebih bagus lagi kalau orangtua memiliki nomor kontak rumah sakit yang dituju, lalu menanyakan apakah betul ada dokter bernama X. Kalau memang ada, tanyakan lagi apakah ada korban kecelakaan bernama anak kita, dan sebagainya. Intinya adalah cek dan ricek itu penting.

Kecanduan “Game Online” Bagaikan Narkoba


Contoh sebuah game online

Contoh sebuah game onlineArtis dan para pesohor memakai narkoba mungkin sudah biasa. Mereka seperti orang yang bingung menghabiskan uangnya untuk apalagi, lalu dicarilah kebahagiaan semu dengan mengkonsumsi narkoba. Mula-mula ikut-ikutan akhirnya ketagihan karena kecanduan. Maka, jika para artis atau orang terkenal sering digerebek karena mengkonsumsi serta memperjualbelikan narkoba (seperti kasus penangkapan Raffi Ahmad cs baru-baru ini), itu berita yang sudah basi.

Jika para artis dan orang terkenal kecanduan narkoba, maka kalangan pelajar dan mahasiswa saat ini kecanduan game online. Mereka tahan duduk berjam-jam di depan komputer bermain game yang terhubung dengan internet. Kalau sudah main mereka sering lupa segala-galanya, lupa belajar, lupa tidur, dan mungkin lupa sekolah/kuliah. Padahal bermain game online tidak hanya melelahkan stamina, tetapi juga menguras uang (untuk membayar akses internet). 

Pengaruh buruk bermain game online (termasuk video games yang tidak menggunakan internet seperti PS2) pada anak sudah banyak dibahas di berbagai media, misalnya anak menjadi agresif, berbicara kasar, kurang bersosialisasi, mengganggu pertumbuhan, dan sebagainya (baca tulisan ini: Efek Bahaya Dari Kecanduan Games Online). 

Namun tidak hanya itu saja, anak bahkan sampai nekat mencuri agar bisa terus bermain game online di warnet. Sudah banyak berita atau tulisan yang membahas kecanduan game online ini dapat membuat anak berperilaku kriminal (baca ini: Kecanduan-Game-Online-Anak-Bisa-Kriminal). Di Bandung baru-baru ini ada seorang anak mencuri motor agar dapat memperoleh uang untuk bermain game online di warnet (baca berita ini). Kasus terbaru adalah sekumpulan bocah SD yang membobol rumah dan mencuri barang di dalamnya untuk dijual sebagai biaya bermain game online (Baca: 7-siswa-dibawah-umur-nekat-mencuri-karena-kecanduan-game-online).

Anda jangan kaget jika game online tidak hanya membuat candu anak-anak, bahkan mahasiswa pun ada yang “terjerumus” kecanduan game online. Kasusnya terjadi pada mahasiswa ITB, kebetulan mahasiswa di lingkungan fakultas saya. Nilai-nilai kuliahnya anjlok.. jlok..jlok, bahkan terancam drop out (DO), setelah ybs kecanduan game online. Bisa dimengerti kenapa anjlok sebab ia jarang kuliah, tidak ikut ujian, dan tidak membuat tugas kuliah. Untung saja kasus ini dapat diketahui oleh dosen walinya sehingga orangtuanya dipanggil ke kampus. Namun untuk melepaskan si mahasiswa dari kecanduan game online rupanya tidak mudah, dia perlu didampingi dua orang piskolog sekaligus untuk melepaskan ketergantungannya pada game online. Seperti apa terapinya saya kurang tahu. Yang jelas dukungan dan perhatian dari orangtua, teman, dan lingkungan sangat dibutuhkan dalam proses melepaskan ketergantungan game online tersebut.

Saya tidak mendengar kabar selanjutnya tentang mahasiswa yang kecanduan game online tersebut, namun sekarang ganti mahasiswa di bawah perwalian saya sendiri yang terkena candu game online. Program TPB-nya (tingkat 1 di ITB) sangat kritis, dia terancam D.O sebab sebagian besar mata kuliah TPB-nya tidak lulus. Kesempatan terakhir tinggal pada semester ini saja untuk menyelamatkan nasibnya di ITB. Parah, parah, parah!

Mungkin anda berpikir bahwa mahasiswa pecandu game online tersebut jika diarahkan dengan baik dapat menjadi game developer kelak. Sepertinya logikanya gampang, orang yang maniak game tentu dapat menjadi pembuat game. Namun saya sangsi, bagaimana dia dapat menjadi pembuat game jika sebagain besar waktunya habis untuk bermain game. Kapan berpikirnya? Harus dihentikan dulu maniaknya bermain game, baru dia bisa diarahkan menjadi seorang pengembang game.

Kisah Hikmah: Air Mata Seorang Ibu

Tetesan Air Mata Seorang Ibu
Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu”.
Saudara/i ku seiman..para facebooker yang dirahmati Allah..sungguh tak sekali pun kudengarkan muhadharah ini kecuali saya dalam keadaan berlinang airmata, saya terjemahkan untuk kita semua, moga kecintaan pada Ibu selalu diingatkan oleh Allah dalam hati-hati kita…selama beliau masih bersama kita..
Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya , pernikahan mereka berumur 21 tahun, mereka mulai bercakap dan ia bertanya pada suaminya, ” Tidakkah engkau ingin keluar makan malam bersama seorang wanita?”. Suaminya kaget dan berkata,” Siapa? Saya tak memiliki anak juga saudara”. Wanita itupun kembali berkata,” Bersama seorang wanita yang selama 21 tahun tak pernah kau temani makan malam”.
Tahukah kalian siapa wanita itu??
Ibunya…

ُﻩﺎَّﻳِﺇ ﻻِﺇ ﺍﻭُﺪُﺒْﻌَﺗ ﻻَﺃ َﻚُّﺑَﺭ ﻰَﻀَﻗَﻭ َﻙَﺪْﻨِﻋ َّﻦَﻐُﻠْﺒَﻳ ﺎَّﻣِﺇ ﺎًﻧﺎَﺴْﺣِﺇ ِﻦْﻳَﺪِﻟﺍَﻮْﻟﺎِﺑَﻭ ٍّﻑُﺃ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻘَﺗ ﻼَﻓ ﺎَﻤُﻫﻼِﻛ ْﻭَﺃ ﺎَﻤُﻫُﺪَﺣَﺃ َﺮَﺒِﻜْﻟﺍ ﻻْﻮَﻗ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻗَﻭ ﺎَﻤُﻫْﺮَﻬْﻨَﺗ ﻻَﻭ َﻦِﻣ ِّﻝُّﺬﻟﺍ َﺡﺎَﻨَﺟ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﺾِﻔْﺧﺍَﻭ * ﺎًﻤﻳِﺮَﻛ ﻲِﻧﺎَﻴَّﺑَﺭ ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﻬْﻤَﺣْﺭﺍ ِّﺏَﺭ ْﻞُﻗَﻭ ِﺔَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ﺍًﺮﻴِﻐَﺻ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Isra’: 23-24)

Wanita itu berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya”, suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.

Maka hari itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, gimana menurutmu jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu, bersiaplah”. Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?” jawabnya. ” Tidak ibu”, berulang kali sang ibu bertanya.
“ Ibu, malam ini saya ingin keluar bersamamu”.
Mengherankan! Ibunya begitu tak percaya namun sangat bahagia. “Mungkin kita bisa makan malam bersama, bagaimana menurutmu?”. Ibunya kembali bertanya, ”Saya keluar bersamamu anakku?”
Ibunya seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21 tahun pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya, begitu lama waktu telah berlalu ia dalam kesendirian, dan datanglah hari ini, anaknya menghubunginya dan mengajaknya bersama. Seolah tak percaya, diapun bersiap jauh sebelum malam tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia yang meluap-luap! Ia menanti kedatangan anaknya.

Laki-laki itupun bercerita : “ Setibaku di rumah menjemput ibu, kulihat beliau berdiri di depan pintu rumah menantiku”

Wanita tua…menantinya di depan pintu! “Dan ketika beliau melihatku, segera ia naik ke mobil.
Saya melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan, ia tertawa dan memberi salam padaku, memeluk dan menciumku, dan berkata: Anakku, tidak ada seorang pun dari keluargaku..tetanggaku…yang tidak mengetahui kalau saya keluar bersamamu malam ini, saya telah memberitahukan pada mereka semua, dan mereka menunggu ceritaku sepulang nanti” Lihat bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!
Sebuah syair berbunyi :

Apakah yang harus kulakukan
agar mampu membalas
kebaikanmu? Apakah yang harus kuberikan
agar mampu membalas
keutamaanmu?
Bagaimanakah kumenghitung

kebaikan-kebaikanmu ?
Sungguh dia begitu
banyak..sangat banyak..dan
terlampau banyak!

Dan kami pun berangkat, sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami mengenang hari-hari yang lalu.
Setiba di restoran, saya baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju terakhir yang Ayah belikan untuknya, setelah 21 tahun saya tak bersamanya tentu pakaian itu terlihat sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku. Kami duduk dan datanglah seorang pelayan menanyakan menu makanan yang hendak kami makan, kulihat ibu membaca daftar menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya kufahami kalau ibuku tak mampu lagi membaca tulisan di kertas itu. Ibuku sudah tua dan matanya tak bisa lagi melihat dengan jelas.

Kubertanya padanya,” Ibu, apakah engkau mau saya bacakan menunya?” Beliau segera mengiyakan dan berkata, “ Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang membacakan daftar menu untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku..kau bacakanlah untukku”
Maka sayapun membacakan untuknya, dan demi Allah..kurasakan kebahagiaan merasuki dadaku..
Beberapa waktu datanglah makanan pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak menyentuh makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena rasa gembira beliau merasa tak selera untuk makan.

Dan ketika selesai makan, kami pun pulang, dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian seperti ini setelah bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya.
Setiba di rumah, kutanyakan padanya : “ Ibu..bagaimana menurutmu kalo kita mencari waktu lain untuk keluar lagi?” beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”
Maka haripun berlalu, Saya sibuk dengan pekerjaan..dengan perdagangan..dan terdengar kabar Ibuku jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah kujanjikan. Hari terus berlalu dan sakitnya kian parah. Dan…(Ya Alloh … Astaghfirullohal al’adzim…Ibuku meninggal dan tak ada malam kedua yang kujanjikan padanya.

Setelah beberapa hari, seorang laki- laki menelponku, ternyata dari restoran yang dulu kudatangi bersama ibuku. Dia berkata,” Anda dan istri Anda memiliki kursi dan hidangan makan malam yang telah lunas” Kami pun ke restoran itu, setiba disana..pelayan itu mengatakan bahwa Ibu telah membayar lunas makanan untuk saya dan istri.

Dan menulis sebuah surat berbunyi : “Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk kedua kalinya.

Namun, saya telah berjanji padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telah menggantikanku untuk makan malam
bersamamu”

Saya menangis membaca surat ibuku…dimana saya selama ini ?? di mana cintaku untuk Ibu?? Selama 21 tahun…. ….

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah

yusuf-mansur Pada bulan Ramadhan tahun ini, di layar TV hampir setiap hari muncul wajah ustad muda yang namanya sedang melejit. Dialah ustad Yusuf Mansur, ustad muda dari Betawi. Usianya memang masih sangat muda, setelah mencari data lewat Mbah Google saya baru tahu kalau dia lahir pada tanggal 19 Desember 1976, jadi usianya baru 33 pada tahun ini. Wajahnya yang baby face, bersih, dan terkesan imut-imut. 

Setelah pamor Aa Gym redup, ada beberapa ustad muda yang tengah naik daun. Mereka diantaranya adalah Ustad Jefry, Ustad Arifin Ilham, dan Ustad Yusuf Mansur (Ustad = guru). Kalau ustad Jefry dikenal sebagai “ustad gaul” karena dia populer di kalangan anak-anak muda. Kalau Ustad Arifin Ilham populer dengan majelis dzikirnya yang menghadirkan ribuan ummat dengan dress code putih-putih. Oh ya, saya ada sedikit kritikan buat Arifin Ilham, menurut saya dzikir itu tidak perlu dilakukan secara massal dan terbuka seperti itu, apalagi disiarkan secara langsung oleh televisi yang menampilkan Ustad Arifin Ilham menangis tersedu-sedu diikuti oleh para jamaahnya. Kurang sreg gitu, menurut saya eksploitasi seperti itu dapat mengurangi kekhusukan dzikir sebagai ibadah personal antara makhluk dengan Khaliknya.

Namun terhadap ustad Yusuf Mansur saya memberi respon positif. Saya mengikuti ceramah, diskusi, maupun obrolan dari ustad ini di televisi. Kata-katanya sederhana namun bernas dan mengena di hati. Ustad Yusuf Mansur mengusung tema “shadaqoh” atau sedekah dalam setiap dakwahnya. Dia mengajak ummat Islam untuk rajin bersedekah. Sebagian besar ummat Islam memahami sedekah adalah sebuah pemberian secara ikhlas untuk membantu orang dhuafa, misalnya memberi sedekah kepada pengemis, anak yatim, orang miskin, dan kaum papa lainnya. Setelah memberi sedekah umumnya kita melupakan pemberian tadi dan menganggap sedekah sebagai hal yang biasa saja.

Tapi, di “tangan” ustad Yusuf Mansur, makna sedekah (giving) lebih dari sekedar memberi. Dia menulis di dalam bukunya, The Power of Giving, tentang manfaat bersedekah. Sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa, memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah, memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa-doa. Dia menjelaskan konsep yang bernama “matematika sedekah”. Konsep matematika sedekah tidak sama dengan matematika yang kita kenal. Dasarnya ada pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 160 dimana Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (bersedekah adalah salah satu perbuatan baik):

Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An’am (6) : 160

Begini konsep matematika sedekah itu

Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,

sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.

Jika matematika sedekah itu dilanjutkan, maka kita memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100

Jadi, setelah 10 unit harta kita habis disedekahkan, maka kita memperoleh balasan dari Allah SWT 10 kali lipat dari semula, yaitu 100 unit. Matematika sedekah ini juga menjelaskan bahwa seseorang tidak akan jatuh miskin karena sering bersedekah, sebaliknya rizkinya makin bertambah. Subhanallah. Karena itu tidaklah perlu seseorang mempunyai sifat pelit atau kikir kepada orang lain.

Apakah balasan dari Allah SWT yang 10 kali lipat itu? Apakah berupa rezki yang jumlahnya 10 kali lipat dari harta yang kita sedekahkan? Wallahu alam, bisa begitu atau dalam bentuk yang lain, hanya Allah yang tahu. Balasan dari Allah SWT bisa berupa bantuan yang tidak terduga datangnya, bisa juga berupa dikabulkannya doa dan keinginan yang selama ini selalu dipinta. Ustad Yusuf Mansur menghadirkan kisah orang-orang yang mendapat anugerah tidak terduga karena kebiasaan bersedekah. Ada tukang bubur ayam keliling yang mendapat hadiah naik haji, ada wanita yang sudah “pertu” (perawan tua) mendapat jodoh, ada orang yang terlilit hutang yang ditolong orang lain sehingga hutangnya lunas, dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa memang Allah SWT membalas pemberian ummat-Nya dengan balasan yang tidak pernah ia bayangkan.

Satu hal yang pasti, Allah SWT sangat menyayangi ummat-Nya. Bersedekah atau memberi dapat mengijabah doa dan memudahkan banyak urusan. Memberi itu memang menakjubkan, giving is amazing.

Kesaksian: TKW Asal Indonesia di Arab Saudi Banyak yang Berperilaku Buruk

Selama ini kita mendengar kisah-kisah penderitaan TKW Indonesia yang bekerja di Arab Saudi hanya dari satu pihak saja, yaitu dari para korban dan dari media. Pada akhirnya kisah-kisah tragis tersebut melahirkan kebencian kepada etnis Arab dan menyerempet juga kepada agama Islam. Hal ini tercermin pada komentar-komentar pembaca di media daring yang bernada hujatan dan kebencian kepada bangsa Arab (dan juga dikait-kaitkan dengan Islam). 

Agar lebih obyektif dan berimbang, di bawah ini ada kesaksian berbeda dari WNI yang menetap di Arab Saudi — dan bersuamikan orang Arab — yang menceritakan perilaku TKW di Arab Saudi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ternyata sebagian TKW itu memang sudah bermasalah dari tanah air, dan sebagian lagi memiliki niat yang tidak baik menjadi TKW ke Arab. Maka kalau sebagian majikan Arab Saudi ada yang melakukan kekerasan kepada para TKW tersebut, kita jadi tahu apa penyebabnya. 

Sisi Lain Cerita TKW di Saudi Arabia (bagian 1 dan 2)
Seringkali saya membaca postingan rekan-rekan di Kompasiana, tentang kisah-kisah pilu dan menyedihkan para TKW yang bekerja di Saudi Arabia. Kisah-kisah itu diangkat berdasarkan cerita para TKW ataupun hanya sebatas pengamatan selintas tentang keadaan para TKW saat mereka bertemu di mall-mall, restaurant ataupun di Rumah Sakit.Sebetulnya kalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, para TKW/PRT itupun sudah diperlakukan tidak layak dan tidak manusiawi sejak sebelum keberangkatan mereka ke Saudi. Pernahkah teman-teman melihat pemandangan di bandara Soeta (Soekarno-Hatta), bagaimana para petugas, baik petugas dari PJTKI-nya atau petugas bandara memperlakukan para ‘pahlawan devisa’ itu yang akan diberangkatkan ke Saudi Arabia khususnya..??

Mereka digiring-giring seperti ternak. Seringkali mereka dibentak-bentak bahkan dicaci maki. Saya sering melihat pemandangan seperti itu, karena setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali saya pulang pergi Riyadh- jakarta, Jakarta-Riyadh. Pemandangan seperti itu, bukan pemandangan yang langka. Para TKW-TKW itu setelah digiring-giring seperti bebek, mereka biasanya duduk bergerombol di lantai. Ada pemandangan yang berbeda tentang kelakuan dan tingkah para TKW itu, dari mereka yang akan berangkat ke Saudi dengan tingkahnya mereka yang akan pulang ke Indonesia.

Para TKW yang bergerombol di bandara Soeta, kebanyakan mereka diam dan tidak banyak omong. Tapi coba perhatikan para TKW di bandara KKIA Riyadh yg mau pulang ke Jakarta. Berisiknya minta ampun! Kalau ngomong saja sampai teriak-teriak, bahkan pernah saya lihat ada yang joget-joget segala, sampai-sampai ditegur oleh satpam bandara KKIA.Back to topic. Di bandara Soeta, dokumen-dokumen keberangkatan para TKW saya perhatikan semuanya sudah diurus oleh petugas dari PJTKI masing-masing.
Setelah masuk ruang tunggu pesawat dan terbang ke Saudi, barulah para TKW itu bertanggung jawab atas dirinya masing-masing. Ketika mereka sudah ada dalam pesawat Saudia/GIA. Mulailah para pramugari yang di uji kesabarannya oleh para TKW. Saya memperhatikan, betapa seringnya para pramugari yang cantik-cantik itu membersihkan lavatory/wc. Sambil tidak henti-henti memberikan pengarahan kepada para TKW yang menggunakan lavatory. Coba lihat lantai lavatory yang menjadi penuh air, karena para TKW tidak tahu caranya cebok, tidak tahu caranya membuang tissue-tissue. Semuanya berceceran di lantai. Bahkan cara mengunci wc pun mereka tidak tahu..

Kalau kebetulan saya ingin menggunakan wc, tak jarang saya pun ikut-ikutan memberi tahu mereka. Bahkan setiap saya pulang atau pergi Riyadh – Jakarta, saya pasti dan selalu menjadi sekretaris dadakan para TKW untuk mengisi kartu-kartu kedatangan mereka.

Tahukah teman …? kalau banyak para TKW yang buta huruf…?
Bahkan banyak dari mereka itu yang tidak bisa berbahasa Indonesia …??!
Mereka hanya bisa bahasa dari daerahnya sendiri.
Jangankan bisa bahasa Arab untuk berkomunikasi dengan majikan, bahasa Indonesia pun mereka banyak yang tidak tahu…? Apalagi bahasa Inggris…? Itu sih bisa dihitung dengan jari kelingking.
Mungkin dari 1 juta TKW yang ke Saudi, cuma 1 yang bisa sedikit ngerti english … Itu kenyataan teman-teman..

Menyedihkan bukan..??

Terus apa yang mereka lakukan selama mereka ada di penampungan..????
Ternyata adanya balai latihan kerja itu sepertinya hanya formalitas saja. Kadang-kadang tidak ikut latihan kerja pun mereka sudah bisa punya sertifikatnya. Halahhhh …. tahu sendiri lah, di negara tercinta kita ini apapun bisa dibeli asal ada uang!

Level korupsinya sudah dari level paling rendah sampai level paling tinggi.
Berdasarkan sumber yang bisa dipercaya (para TKW-TKW khususnya yang ke Saudi) selama mereka berada di penampungan itu untuk mengurus dokumen-dokumen sambil menunggu datangnya visa, para TKW-TKW itu tidak belajar apa-apa.

Mereka hanya tidur-tiduran, makan, minum, ngobrol-ngobrol sampai malam, merokok (tentu saja tidak ketahuan para pengawas penampungan). Apalagi konon katanya, para TKW yang mau berangkat ke Saudi itu, diberi uang saku sekitar 1,5 jt-2 jt dari PJTKI. Banyak dari mereka itu yang menghabiskan uangnya untuk jajan, makan-makan dan merokok.

Setelah mereka sampai di bandara King Khalid Riyadh. Karena tidak ada petugas dari PJTKI yang mengarahkan mereka, jadilah gerombolan para ‘pahlawan devisa’ itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Bagaimana tidak dibentak-bentak oleh petugas orang Saudi, kalau mereka disuruh berbaris di sebelah kanan, para TKW masih tetap bergerombol di sebelah kiri. Disuruh mengantri satu-satu, malah mereka saling berebut. Disuruh memperlihatkan paspor dan kartu kedatangan, mereka malah melongo bego. Ya iyalahhhh …. petugas mana yang tahann….?! Apalagi orang Saudi kebanyakan tidak sabaran, dan suaranya yang kenceng-kenceng. Habislah para TKW itu dibentak-bentak.

Jangankan oleh petugas orang Saudi yang tidak bisa berbahasa Indonesia, wong oleh petugas orang Indonesia yang sebangsa saja, para TKW itu sering dibentak-bentak koq.

Setelah mereka selesai diproses di imigrasi dan selesai mengambil bagasi. Mereka semua dikumpulkan dan di data. Sementara paspor para TKW itu akan dipegang oleh petugas imigrasi. Setelah itu mereka akan dibawa ke ruangan tunggu khusus TKW,

sambil menunggu dijemput oleh majikan masing-masing.Para TKW-TKW itu tidak akan dikeluarkan dari ruangan tersebut, kecuali dijemput oleh majikannya yang nama majikannya tertera di paspor mereka. Bahkan kalau nama penjemput mereka itu tidak sesuai dengan nama yang ada dalam paspor TKW, penjemput tersebut harus memperlihatkan surat kuasa penjemputan dari calon majikan asli TKW itu. Itulah alasannya mengapa para TKW di bandara King Khalid dikumpulkan sebelum mereka dimasukkan ke ruang tunggu.
Calon majikan berada di luar sambil memelototi screen tv monitor. Di sana akan disebutkan nama TKW lengkap nama majikan dan nomor urut TKW. Kalau nama-nama sudah cocok, para majikan akan lapor ke meja petugas sambil memperlihatkan kartu ID asli. Setelah itu mereka akan memanggil TKW yang bersangkutan dan memberikan paspornya.

Setelah TKW dan majikannya menandatangani surat-suratan, barulah TKW itu bisa keluar mengikuti majikannya. Itu prosedur yang masih saya ingat. Kenapa saya tahu tentang prosedur tersebut..? Karena saya pernah satu kali mengambil pembantu dari PJTKI Jakarta. Biaya yang dikeluarkan majikan untuk mengambil TKW, kurang lebih 28 jt. Bahkan ada yang membayar lebih dari itu..

Untuk teman-teman yang berada di Indonesia khususnya, ini sekedar informasi saja. Tidak semua TKW yang datang dan bekerja di Saudi Arabia itu semuanya mempunyai majikan WN Saudi.

Di Arab Saudi ini semua warga negara tersedia di sini. Jadi para TKW itu ada yang punya majikan yang memang WN asli Saudi, tapi tidak sedikit majikan-majikan mereka itu warga negara lain yang mukim dan tinggal di Saudi Arabia. Soalnya masyarakat kita yang ada di Indonesia kan tahunya, kalau TKW bekerja di Saudi Arabia sudah pasti saja majikannya warga negara Saudi. Padahal tidak begitu… lho…!! Ada yang majikannya WN Turky, Mesir, Siria, Lebanon, Palestina, Jordan, USA, Pakistan, India dan lain-lain sebagainya… (capek kalau harus nyebutin satu satu mah … hehehe..).

Sudah hampir 10 tahun saya menetap di Saudi Arabia, mengikuti suami yang WN Saudi. Karena menetap di sini, tentu saja saya sering sekali menjumpai para TKW di luar rumah, baik di rumah-rumah para kerabat suami saya, ataupun di rumah-rumah teman saya yang orang Saudi, berjumpa di pesta-pestanya orang Saudi, bertemu di mall-mall, di rumah sakit (mengantar majikan-ajikannya yang sakit), di restaurant, juga di tempat bermain anak-anak. Seringkali saya menjadi penerjemah dadakan karena para TKW tidak mengerti sama sekali perintah-perintah majikannya.
Kalau anda sudah lama tinggal di Saudi dan anda sering belanja di toko-toko Indonesia, seringkali kita akan melihat ada TKW-TKW yang memang sedang berbelanja atau TKW-TKW kaburan (melarikan diri dari majikan) yang menunggu dijemput seseorang.

Tahukah anda …?? Kalau para TKW ilegal di sini jumlahnya hampir sama banyaknya atau mungkin lebih banyak jumlahnya daripada TKW yang legal. Para TKW kaburan kebanyakannya bukan karena disiksa majikan atau karena tidak digaji majikan. Tapi banyak dari mereka yang kabur itu karena keinginannya sendiri. Ada yang alasannya karena mereka ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang didapat dari majikan asli. Bahkan banyak yang jadi TKW kaburan karena mereka ingin bebas hidup bersama pacar-pacarnya (para sopir-sopir Indonesia, atau pekerja asing lainnya seperti Pakistan, Bangladesh, India). Dan
bukan rahasia lagi kalau di sini ada sindikat/mafia yang akan menampung para TKW kaburan.

Seringkali saya membaca di surat kabar lokal, kalau polisi telah merazia beberapa apartemen/rumah-rumah kontrakan yang penghuninya hampir 99% TKW ilegal asal Indonesia. Dan ternyata mereka melakukan praktek pelacuran! Tarifnya cuma 50 sr (120 rb) sekali pakai. Germo wanitanya kebanyakan orang Indonesia asli, pasangan germo yang laki-laki seringkali orang Pakistan atau Bangladesh. Menurut pengakuan mereka, kostumernya kebanyakan sopir-sopir taxi orang Pakistan atau
pekerja kasar orang Bangladesh dan India. Bahkan terkadang ada juga sopir-sopir orang kita sendiri.
Konon katanya di Jeddah, banyak TKW ilegal asal Indonesia yang diam-diam membuka praktek pelacuran. Para PSK asal negara kita itu bukan hanya TKW kaburan saja, bahkan banyak yang datang menggunakan visa umrah. Begitu sampai di Jeddah mereka tidak pulang lagi ke Indonesia, tapi mereka memilih menjadi TKW ilegal. Itu bukan menjadi rahasia umum lagi di sini… Sepertinya setiap orang yang sudah lama mukim di sini pasti sudah pada tahu soal itu.

Pemerintah Saudi Arabia sebetulnya terlalu baik terhadap para TKW ilegal tersebut. Kenapa ….?? Karena menurut pengakuan para TKW-TKW ilegal itu, kalau mereka sudah ingin menghentikan petualangannya sebagai TKW ilegal dan ingin secepatnya pulang ke Indonesia, maka mereka akan menyerahkan dirinya sendiri ke kantor polisi (jadi bukan polisi yang menangkap mereka, tapi seringkali TKW-TKW ilegal itu yang datang ke kantor polisi menyerahkan diri minta ditangkap). Karena dengan cara itulah para TKW akan dideportasi ke Indonesia dengan gratis (biaya tiket ditanggung oleh pemerintah Saudi Arabia).
Oleh polisi, para TKW itu akan dijebloskan dulu ke penampungan-penampungan khusus bagi TKW yang bermasalah atau bahkan banyak juga para TKW ilegal itu ditampung di penjara-penjara wanita, sebelum menunggu proses dipulangkan.
Kalau mereka di interogasi, mereka akan memberi alasan kabur dari majikan karena dipukuli dan lain-lain sebagainya.., dan mereka memberi alasan tidak tahu alamat lengkap majikannya. Bagaimana polisi mau mencari majikan para TKW tersebut kalau
si TKW memberi alasan tidak tahu alamat majikannya ….?? Akhirnya TKW-TKW itu ditempatkan di penampungan-penampungan dan sudah pasti akan dipulangkan ke Indonesia.

Wahhhh … teman-teman jangan berfikiran bahwa penampungan/penjara wanita di Saudi menakutkan…. Menurut sumber yang bisa dipercaya kebenarannya, penampungan/penjara wanita di Saudi Arabia itu tempatnya sangat bagus. Makanan berlimpah ruah, malah konon katanya mereka mendapat jatah uang bulanan untuk membeli perlengkapan mandi sekitar 60 sr (kurang lebih 140 rb) per bulannya. Sementara mereka cuma tidur, duduk-duduk, nyanyi-nyanyi dan menikmati hari-harinya sambil menunggu waktu mereka di deportasi ke Indonesia.

Kenapa saya tahu banyak tentang keadaan penampungan/penjara wanita itu? Karena saya pernah punya TKW yang menurut pengakuannya, ternyata dia sudah 7 kali bekerja di Saudi Arabia, dan dia pernah 3 kali menjadi TKW kaburan, dan 4 kali menjadi TKW sukses. Untungnya dia termasuk TKW kaburan yang baik, yang tidak pernah menjadi PSK, dan saya percaya itu. Selama bekerja pada saya selama 3 tahun, si mbak sebut saja namanya Sumi, dia sering menceritakan kisah-kisah petualangannya selama menjadi TKW kaburan, termasuk selama dia berada di penjara wanita.

Dia juga menceritakan kisah teman-temannya sesama TKW ilegal yang sama-sama di penampungan. Jadi kalau ada TKW yang pulang ke Indonesia dalam keadaan hamil, terus mengaku diperkosa oleh majikan laki-laki/anak majikan laki-laki. Kita tidak harus begitu saja mempercayai omongan TKW-TKW itu. Karena kenyataannya di sini, banyak sekali para TKW yang dihamili oleh pacar-pacarnya. Bukan diperkosa, tapi suka sama suka.

TKW yang hamil karena diperkosa memang ada, tapi mereka yang hamil karena suka sama suka atau akibat karena melacurkan diri juga banyak. Itu sudah bukan rahasia lagi di sini.. Sebagai seorang WNI, terus terang saya malu juga dengan kelakuan sebagian mereka yang tidak bertanggung jawab itu.Belum lagi di Saudi ini, para TKW dari Indonesia itu terkenal sekali dengan sihirnya. Sementara di negara Saudi hukuman untuk yang melakukan sihir sangat berat sekali. Jadi kalaupun ada TKW yang tidak pernah menyantet majikannya, tetep aja kadang-kadang jadi kena getahnya. Cerita ini bukan omong kosong belaka. Saya punya banyak rekan kerja orang Saudi. Hampir semua pembantu mereka pasti orang Indonesia.

Pernah ada keluarga pamannya teman sekantor saya yang menjebloskan pembantunya yang orang Indonesia ke penjara, karena ketahuan TKW itu memasukkan air kencing ke dalam minuman majikan laki-lakinya. 

Bodohnya TKW tersebut, dia memasukkan air kencingnya ke dalam air putih, bukan ke dalam air teh/kopi. Terang saja majikannya itu curiga, kenapa air minumnya berwarna kekuning-kuningan. Karena disangka majikannya air itu mengandung racun, akhirnya air itu dibawa ke laboratorium. Hasilnya ketahuan, kalau air putih itu mengandung air kencing. Setelah di interogasi, TKW itu mengaku kalau dia memang sengaja memasukkan air kencing kedalam minuman majikannya, supaya majikannya tunduk atau menyayangi TKW itu. Bahkan katanya lagi dia pernah memasukkan darah menstruasi dia ke dalam masakan-masakan untuk disantap majikannya. Menurut keterangannya, dia tidak sendirian melakukan hal-hal menjijikan tersebut, tapi hampir sebagian TKW yg datang ke Saudi melakukan hal seperti itu, karena mendengar cerita dari senior-seniornya yang eks Saudi selama di penampungan di Jakarta. Terus mempraktekannya.

Akhirnya ketahuan dan dijebloskan ke penjara. Teman saya yang orang Saudi itu, sampai khusus datang kepada saya dan bertanya, kenapa banyak TKW yang melakukan perbuatan seperti itu..?? Bukankah dalam Islam itu merupakan dosa besar..?? Dan TKW-TKW itu beragama Islam..?? Saya sendiri bingung harus menjawab apa..?? Kenapa para TKW itu berbuat hal-hal menjijikan seperti itu, saya sendiri tidak tahu..??
Karena saya kan bukan TKW…. hahahahahahaha…Karena cerita itu berkembang dari mulut ke mulut, akhirnya saya dengar, banyak rekan-rekan orang Saudi yang punya pembantu orang Indonesia memulangkan pembantunya. Alasannya, mereka takut makanan mereka dicampur oleh air kencing atau dicampur darah menstruasi. Dan sekarang ini banyak orang Saudi yang mengambil pembantu dari Vietnam.

Pernah saya mendapat pertanyaan konyol dari seorang Saudi, “Di Indonesia ada listrik gak…?? Ada telpon gak..?? Ada Mac Donald gak…??” Saya jawab saja: ”Tidak ada….!!! Kami orang Indonesia masih hidup di gua-gua…!!” hahahahahahaha.. Ternyata orang itu punya alasan sendiri, kenapa mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Karena dia punya pembantu dari Indonesia yang tidak tahu caranya menggunakan setrika, mesin cuci atau alat-alat lainnya yang menggunakan listrik.. Mereka membandingkan dengan keadaan di sini. Semiskin-miskinnya orang Saudi, semua alat-alat rumah tangganya kan sudah modern dan menggunakan listrik. Dassarrrr… katro…!! Hahahahaha…Sekitar 3 tahun yang lalu, ketika saya berkunjung ke rumah mertua di luar kota Riyadh. Saya diperkenalkan dengan pembantunya tetangga dari mertua saya. Sebut saja namanya Yuyun. Baru kenal saya satu hari, Yuyun sudah menceritakan kalau dia punya pacar orang Yaman yang berjanji akan menikahinya kalau Yuyun pulang cuti nanti (kebetulan, Yuyun janda dengan anak dua). Yuyun menceritakan betapa baik si Yaman pacarnya itu. Suka memberinya Indomie, pulsa, dan uang jajan.

Oia, Yuyun juga menceritakan kalau si Yaman itu suka masuk diam-diam ke kamar Yuyun, kalau majikan-majikannya sudah tidur (majikan Yuyun cuma berdua, sepasang suami isteri yang sudah tua).
Wahhhh…. ternyata si Yuyun ini nekat juga. Ngapain aja hayohh…?? Kalau sudah berduaan di dalam kamar..?? Tidak mungkin kan cuma maen pasir… hehehehehe.

Saya sudah wanti-wanti sama si Yuyun, supaya tidak melakukan hal-hal bodoh seperti itu. Di Saudi ini kan yang namanya pacaran tidak diperbolehkan. Kalau ketahuan bisa dihukum karena ada aturannya. Ternyata Yuyun mungkin sudah tak tahan juga. Setiap hari memasukkan si Yaman, lama-lama masuk angin… Ketika kandungannya menginjak 4 bulan, si Yamani kabur entah kemana.Tinggallah Yuyun dengan perut buncitnya.

Untung majikan Yuyun baik hati. Yuyun cepat-cepat dipulangkan ke Indonesia. Karena kalau sampai melahirkan di sini tanpa ada surat nikah resmi, Yuyun bersama bayinya bisa dijebloskan ke penjara. Selamatlah Yuyun dari hukuman cambuk karena kebaikan hati majikannya. Itu kalau pas kebetulan majikannya baik hati, pembantunya hamil cepat-cepat dipulangkan untuk menyelamatkan pembantunya.
Coba kalau majikannya yang tidak mau mengerti. Mengetahui perut pembantunya yang tiba-tiba melendung tanpa ketahuan tukang pompanya, boro-boro dipulangkan, malah kalau gak diserahkan ke kantor polisi, bisa-bisa malah langsung dibuang di kolong jembatan layang.

Dan waktu pulang ke Indonesia dengan membawa orok, untuk menutup malu biasanya para TKW itu akan mengarang cerita kalau oroknya itu hasil diperkosa atau hasil dipaksa.. Padahal setelah beberapa lama kemudian, TKW itu akan kembali daftar ke PJTKI untuk kembali bekerja sebagai TKW di Saudi Arabia. Itulah sebabnya, walaupun Saudi Arabia banyak dicaci maki di Indonesia oleh orang-orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi tetap saja PJTKI selalu kebanjiran calon-calon TKW untuk minta diberangkatkan ke Saudi Arabia. Kalau teman-teman tidak percaya, coba temen-temen cek dan ricek ke PJTKI-PJTKI di Jakarta. 

Teman-teman akan mengetahui.. ada berapa ribu TKW-TKW yang sedang menunggu mendapatkan visa untuk bekerja di Saudi Arabia. Dan saya yakin sekali kalau di Saudi Arabia, banyak sekali para TKW yang semodel dengan si Yuyun..

Pemerintah Saudi bukan tidak berusaha menekan serbuan datangnya para TKW ilegal.
Khususnya yang datang dari Indonesia. Mulai dari 2 tahun yang lalu. Semua warga asing yang tinggal di Saudi Arabia, harus disidik jari lagi, diphoto lagi di imigrasi untuk disimpan di database mereka. Konon katanya untuk mencegah masuknya kembali TKW ilegal yang pernah dideportasi ke luar dari Saudi Arabia.
Jadi para tenaga kerja asing yang pernah bermasalah di Saudi Arabia, tidak akan bisa mudah masuk begitu saja, walaupun mereka sudah mengganti paspor bahkan mengganti namanya.

Saya masih ingat pesan si mbak Sumi, bekas pembantu saya dulu, ”Ibu, kalau nanti saya sudah pulang, dan ibu mau mengambil TKW dari Jakarta lagi. Ibu harus hati-hati. Jangan mengambil TKW yang asalnya dari T, P, B, L, S, C, M… karena banyak TKW-TKW dari sana yang jahat-jahat. Saya kasihan sama ibu kalau ibu mendapatkan TKW yang jahat. Karena ibu orangnya baik … (hehehehe saya disebut baik, padahal saya bawel sekali.. hahahaha ). Saya kasihan sama si putri kalau diasuh oleh TKW yang tidak baik. Kalau saja saya tidak akan menikah lagi, saya mau selamanya bekerja di rumah ibu. Ibu harus tahu, tidak semua TKW itu datang ke sini karena mereka mau menjadi TKW.

Banyak lokalisasi pelacuran di Jawa Tengah dan di Jawa Timur yang di gerebek polisi, terus para bekas PSK-PSK itu larinya ke PT, melamar untuk menjadi TKW. Dan kebanyakan mereka milihnya menjadi TKW di Saudi Arabia. Ya … ibu bisa bayangkan, mereka tidak akan menjadi TKW yang baik karena menjadi pembantu itu susah, paling-paling begitu sampai di sini juga para bekas PSK itu akan kembali menjual diri. Jadi ibu harus hati-hati ya bu….!!” Itu pesan si mbak Sumi tercinta (hallo… mbak Sumi sayang…?? Sehatkah mbak…??). Akhir bulan Mei kemarin, ketika saya sedang di ruang tunggu seorang dokter mengantar kakak saya yang sakit. Kebetulan bertemu dengan seorang TKW yang juga sedang mengantar majikannya berobat. Saya perhatikan majikannya, seorang perempuan Saudi yang sudah tua. Si majikan itu minta diambilkan air minum dari tas yang dibawa TKW itu. Saya mendengar jelas TKW itu ngomel-ngomel terus dalam bahasa Indonesia. ”Dasar babi, tadi ditawarin tidak mau, sekarang minta …!!” Saya yang mendengar omelan TKW itu, jadi gatal juga. ”Emang di mana ada babi mbak..??!!” Si TKW itu tampak terkejut melihat saya. ”Eh… ibu orang Indonesia..?!” tanyanya.. sambil lalu. Saya sedikit menasehati TKW tersebut untuk sekedar menjaga bahasanya.

Ngomel sih ngomel, tapi masa babi sampai dibawa-bawa…. hahahaha. Kalau majikannya ngerti itu kata babi. Saya yakin tuh TKW sudah ditendang 10 kilometer oleh majikannya… hahahahaha…
Sekelumit kisah2 di atas itu murni berdasarkan pengalaman saya pribadi. Dengan tidak bermaksud mengambil kesimpulan bahwa para TKW/PRT dari Indonesia itu semuanya jahat-jahat. Orang-orang jahat itu ada di mana-mana. Tidak di Saudi Arabia, tidak di Indonesia, tidak di Amerika, tidak di Eropa, tidak di Afrika.

Di semua tempat di belahan dunia ini, orang-orang jahat itu ada. Dan orang-orang yang baik pun ada. Tidak semua majikan-majikan orang-orang Saudi (khususnya) itu jahat. Yang baiknya juga banyak sekali (makanya banyak sekali para TKW yang betah bertahun-tahun kerja di Saudi Arabia). Majikan yang jahat pun banyak, itu bisa kita lihat dari banyaknya TKW-TKW yang pulang ke Indonesia dengan keadaan babak belur. Bahkan seringkali pulang hanya tinggal nama saja.

Para TKW itu juga tidak semuanya orang-orang baik dan jujur. Banyak sekali mereka yang jahat yang penuh tipu muslihat. Makanya sering diberitakan di koran-koran lokal di sini, kejahatan-kejahatan yang pelakunya TKW/tenaga kerja Indonesia. Baik dan buruknya pengalaman seseorang, tidak menjadi tolok ukur baik dan buruknya satu bangsa/ras tertentu.

Marilah kita sama-sama dewasa dalam menyikapi permasalahan masalah para TKW ini (khususnya para TKW di Saudi Arabia), yang kadang-kadang tampaknya seringkali di dramatisir oleh pihak-pihak tertentu (khususnya orang-orang yang tidak suka dengan Islam/tidak suka bangsa Arab).
Kalau kita mau jujur, negara kita punya andil besar dalam semua permasalahan TKW-TKW yang bermasalah ini. Negara Indonesia yang konon katanya dulu, gemah ripah loh jinawi, ternyata sampai sekarang tidak bisa menyejahterakan rakyatnya.

UUD 45 pasal 34 ayat 1, ”Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara,“ hanyalah kata-kata keramat yang tertera di atas kertas belaka. Pada kenyataannya para penguasa-penguasa di negara kita sampai saat ini belum ada yang berpihak kepada rakyat miskin. Selama angka kemiskinan dan angka pengangguran semakin meningkat, selama itu pula keberadaan para TKW yang tidak

berpendidikan pun tidak akan punah, malah akan semakin banyak dan meningkat. Dan selama itu pula, kita pun akan selalu mendapat suguhan berita, tentang nasib-nasib para TKW yang memilukan. Dan itu merupakan pekerjaan rumah untuk para pejabat penguasa negara Indonesia. Cq terutama bapak menteri tenaga kerja yang sejak tahun jebot sampai tahun 2010 mau segera berakhirpun, belum ada tanda-tanda kapan Pekerjaan Rumah yang satu ini akan segera bisa diselesaikan dengan baik.
Cag dulu ahhhhhhh…..!!