Tampilkan postingan dengan label Intisari Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Intisari Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Mei 2013

PEREMPUAN LEBIH BANYAK PERTANDA KIAMAT, BENARKAH?


 

 
Banyak orang yang tak siap menyambut datangnya kiamat. Kelemahan jiwa itu malah disembunyikan dengan menuding perempuan.
Kiamat itu janji pasti Allah yang menanti waktu kebenarannya. Kendati mengaku beriman pada Hari Akhir; bukannya fokus memperbanyak amal, orang-orang malah sibuk mereka-reka kapan hari dahsyat itu terjadi. Salah satunya pertanda kiamat yang dipahami melalui hadits Rasulullah saw. Hadits ini riwayat Imam Tirmidzi dengan status hasan shahih. Juga diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah hilangnya ilmu dan menyebarluasnya kebodohan, maraknya perzinaan, diminumnya khamar, banyaknya jumlah perempuan dan sedikitnya laki-laki sehingga lima puluh wanita diurus oleh satu pria."   

Mungkin Banyak
Berdasarkan hadits tersebut, ada empat hal yang merupakan pertanda kiamat. Namun, entah mengapa justru bagian akhir yang paling disorot orang, yaitu banyaknya jumlah wanita dibanding pria hingga 50:1.
Kalangan yang setuju mengemukakan setumpuk alasan. Pertama, ada yang berpendapat bahwa Allah memang menakdirkan demikian. Pada akhir zaman anak laki-laki sedikit dilahirkan dan anak wanita sangat banyak dilahirkan. Krisis laki-laki akan mengancam eksistensi manusia menjelang jagad ini binasa.
Kedua, penyebab peperangan yang mengakibatkan banyak pria tewas. Pendapat ini didukung Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bariy dengan menyebut sedikitnya laki-laki karena fitnah yang menimbulkan peperangan. Kitab Syarah an-Nawawiy ‘ala Muslim juga berpendapat sama: banyaknya wanita karena perginya kaum pria berperang.
Ketiga, analisa ilmiah menyebutkan sejumlah kawasan memungkinkan jumlah perempuan lebih banyak. Jurnal Royal Society Biology Letters menunjukkan orang yang tinggal di daerah tropis memiliki anak perempuan lebih banyak. Dr. Navara yang telah meneliti rasio jenis kelamin dari 202 negara selama 10 tahun terakhir berasumsi, penyebabnya mungkin karena udara yang lebih panas atau hari yang lebih panjang. (lihat news.bbc.co.uk)
Keempat, janin perempuan diyakini lebih tangguh ketimbang janin laki-laki, hingga lebih berpeluang lahir selamat ke dunia. Selain itu, soal imunitas atau kekebalan tubuh wanita juga lebih tangguh menghadang penyakit hingga berkemungkinan umurnya lebih panjang.
Kelima, bumi yang kita tempati saat ini sudah disesaki berbagai jenis racun. Salah satunya wabah pencemar organik yang persisten (POPs) yang lebih doyan menyerang laki-laki.     
Saat dihubungi, Prof. Dr. Juli Soemirat, pakar kesehatan lingkungan [environmental health scientist] ITB, menyebutkan bahwa racun dioksin dan POPs lainnya mengakibatkan kualitas sperma menurun hingga 50 persen. Sperma yang ada pun tidak normal. Tahun 2005-2007, di Amerika, Jepang dan Kanada kelahiran bayi laki-laki berkurang 50 persen. Dua pertiga dari janin yang keguguran adalah laki-laki.
Kalau mau dikembangkan, halaman website ini tak akan cukup memuat argumen bahwa perempuan memang bisa lebih banyak. Tapi, dari semua kemungkinan, betulkah jumlah perempuan sudah melimpah?
Kalangan yang menolak tak kalah sengit membantah. Peperangan juga berimbas pada wanita, kalau pun tak ikut bertempur, mereka malah seringkali menjadi korban. Perempuan tak dibekali dengan keterampilan melindungi diri hingga banyak yang mati sia-sia.
Sayangnya, data global hingga saat ini tak menyokong argumen jumlah wanita lebih banyak. Pada beberapa tempat terlihat perempuan lebih banyak. Tampaknya ini hanya kasus tertentu dalam ruang lingkup kecil. Bukankah pada tempat, situasi dan kondisi lain laki-laki juga lebih melimpah?
Di Indonesia sendiri penduduk laki-laki 110.873.335 jiwa dan perempuan 111.177.963 jiwa. Selisihnya tidak terlalu mencolok, boleh dikatakan masih berimbang.
Perbedaan jumlah cukup besar dimana laki-laki 100 dengan wanita 131 terjadi di Northern Mariana Islands. Tapi negara kecil di benua Ocenia itu hanya berpenduduk 82.459 jiwa. Sebaliknya Qatar yang penduduknya 885.359 jiwa, pebandingannya 54 wanita dengan 100 laki-laki. (lihat statistik.ptkpt.net)  
 
Kalau dilihat secara global, penduduk dunia ini keseluruhannya justru jumlah perempuan lebih sedikit. Data tahun 2006, berdasarkan informasi dari badan statistik masing-masing negara dan organisasi internasional, perbandingannya 100 laki-laki dengan 99 perempuan (lihat statistik.ptkpt.net). Jadi jumlah laki-laki sedikit masih unggul.
Akhirnya, memang sulit menemukan perbandingan 50:1 antara perempuan dengan laki-laki. Barangkali bilangan tersebut lebih tepat dimaknai sebagai majaz atau kiasan bahwa suatu saat perempuan memang berpotensi jadi mayoritas.
Bias Misoginis
Sangat bagus muncul banyak pendapat soal hadits di atas. Setelah kiamat terjadi barulah kita bisa memastikan analisa siapakah yang paling tepat. Saat ini kita justru menyorot efek lain dari pemahaman hadits, karena tanpa disadari ada pihak yang dirugikan.
Lemahnya perbekalan keimanan dan kepicikan pemikiran berujung pada kian ngawur-nya pemahaman. Persoalannya menjadi runcing bila muncul jumping conclusion (kesimpulan meloncat) bahwa dari banyak wanita pertanda kiamat menuju banyak wanita sebagai penyebab kiamat. Pendapat ini kian melenceng, bila wanita yang berjumlah banyak itu juga akan menyebarluaskan perbuatan zina serta kebodohan.
Akibatnya, pemahaman hadits model ini menjadi misoginis (menebar kebencian terhadap perempuan). Inilah yang kita khawatirkan; orang berjubah agama menghunuskan pemahaman dangkal dan memaksakan kekeliruan pemikirannya. Cara kasar begini akan membuat masyarakat awam yang tak terbiasa berpikir kritis ikut terjebak dalam prasangka.
Cara pandang begini berasal dari kekeliruan ganda yang menyedihkan. Pandangan seolah kiamat sesuatu yang buruk hingga berimbas buruk pula pada banyaknya wanita. Lebih ngawur lagi orang yang mengatakan banyak perempuan mempercepat kiamat.
Selanjutnya, berbagai preseden pun buruk akan terus menjamur. Pertama, stigma ini membuat harkat perempuan diremehkan. Tentu setali tiga uang akan berpotensi menyuburkan berbagai perilaku tak bermartabat yang cenderung diskriminatif.
Kedua, orang makin khawatir dengan banyaknya perempuan. Aksi antipati dimulai dengan lebih memilih bayi laki-laki daripada perempuan. Jangan heran orang lebih memilih sengaja menggugurkan janin perempuan. Kalau pun sempat lahir ke dunia, wanita akan jauh dari berbagai akses kesejahteraan.
Ketiga, bagi perempuan akan tumbuh kesan bahwa agamanya Islam kurang bersahabat dengan identitas gender yang dimilikinya. Hal ini akan menimbulkan keguncangan batin terkait dengan keyakinan akidah. Mereka bisa kecewa dengan agama yang dicintainya.
Ini jelas perkara yang tak mengenakkan hati, terutama bagi pejuang perempuan. Kenapa urusan kiamat dikaitkan pula dengan melimpahnya perempuan? Rasulullah mustahil mengatakan sesuatu yang merugikan kaum hawa. Manusia agung itu diutus Allah mengusung agenda mulia memperjuangkan martabat perempuan.

Mengikat Makna
Terlihat jelas hadits di atas bicara tentang tanda kiamat dan bukan penghakiman atas perempuan. Penyelewengan pemahaman terjadi karena kita lari dari hikmah yang hendak dituju oleh Rasul. Hadits ini merupakan hatsu alias motivasi agar umat Islam menyiapkan diri menyambut kiamat, kapan pun datangnya.
Hadits tersebut menyebutkan kiamat ditandai dengan penyelewengan dan ketidakseimbangan di muka bumi. Ilmu pengetahuan maju, tapi manusia justru mempertontonkan kebodohannya. Lembaga pernikahan tersedia, tapi orang malah memilih zina. Banyak minuman sehat tapi yang memabukkan paling laris.
Terakhir, banyaknya jumlah wanita dan merosot drastisnya jumlah pria.
Allah menciptakan alam semesta dengan keseimbangan yang sempurna. Jika jumlah laki-laki anjlok, itu pertanda ada yang tidak beres. Maka ketidakberesan itulah yang harus diselesaikan. Seperti dengan menghentikan peperangan, menjaga kesehatan janin, memperbaiki pola hidup sehat dan menjalin ikatan sosial yang baik.
Kiamat sama sekali tak akan bisa tertunda dengan menjadikan perempuan minoritas di dunia. Andai dibutuhkan sesuatu yang hendak disalahkan, maka selaras dengan hadits; para pezina, pemabuk dan orang yang membodohi rakyatlah yang paling layak menerimanya. Karena merekalah yang paling terbukti menebar keonaran.
Al-Qur’an begitu jelas mengatakan bahwa kiamat pasti datang, bukan karena perempuan atau siapapun, melainkan memang demikian janji Allah. Tak satu pun manusia tahu tanda pasti kapan waktunya. “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat.” (QS. Luqman: 34).
Bahkan kelengahan kita (akibat sibuk berdebat soal pertanda dan bukan memperbanyak amal) yang akan membuat kedatangan kiamat amat mengejutkan. Karena, “Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” (QS. Al-A’raf : 187).

BILA ISTRI MENOLAK "AJAKAN" SUAMI...


 
Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrimu.” (HR at-Tirmizi)
Ani, sebut saja begitu, agak tak enak hati menyuguhkan kopi hangat untuk suami tercintanya pagi itu. Pasalnya, sang suami, Mas Hendra, nampak cuek. Wajahnya pun masam seperti orang kesal. Sebagai istri, Ani yakin muara kemuraman itu karena dia. Sudah tiga hari belakangan ini ia menampik ajakan Mas Hendra untuk berhubungan intim. Pertama, ia merasa lelah. Esok malamnya merasa tidak mood. Sedang malam ketiga ia tidur lebih awal dari biasanya.  
Untuk menebus rasa bersalahnya, Ani pun tampil cantik dan berusaha bergairah di depan Mas Hendra. Namun karena mungkin terlanjur kesal, sang suami tidak menggubrisnya. Ani pun jadi meradang karena tidak mendapat tanggapan.  
Rasa hati tak karuan itu segera ia bagi pada sahabatnya, Aisyah, yang sudah lebih lama berumahtangga. Sebagai sahabat, sang teman menasehatinya untuk segera meminta maaf. Apalagi perbuatan Ani itu termasuk berdosa.
Alasan yang dikemukakan Aisyah itu tentu saja bersandar pada sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari, “Jika suami memanggil istrinya untuk tidur bersama (bersenggama), lalu istri menolak sehingga semalam itu suami menjadi jengkel (marah) pada istrinya, maka para malaikat mengutuk pada istri itu hingga pagi hari.”
Sebagai suami dan kepala rumahtangga, tentu Hendra punya otoritas penuh atas istrinya. Tak salah kalau ia marah. Tapi di satu sisi, kadang ia lupa bahwa sang istri tentu punya alasan di balik penolakannya, dan inilah yang kurang dipahami.
Menurut Syeikh Sa’ad Yusuf Abdul Aziz dalam Shahih Washaya ar-Rasul lin Nisa, seorang istri boleh saja menolak ajakan suaminya berhubungan badan sepanjanghal itu merupakan uzur syar’i atau sesuatu yang dibolehkan agama.
Jika perintah sang suami berbau hal-hal maksiat, seperti menyuruh istri meninggalkan shalat, membuka jilbab, membolehkan teman-teman suaminya untuk masuk ke dalam rumahnya ketika suami tidak ada, atau memerintahkannya untuk memutus tali silaturahim, barulah hal itu tidak perlu didengar atau dipatuhi. Sebab sabda Nabi saw, “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya pada hal-hal yang baik saja (ma’ruf).” (HR Bukhari dan Muslim)
Senada dengan itu, pendiri Pusat Kajian Hadits, DR. H. Lutfi Fathullah MA, mengatakan bahwa ketika suami tidak ‘diberi’ di saat syahwatnya timbul, maka bisa muncul dua kemungkinan; apakah dia sanggup menahannya, ataukah dia tidak bisa menahan, alih-alih malah terjerumus ke arah perzinaan. “Maka pilihannya kalau tidak mau berzina, istri harus memberikan haknya,” ungkapnya.
Lagi pula, kendati tidak ada asbabul wurud, hadits permintaan bersenggama dari suami ini sebenarnya bisa saja dita’wilkan sebagai ‘senjata’ untuk menolak permintaan suami. Mengapa?
Di mata Lutfi, sebagaimana fakta umum di masyarakat, tak dimungkiri bahwa hasrat terbesar suami terhadap istrinya adalah keinginan menyalurkan nafsu seks.
Maka ketika keinginan tersebut tidak terpenuhi, mereka pun kecewa dan marah. Sedang kecenderungan hasrat terbesar istri pada suami adalah ekonomi atau yang lainnya, sementara seks bisa jadi prioritas kesekian. Sebab itu, tatkala keinginan istri tidak terpenuhi, mereka kerap menggunakan alasan tidak mau memenuhi kebutuhan seks suaminya.

Hak yang Sama
Pada hakikatnya, hubungan dua insan tidak akan terwujud bila salah satunya tidak menikmati. Keduanya harus saling terlibat berpartisipasi. Badriyah Fayumi, dalam Fikih Perempuan, Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender mengatakan bahwa mu’asyarah bi al-ma’ruf yang dijalankan suami-istri adalah harus saling memberi dan menerima, saling mengasihi dan menyayangi, tidak saling menyakiti, tidak saling memperlihatkan kebencian, dan masing-masing tidak saling mengabaikan hak dan kewajibannya. Tak terkecuali dalam masalah hubungan seks.
Maka, sebenarnya jika istri ‘minta’ tapi suami tidak memberi, juga dihukumi berdosa. Karena seks dalam sebuah pernikahan merupakan hak kedua belah pihak. Hanya saja, pihak istri jarang sekali ‘meminta’ lebih dulu. Hal ini disinyalir karena umumnya istri lebih kuat untuk menahan nafsunya ketimbang suami.
“Suami kalau sudah minta, kadang harus dituruti, bahkan lepas kendali kalau tidak dituruti,” tegas Luthfi yang menamatkan S2 di Jordan University itu.
Di zaman rasulullah pun pernah terjadi hal serupa. Ketika seorang sahabat bernama Abdullah bin Amr bin ‘Ash pernah tidak memberikan nafkah kepada istrinya. Rasulullah menegurnya keras, karena istri pun punya hak yang sama.
Dalam Al-Fiqhul Islami karangan DR. Wahbah az-Zuhaili, ihwal hubungan seks itu sendiri dalam pandangan mazhab fiqih Islam berbeda-beda. Mazhab Maliki mengatakan bahwa suami wajib menggauli istrinya, selama tidak ada halangan atau uzur, sebagaimana zahir teks hadits. Namun dari sini timbul pemahaman, bahwa ketika seorang istri menghendaki hubungan seks, suami pun wajib memenuhinya.
Sementara mazhab Syafi’i mengatakan bahwa kewajiban suami menyetubuhi istrinya pada dasarnya hanyalah sekali saja selama mereka masih menjadi suami-istri. Kewajiban ini hanyalah untuk menjaga moral istrinya.
Pandangan ini dilatarbelakangi oleh prinsip bahwa melakukan hubungan seks adalah hak seorang suami. Istri, menurut pendapat ini disamakan dengan rumah atau tempat tinggal yang disewa. Alasan lain adalah bahwa orang hanya bisa melakukan hubungan seks apabila ada dorongan syahwat (nafsu), dan ini tidak bisa dipaksakan. Akan tetapi, sebaiknya suami tidak membiarkan keinginan seks istrinya itu agar hubungan mereka tidak berantakan.
Adapun mazhab Hanbali menyatakan bahwa suami wajib menggauli istrinya paling tidak sekali dalam empat bulan, apabila tidak ada uzur. Jika batas maksimal ini dilanggar oleh suami, maka antara keduanya harus diceraikan. Mazhab ini mendasarkan pandangannya pada ketentuan ila’ (sumpah untuk tidak menggauli istri).

Keengganan istri melayani suami tentu saja memiliki alasan. Sebab itulah seorang suami harus bisa memahami alasan dibalik penolakan istrinya. Secara umum, istri kerap menolak ‘ajakan’ suami dalam kondisi seperti berikut:

1. Istri Hamil
Postur tubuh istri yang bertambah besar ditambah adanya si jabang bayi di dalam perut tentu agak menyulitkan melakukan senggama. Karenanya dalam kondisi hamil, hasrat seksual istri cenderung menurun. Namun hubungan intim selama hamil dibenarkan agama.
Dalam Fatwa-fatwa Kontemporer Tentang Problematika Wanita yang dikarang Musa Shalih Syaraf, dibolehkan suami-istri melakukan hubungan intim, kecuali jika ada pertimbangan kesehatan yang melarang sehingga menimbulkan beberapa bahaya bagi istri. Yang demikian itu bisa saja dilakukan dengan meminta saran kepada dokter spesialis kandungan, karena masa-masa kehamilan itu dituntut mengikuti nasehat-nasehat medis.

2. Istri Capek/Lelah
Mengurus rumahtangga dan anak bukanlah perkara mudah yang bisa dikerjakan dengan santai. Selain menguras tenaga dan waktu, pikiran pun harus terfokus penuh pada perkembangan anak. Mulai dari bangun tidur sampai kembali waktu tidur tiba. Tak heran jika energi istri pun terkuras tak bersisa. Apalagi istri yang punya peran ganda. Selain sebagai ibu rumahtangga, istri pun terlibat menopang kehidupan dapur keluarga.
Tak heran ketika ada sedikit kesempatan istirahat, mereka lebih memilih rehat ketimbang mengurus diri sendiri, bahkan tak jarang keberadaan suami pun terabaikan.
 Maka sebagai suami bijak, sudah sepatutnya tak terburu-buru menanggapi sikap istri dengan amarah. Justru memahami kesulitan sang istri bisa menjadi jalan terbukanya komunikasi yang baik. Pada akhirnya bahkan hubungan di atas ranjang pun tak mudah terganjal.

3.Istri Sakit
Dalam masalah ibadah apa pun, sakit adalah uzur yang sangat bisa dimaklumi. Kondisi badan yang tidak fit memang tidak memungkinkan seseorang beraktivitas. Apalagi jika sakit itu sudah amat membahayakan. Sudah sepatutnya suami memahami kondisi ini.

4. Istri Haid
Bersenggama dalam kondisi istri sedang haid adalah haram, sebagaimana al-Qur’an menyatakan, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ‘Haid itu adalah suatu kotoran.’ Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid.” (QS. al-Baqarah: 222)
Alasan di balik pengharaman ini dikarenakan darah haid itu memiliki bau yang tidak sedap dan dapat mendatangkan beberapa penyakit yang berbahaya bagi suami dan istri. Namun, Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat, jika ada orang yang akhirnya melakukan senggama pada waktu haid, disunnahkan baginya bersedekah setengah atau satu dinar.
 
Sejatinya hubungan seks bukanlah sekedar penyaluran syahwat. Hubungan seks antar suami-istri juga merupakan ungkapan cinta kasih agar pondasi rumahtangga semakin kokoh.
Mengungkapkan rasa cinta tentu saja tidak bisa dengan bahasa kasar dan memaksa. Sebab itulah hadits terkait menggunakan lafaz da’aa (meminta, mengajak). Hal ini, bagi Lutfi, sekaligus menyanggah anggapan kalangan yang menyatakan bahwa perkosaan dalam rumahtangga itu ada. Adapun lafaz rajul (laki-laki, suami) sebagai subyek, tak lain merupakan ungkapan kebiasaan.
“Dalam banyak firman-Nya, Allah menggunakan lafaz sesuai kebiasaan, misalnya was sariqu was sariqatu, laki-laki dan perempuan pencuri, lelaki disebut lebih dulu karena yang biasa mencuri laki-laki, baru kemudian disusul dengan perempuan, namun di tempat lain kadang perempuan dulu yang disebutkan,” jelas ustadz yang mengenyam studi S3 di Universitas Kebangsaan Malaysia.
Jika hubungan seks telah sama-sama dipahami sebagai kebutuhan bersama, akan sangat mudah mengkomunikasikan segala kendala yang datang. Maka saat uzur syar’i seperti haid jadi kendala, tentu saja keduanya tetap bisa melakukan hubungan intim selama tidak memasuki wilayah yang dilarang (antara pusar-lutut).
Bahkan ketika salah satu pasangan tidak mood, bisa saja gairah dibangkitkan selama keduanya sama-sama mau terbuka membicarakannya. Perbincangan ringan bukan tidak mungkin melahirkan candaan-candaan mesra, yang pada akhirnya bisa membangkitkan gairah untuk bercinta.

Franck Ribery, Islam Memberi Kekuatan Di Lapangan Hijau



Bagi para pencinta sepakbola, Franck Ribery tentu bukanlah sosok asing terdengar di telinga. Gelandang penyerang asal Perancis yang kini bermain di klub Bayern Muenchen ini telah menorehkan banyak prestasi di rumput hijau. Di usianya yang ke-27, ia sudah mengoleksi banyak gelar di dunia sepak bola. Di tahun 2004 dan 2005, ia meraih gelar Fortis Piala Turki bersama Galatasaray. Kini ia membawa Bayer Muenchen ke final liga champion 2012.
Tahun 2005, ia mengantarkan Olympique Marseille dalam meraih Piala Intertoto. Kemudian Piala Liga Jerman bersama Bayern Muenchen di tahun 2007. Belum lagi Piala Bundesliga Jerman di tahun 2008. Ia bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik Perancis tahun 2007 dan 2008, di samping ia pun diberi gelar pesepakbola terbaik Jerman di tahun yang sama.

 “Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola,” ujar pemain sepak bola terkenal ini.
Memang, Perancis bermain kurang apik di perhelatan Piala Dunia di Afrika Selatan beberapa waktu lalu. Sejumlah kalangan menyayangkan tim Perancis sebagai armada yang pesakitan di laga tingkat dunia itu. Ribery, sebagai pemain tim Perancis, menyajikan permainan yang tak bagus. Namun, sosok Ribery masih tetap saja ada di hati para penggemarnya. Sejumlah pujian bersandar di pundaknya.
Pemain legenda Perancis, Zinedine Zidane, menyebut Ribery sebagai ‘Mutiara Sepakbola Perancis’.  Masyarakat Perancis memprediksi dia akan menjadi penerus sang legenda yang akan membawa kejayaan sepakbola di masa mendatang.
“Saya tidak tahu apakah saya layak sebagai pengganti Zizou (Zidane). Namun, jika semua orang berpikiran seperti itu, saya sangat bangga dan benar-benar tersanjung. Zizou adalah pemain hebat dan pribadi yang mengagumkan. Saya akan mengeluarkan semua kemampuan terbaik di lapangan dan berusaha ramah kepada semua orang,” tukas ayah dua anak ini, seperti yang dilansir Reuters.
Dilihat dari performanya, Ribery memang memiliki kemampuan mumpuni dalam menggiring dan menyuplai bola. Umpan silangnya kian yahud. Belum lagi aksinya dalam mengelabui lawan yang makin ciamik. Maka tak heran, Perancis patut menaruh harapan besar pada pria kelahiran 7 April 1983 ini sebagai bintang yang cemerlang di masa mendatang.
Tapi, tahukan Anda, bahwa Ribery adalah sosok pribadi yang berbeda dibanding beberapa tahun terakhir ini? Di tengah gemuruh aksi lapangan hijau, Ribery tak lupa mengadahkan kedua tangannya sebelum laga dimulai. Ada apa dengan Ribery?

Spirit Doa

Ya, Ribery ternyata seorang muslim. Ia berikrar memeluk Islam setelah bermain di klub asal Turki, Galatasaray, pada tahun 2005. Secara singkat, Ribery mengatakan, dia memilih agama yang dibawaNabi Muhammad tersebut karena dia menemukan kedamaian di dalamnya. Bagi dia, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan.
“Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan, dan saya menemukan Islam,” kata pria bermata biru ini.
Ribery memulai karier sepak bolanya dengan bergabung dalam tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian ia pindah ke tim Ales, Brest and FC Metz. Kepindahannya ke Olympique Marseille membawanya ke posisi pertama bintang sepak bola Perancis paling populer pada akhir 2005. Ribery terpilih untuk memperkuat tim Perancis pada Piala Dunia FIFA tahun 2006 yang digelar di Jerman.
Pada 2006 itulah, jati diri Ribery yang telah menjadi mualaf dan memeluk agama Islam terkuak dan menjadi pemberitaan di tengah pertandingan pembukaan antara tim Perancis melawan tim Swiss saat acara Piala Dunia 2006.
Ketika itu Ribery tersorot publik tengah menengadahkan kedua tangannya sebelum pertandingan dimulai. Ribery tengah berdoa, seperti yang dilakukan seorang muslim pada umumnya. Saat itulah, publik pencinta sepak bola terkaget-kaget dengan sikapnya itu. Namun, berkat kecemerlangannya dalam bermain bola, publik pun tak menghiraukan perilaku dan kebiasaan Ribery yang tergolong berbeda itu.
Rutinitas berdoa sebelum pertandingan itu akhirnya terkuak juga. Kabar Ribery masuk Islam menyeruak sejak awal tahun 2006. Kabar itu mula-mula dilansir L'Express. Majalah tersebut menyebut adanya pemain nasional Perancis yang secara teratur beribadah di masjid selatan Marseille.
Ribery pun akhirnya mengaku sebagai penganut Islam. Ia mengaku merasa menemukan kedamaian dalam agama Islam dan menjadi spiritnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tak terkecuali saat bermain bola.
Kendati aksi berdoanya di lapangan hijau menarik perhatian publik Perancis, Ribery tetap enggan mengemukakan keyakinan barunya itu secara terbuka. Ia mengatakan bahwa keimanan barunya adalah perkara pribadi, dan tak perlu diperbesarkan di hadapan publik.
Akibatnya, sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut bahwa perubahan keyakinan Ribery terjadi sejak ia bermain bersama klub Galatasaray pada tahun 2005. Ia membantu klub raksasa Turki itu hingga menang dan meraih Piala Turki. Semasa menetap di Turki, pemain kelahiran Perancis, 7 April 1983 itu dikabarkan kerap berbaur dan berdiskusi dengan komunitas muslim di sana.
Ada pula yang menyebutkan bahwa ia memeluk Islam lantaran peran istrinya, yaitu Wahiba Belhami, yang asli Maroko. Di sana, Ribery berkenalan dengan Wahiba yang kemudian ia persunting. Konon, Wahiba berperan besar menuntun Ribery mengenal ajaran Islam. Dari pernikahan tersebut, Wahiba dikaruniai dua anak, Hizsya dan Shahinez.
Kedua versi itu tak pernah dibantah atau dibenarkan oleh Ribery. Yang jelas, kepada majalah Paris Match, ia mengungkapkan bahwa Islam telah membawanya pada kedamaian dan keselamatan. “Islam menjadi sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan. Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Akhirnya, saya menemukannya dalam Islam,” ujar pemain yang dijuluki Scareface (Si Codet) ini.

‘Bilal’ Sepak Bola

Sosok Ribery sebagai selebriti sepabola tergolong jauh dari kata hura-hura. Ia dikenal oleh sahabat dan rekan satu tim sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan rajin melaksanakan shalat lima waktu, di manapun dan dalam kondisi apapun. Semenjak menjadi muslim, namanya pun ditambah menjadi Franck ‘Bilal’ Ribery.
Kata ‘Bilal’ yang melekat dalam namanya itu tentu bukan sekedar nama begitu saja. Ada makna penting di dalamnya. Bilal adalah tokoh penting dalam sejarah Islam. Dia adalah orang pertama yang mengumandangkan adzan, yaitu seruan untuk melaksanakan ibadah shalat.
Dalam sebuah wawancara dengan media di Jerman, Ribery mengaku rajin melaksanakan ibadah shalat. Sebelum pertandingan dimulai, ia tak lupa untuk melaksanakan shalat. Namun, demi menjaga toleransi, ia tak menjalankan shalat di ruang ganti stadion, melainkan di kamar hotel sebelum ia berangkat untuk bertanding.
“Saya tidak shalat di ruang ganti stadion. Saya hanya shalat di rumah atau sebelum pertandingan di kamar hotel,” ujarnya, menjawab pertanyaan wartawan Harian Jerman, Bild. Saat ditanya doa apa yang ia ucapkan saat pertandingan akan dimulai, Ribery hanya menjawab singkat, “Hanya doa-doa kecil dan singkat.”
Pada awal tahun 2009, Ribery dan teman satu timnya di Bayern Munchen, Hamid Altıntop sempat bertandang ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Perjalanan umrah yang ia lakukan tentu saja merupakan bagian dari ketaatan seorang muslim. Ia menunaikan ibadah umrah setelah babak pertama pertandingan persahabatan di Jeddah, Arab Saudi.
Keimanan dan kepribadian Ribery sebagai seorang muslim tampaknya tak perlu diragukan. Di tengah padatnya jadwal pertandingan, bapak dua anak ini tak pernah lupa dengan kewajibannya sebagai muslim. Ia senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Baginya, shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan.
Di Perancis sendiri, jumlah komunitas muslim terus membengkak. Perancis merupakan tempat tinggal 6-7 juta muslim, dan tercatat sebagai pemeluk muslim terbesar di Eropa. Namun, kebanyakan mereka menyembunyikan jati diri kemuslimannya karena kentalnya stereotip yang melekatkan muslim dengan terorisme.
Steve Bradore, aktivis muslim Perancis dari Organisasi Syuhada, mengaku salut padanya. Menurut dia, sudah sepatutnya publik Perancis merasa bangga padanya. Dia adalah contoh yang membanggakan muslim Perancis berdasarkan persembahan unik dan kesederhanaannya. “Dia adalah sumber kebanggan kami karena penampilannya yang khas dan kerendahhatiannya,” kata Steve kepada Islamonline.net.
Pria yang di wajahnya ada bekas luka karena kecelakaan mobil yang dialaminya waktu kecil itu, sudah dianggap sangat penting untuk pencinta sepak bola di Hollywood. Di sebuah surat kabar, ada sebuah komentar berbunyi: “Bayern Muenchen tanpa Ribery seperti sekelompok anak-anak tanpa ibu."
Claus Leggewie, sosiolog sekaligus Direktur Institut Ilmu Budaya di Jerman, menulis sebuah essai tentang fenomena Ribery sebagai pesepakbola dunia yang menjadi muslim. Menurut dia, ketakutan terhadap Islam merupakan keseharian Jerman sejak abad pertengahan, meski saat ini masyarakatnya sudah berada dalam situasi dan pendidikan yang lebih baik.
Fenomena berdoa dengan cara Islam yang dilakukan Ribery seharusnya tidak dibesar-besarkan. Dalam teori permainan sepak bola, kedua tim yang beradu di lapangan berlaku peraturan mutlak, siapa yang berhasil mencetak gol di gawang lawan, mempersiapkan atau mencegah gol di gawang sendiri, berhak berdoa menurut keyakinannya.
“Di dunia Barat, Islam memang kerap dipandang sebagai ancaman. Tapi ketika pesepakbola berdoa kepada Allah, itu menjadi pengakuan keyakinan yang dirayakan,” tulisnya. Karena itu, apa yang dilakukan Ribery, baik dia menjadi muslim maupun perilakunya yang selalu menengadahkan kedua tangan saat di lapangan hijau, itu adalah hak seorang pemain.[ ]
Foto: akimlinovsisa.wordpress.com

Christian Gonzales : Doa Istri Memberi Ketenangan Di Rumput Hijau


Siapa yang tak kenal dengan nama ini: Crhistian Gonzales? Ya, nama ini sangat populer sekali bagi bangsa Indonesia sejak setahun terakhir ini. Kiprahnya dalam persepakbolaan Indonesia membawanya masyhur dalam lintas generasi dan kalangan; dari anak kecil hingga kakek-kakek; dari pejabat hingga tukang becak; bahkan dari pengusaha hingga peminta-minta. Pendek kata, ia menjadi  selebriti dalam dunia sepakbola Indonesia kita.
Ini tentu tak luput karena pemilik nama lengkap Christian Gerard Alfaro Gonzales ini menunjukkan perfoma yang apik di kala bangsa Indonesia sedang menghimpun mimpi untuk menjadi juara di kancah Asia Tenggara. Meski, mimpi itu belum berbuah. Tapi, kegigihannya dalam membawa Timnas dalam Piala AFF 2011 membuat ratusan juta orang Indonesia bangga kepada dirinya. Padahal, ia bukanlah orang yang terlahir sebagai bangsa Indonesia.
 
Sosoknya kini menjadi idola bagi anak-anak. Namanya tertulis di ribuan punggung anak-anak yang senang mengenakan kostum Tim Garuda bernomor ‘9’:  Gonzales.
Christian Gonzales memang tergolong pemain sepakbola berprestasi. Semenjak merumput di Indonesia, berbagai prestasi ia peroleh. Di antaranya: ia meraih top scorer pada Liga Indonesia tahun 2005 saat bergabung dengan Persik. Setahun kemudian, secara berturut-turut, ia dinobatkan sebagai top scorer dua kali. Lalu, pada tahun 2009, saat ia bergabung dengan Persib, ia pun meraihtop scorer.
Gonzales adalah salah satu penyerang yang paling mematikan sepanjang sejarah kompetisi sepakbola Indonesia. Kemampuannya dalam menendang, mencetak gol, penempatan posisi, visi permainan, dan sundulan adalah andalannya. Di samping kemampuannya, ia juga terkenal memiliki fisik yang prima. Namun, pemain ini juga terkenal dengan kontroversinya.
Dalam catatan perjalanan sepakbola Indonesia, misalnya, Gonzales terkenal dengan sikapnya yang temperamental. Sejak pertama kali merumput di Indonesia tahun 2003, dia sudah mendapat hukuman dari Komisi Disiplin PSSI sebanyak lima kali karena perilaku kekerasan terhadap lawan dan pelecehan terhadap wasit.
Saat merumput bersama timnya di Sud America tahun 2000, ia pernah terlibat perkelahian dengan sesama rekan timnya sehingga ia dikeluarkan dengan status bebas transfer. Begitu juga pada tahun 2002 saat dirinya bergabung dengan tim Deportivo Maldonado, ia dikeluarkan lantaran terlibat perkelahian.
Di Indonesia sendiri, catatannya tak jauh beda. Ia memukul pengurus Persita Tangerang di Stadion Benteng tahun 2004. Pada putaran final Liga Indonesia 2006, Christian menanduk penyerang PSIS Semarang, Emanuel de Porras. Pada tahun 2007, dia meludahi wasit Hidayat ketika Persik Kediri dijamu Pelita Jaya. Di babak delapan besar Liga Indonesia 2007, dia berkelahi dengan bek Persija Jakarta, Herman Abanda.
Puncaknya, tahun 2008, Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman larangan bermain 1 tahun kepadanya karena memukul bek PSMS Medan, Erwinsyah Hasibuan. Dia mengajukkan banding ke Komisi Banding PSSI, namun bandingnya ditolak, dan Komisi Banding ikut menguatkan sanksi yang diberikan oleh Komisi Disiplin.
Namun, tahukah Anda, bahwa di tengah sifatnya yang tempramental itu, ia memiliki hati yang lembut. Bukan lantaran ia romantis, tapi lantaran ia memilih jalan hidup dalam pangkuan Islam. Bagaimanakah perjalanan dirinya hingga menjadi seorang mualaf? Siapa sajakah yang berperan dalam kehidupan keislamannya?

Tidak Dipaksa

Gonzales dilahirkan di Monteveido, Uruguay, pada tanggal 30 Agustus 1976 dari seorang ayah angkatan militer bernama Eduardo Alfaro dan ibu seorang suster di rumah sakit Montevideo bernama Meriam Gonzales. Orangtuanya adalah penganut Katolik yang taat. Mereka berdua mengajarkan ketaatan beragama kepada anak-anaknya, termasuk Gonzales.
Gonzales mulai suka dengan sepakbola pada usia 6 tahun. Sejak itulah, sepakbola menjadi dunia yang tidak terpisahkan dalam kehidupan pria yang dijuluki ‘El Loco’ (Si Gila) ini. Saat dirinya berusia 18 tahun, ia bertemu dengan seorang gadis asal Indonesia di Cile, Amerika Latin, pada tahun 1994. Namanya Eva Nurida Siregar. Gadis inilah yang kini akhirnya setia mendampingi hidupnya sebagai seorang istri.        
Sebagai penganut Katolik, Gonzales tentu menghadapi banyak kesulitan menjalani kehidupan rumah tangganya dengan Eva, yang menganut agama Islam. Namun begitu, setahun setelah pertemuan itu, mereka akhirnya menikah di Uruguay. Sejak menikah dengan Eva inilah, Gonzales sedikit demi sedikit mempelajari Islam.
Setiap kali pria yang memiliki tinggi badan 177 cm ini berangkat bertanding, Eva memanjatkan doa kepada Allah swt. Dalam berdoa terkadang Eva sengaja mengeraskan suara dengan harapan Gonzales dapat mendengarnya. Kebiasaan inilah yang membuat Gonzales mulai tertarik dengan ajaran Islam. Ia sendiri tidak akan beranjak pergi sebelum kekasihnya selesai berdoa. Karena dari doa inilah Gonzales menemukan kedamaian dan ketenangan yang selama ini tidak didapatkan dari agama yang dianut sebelumnya. Doa ini pula yang membuat dirinya semakin bersemangat dan optimis setiap kali bertanding di lapangan hijau.
Tahun 2002 Gonzales akhirnya bermain di rumput Indonesia dan bergabung dengan PSM Makassar.  Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, selama ini Gonzales hanya mengenal Islam melalui istrinya dan ini dirasa tidak cukup. Sekarang ayah dari empat anak itu bisa langsung menemukan Islam dari para penganutnya.
Eva kadang memiliki kebiasaan meletakkan buku-buku Islam di meja rumahnya. Tanpa disengaja, Gonzales kadang ikut membacanya.  Maka, tepat pada tanggal 9 Oktober 2003, Christian Gonzales memutuskan untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh Ustadz Mustafadi Masjid Agung Al-Akbar, Surabaya.
Eva sama sekali tidak pernah memaksa Gonzales untuk memeluk agama Islam. Kalau mau memaksa, mungkin dari dulu ia akan mengajak Gonzales untuk masuk Islam. Tapi, itu tidak ia lakukan. Itu adalah keinginannya sendiri. Gonzales akhirnya diberi nama Islam ‘Mustafa Habibi’. Nama ‘Mustafa’ diambil dari guru spiritualnya, Ustadz Mustafa, sedangkan ‘Habibi’, yang berarti  ‘cintaku’ diambil karena rasa cinta sang istri yang amat besar kepada Christian Gonzales.
Bagi Mustafa Habibi, Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan perdamaian. Islam mengajarkan pentingnya berdoa dalam setiap melakukan tindakan apa pun. Saat masuk rumah saja, seorang muslim harus mengucapkan salam, yang artinya mendoakan orang yang ada di dalam rumah tersebut. Bila mau makan, umat Islam dianjurkan untuk membaca basmalah. Pendek kata, setiap perilaku selalu ada unsur doanya. Karena itu, kata Gonzales, hatinya merasa tenang dan damai.
Keislaman Habibi dilegalkan di Kediri, Jawa Timur, dengan piagam mualaf dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat sekaligus melegalkan pernikahan antara Christian Gonzales dengan Eva Siregar. Mendengar anaknya menjadi seorang muslim, ibunda Gonzales ternyata tidak keberatan. Sang ibu, Meriam Gonzales, menerima dengan ikhlas agama yang dipilih anak tercintanya itu
Selama di Kediri, Gonzales membela Persik Kediri dan tinggal di perumahan Taman Persada. Rumah ini menjadi awal kehidupan baru bagi Mustafa Habibi. Islam telah banyak mengubah dirinya. Setiap tengah malam, ia terbiasa membangunkan istrinya untuk shalat Tahajud atau sekadar berdoa.
Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva selalu mengadakan pengajian yang dihadiri ibu-ibu sekitar rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian berlangsung, Gonzales selalu memperhatikan pengajian dan duduk di samping Eva atau terkadang duduk di belakang ibu-ibu pengajian.
Perjalanan karir pemain yang menjadi warga negara Indonesia lewat naturalisasi ini memang tergolong tidak selalu mulus. Berkat dorongan dari guru dan penasihat spiritualnya, sejak menjadi mualaf, Gonzales bangkit lagi dari keterpurukan dan terus menunjukkan kelasnya sebagai bintang lapangan.
Gonzales pun kemudian sukses meraih posisi top scorer pada musim kompetisi Indonesia Superliga 2009 bersama klub Persib Bandung dengan mencetak 14 gol. Pamor Gonzales bersinar lagi dan dipanggil untuk memperkuat tim nasional. Sejak itulah, Gonzales seakan telah menjadi ‘artis’ lapangan hijau yang digemari jutaan orang Indonesia.
Setiap hari raya Idul Fitri, Gonzales juga tak luput untuk melaksanakan shalat  Idul Fitri bersama istri dan anak-anaknya. Menurut Eva, dirinya dan Gonzales dulu pernah berniat untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2008. Namun, Allah berkehendak lain. Karena, uang yang dipersiapkan untuk pergi haji itu akhirnya terpakai untuk biaya persalinan istrinya yang tengah melahirkan anak keempatnya.
Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu membawa tasbih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai perbekalan. Ini dilakukan sebagai bentuk upaya dirinya agar senantiasa tenang ketika berada di lapangan sepakbola.
Gonzales juga punya kebiasaan unik. Hampir setiap kali menciptakan gol ke gawang lawan, ia sujud syukur. Bagi Gonzales, itu adalah bentuk rasa syukur ketika berhasil mencetak gol. Adakalanya ia juga mengangkat telunjuknya ke mulut seraya menengadah ke langit. Hal ini merupakan isyarat rasa syukur terhadap Allah yang Maha Esa. Mengangkat telunjuk ke atas sambil mengucap kalimatalhamdulillah adalah upaya dirinya untuk mensyukuri kemenangan.
Bahkan pada saat membela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi ini menggunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan Asmaul Husna. Angka 99 adalah angka keramat bagi umat Islam. Keramat karena angka itu merupakan kumpulan nama-nama Allah.
Dalam menjalani hidup ini, El Loco berusaha untuk tenang. Harapan terbesar dalam hidupnya adalah menyaksikan istri dan anak-anaknya senantiasa berada dalam keadaan yang sehat. Semoga!

Denny Sanusi (Tjong Bun Lie) : KARENA MENJADI MUSLIM, SAJADAHNYA SEMPAT DIBAKAR



 
Perjalanannya  merengkuh iman begitu berliku. Puncaknya, ia pernah diusir sang ayah dari rumah.

Sejak kecil, Denny hidup dengan gelimang harta dan agama Konghucu. Ia terdidik untuk mengikuti agama bapaknya yang merupakan asli orang China dan merantau ke Jakarta. Kemudian ia bertemu dengan gadis Bandung untuk dinikahinya.
Sebagai pemeluk agama Konghucu, Denny sebenarnya cukup taat. Namun, keluarga cukup demokratis menerapkan nilai-nilai keberagamaan kepada anak-anaknya. Sikap demokratis inilah yang kemudian membawa Denny untuk dididik di Sekolah Katolik saat SMA.
Denny pun mulai belajar agama Katolik. Ia membaca Bible dan pergi ke gereja dengan sangat rajin. Setelah setahun bergelut dengan ajaran-ajaran Katolik, ia pun memutuskan masuk Katolik. Saat itu ia kelas dua.
Perpindahan Denny ke agama Katolik ini diketahui oleh orangtua dan keluarganya. Namun, mereka tidak marah. Mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk memeluk agama manapun, asalkan bukan Islam.
Namun, ajaran agama yang baru digenggamnya itu justru tidak memuaskan dahaga spiritualnya. Ia merasa tidak nyaman menjalani agama tersebut.
Hatinya gelisah dan resah. Di tengah hatinya yang gundah gulana itulah ia akhirnya bertemu dengan seorang yang cukup mengerti tentang agama, meski bukan seorang ustadz. Ia pun mengutarakan kegundahannya ini.
Bagi seorang anak remaja yang masih kelas tiga saat itu, jelas saja sikap Denny ini mengundang decak kagum orang itu. Bagaimana mungkin, seorang anak remaja sudah mengungkap kegelisahan dirinya terkait masalah keyakinan? Tapi itulah kenyataannya.
“Pak, sejak saya memeluk Katolik kok hati selalu gelisah. Saya semakin malas pergi ke gereja. Ada apa ya?” tanya Denny.
Orang itu bertanya balik, “Kamu percaya Tuhan?”
“Ya.”
“Berdoalah kepada-Nya, tapi jangan menyebut nama Tuhan saya (Allah) dan juga tuhan kamu!” ujar orang itu.
“Doa apa yang harus saya baca?” Denny penasaran.
“Berdoalah sebelum tidur seperti ini: ‘Ya Tuhan, tolonglah saya. Tunjukkan saya agama mana yang paling benar di dunia dan akhirat. Yang dapat menyelamatkan saya di dunia dan akhirat.’”
Karena Denny sedang bersemangat mencari kebenaran, malam itu juga, sebelum tidur, ia membaca doa tersebut. Entah kebetulan atau tidak, esok harinya kebetulan memasuki Ramadhan, dimana Denny menyadari kalau saat-saat seperti ini umat Islam akan berpuasa, ia pun mencoba untuk berpuasa.
Hal itu terus berlangsung hingga memasuki puasa hari ke tujuh. Denny selalu berpuasa. Pada hari ketujuh, menjelang Maghrib, Denny menyalakan radio. Tanpa diduga-duga, ia mendengar suara adzan yang sangat merdu. Saking terkejutnya, ia pingsan sejenak selama kurang lebih semenit. “Saya sendiri heran, padahal setiap hari saya sering mendengar adzan tetangga terdekat,” ujar Denny yang sejak kecil memang hidup di tengah masyarakat yang banyak beragama Islam ini.
Bagi Denny, apa yang dialaminya itu merupakan salah satu kejadian yang luar biasa dalam hidupnya. Betapa tidak. Ia tidak pernah pingsan selama ini –apalagi oleh sebuah kasus yang sebenarnya sering ia dengar dari masjid atau mushala di lingkungannya. Tapi, kenapa adzan di bulan Ramadhan yang didengarnya lewat radio itu justru menggetarkan jiwanya hingga membuatnya pingsan? Pertanyaan inilah yang sejenak membuat Denny tidak bisa berkata apa-apa di kala itu.
Kejadian ini pun ditanyakannya ke orang yang cukup mengerti agama itu, “Pak, apa artinya ini?”
“Mungkin itu sebuah hidayah dari Tuhan. Tapi, coba saja kamu terus berdoa kepada Tuhan menjelang tidur dari doa yang saya ajarkan itu,” ujar orang itu, yang hingga kini Denny sudah lupa namanya.
Tak terasa, puasa pun telah di ambang perpisahan. Saat itu puasa telah memasuki hari ke-20, hendak memasuki hari ke-21 dan Denny masih berpuasa. Tiba-tiba, Denny dipanggil oleh orang itu ke rumahnya.
Di depan Denny, orang itu meminta, “Den, kalau bisa, malam ini kamu jangan tidur. Kalau saya jelaskan, kamu nanti tidak akan mengerti.Yang jelas, malam ini adalah malam istimewa, mungkin keistimewaan itu akan turun ke kamu.”
Tanpa mau bertanya lebih lanjut, Denny pun pulang. Namun, ia tidak pulang ke rumah, tapi langsung ke pabrik minuman ringan milik kedua orang tuanya. Di pabrik itu, ia naik ke tingkat dua. Di sana ia menghadap kiblat dan bertafakur dengan khusuk. Di tengah-tengah perenungannya, tiba-tiba tangan kirinya seperti ada yang mencengkeram begitu kuat, hingga ia tidak bisa bergerak. Ia berusaha memberontak, tapi tak kuasa. Akhirnya, ia pasrah. Tak lama kemudian cengkeraman itu berangsur lepas dari tangannya.
Kejadian itu tidak membuat Denny ketakutan. Ia malah turun ke bawah mendekati pancuran untuk mengambil air wudhu. Sebuah tindakan yang sebenarnya tidak ia mengerti sama sekali. Di saat itulah peristiwa aneh kembali terjadi. Saat ia sedang menyela jari-jari tangannya. Jari-jari tangan kanannya seperti tertahan begitu kuat di pangkal jari-jari tangan kirinya, hingga teramat sulit dilepaskan.
“Sepertinya Tuhan sedang mengeluarkan dosa-dosa saya,” ujarnya. Saat peristiwa itu terjadi, jam telah menunjukkan pukul satu malam. Setelah kejadian itu, ia kembali naik ke atas untuk menunaikan shalat dua rakaat. Entahlah, bisikan hati apa yang menggerakan Denny untuk melakukan semuanya ini. Padahal, ia belum menjadi seorang muslim. Ia mengikuti kata hati saja untuk melakukan gerakan-gerakan yang sudah lazim dilakukan oleh umat Islam, yaitu shalat. Usai itu, tidak ada lagi kejadian aneh yang menimpanya, dan ia pun pulang ke rumahnya.
Esok harinya, ia menemui orang itu kembali dan menceritakan apa saja yang baru dialaminya. Dengan diplomatis orang itu pun kembali berkata, “Kamu telah mengalami semuanya. Sekarang terserah kamu. Sebab, Islam tidak pernah memaksakan siapapun untuk memeluk agamanya.”
Denny berpikir sejenak. Akhirnya keputusan terbesar dalam hidupnya pun diambil. Ia memilih untuk menjadi mualaf. Subhanallah!

Diusir Keluarga
Sejak menjadi muslim, Denny pun mulai rutin menjalani shalat dan puasa. Selama dua tahun, keislaman Denny ini mampu ditutupinya dengan sangat erat. Namun, sepandai-pandai orang menjaga rahasia, akhirnya terbongkar juga.
Denny pun diinterogasi ayahnya. Namun, di depan sang ayah dan keluarganya, ia selalu mengaku non-muslim. Tapi, sang ayah tidak percaya begitu saja. Sang ayah pun mulai melarang Denny bepergian ke luar rumah; takut sang anak  melakukan akvitias ibadahnya di luar. Termasuk ketika hari Jumat tiba, Denny dilarang keluar untuk melakukan shalat Jumat. Namun, Denny selalu bisa berkelit. Ia berusaha melakukan apa saja agar tetap bisa shalat dan puasa, meski dalam kontrol keluarganya yang sangat ketat.
Tapi, suatu kali ayah dan keluarganya benar-benar mengetahui kalau Denny adalah seorang muslim. Betapa murkanya mereka pada Denny hingga mereka sempat berucap kalau darah Denny adalah halal. Artinya, kalaupun dibunuh, hal itu tidak menjadi masalah karena Denny telah murtad.
 
Kamar Denny pun diobrak-abrik dan sajadahnya dibakar. Lebih tragis lagi, Denny hampir sempat dibunuh oleh adiknya sendiri. Hanya saja, tidak sempat melukainya secara serius. Ia hanya mengalami luka ringan. Ulah sang adik ini diketahui warga. Warga yang jengkel melihat sesama muslimnya teraniaya, akhirnya mengeroyok adik Denny dalam suatu kesempatan. Hal ini pun menjadi perkara di kepolisian. Oleh adiknya, Denny dituduh sebagai biang keladi pengeroyokan tersebut.
Mulai dari cara yang halus hingga cara kasar sudah ditempuh ayah dan keluarganya. Namun, tak kuasa juga mengubah keislaman Denny. Akhirnya, Denny pun diusir dari rumah. Setelah diusir, hidup Denny pun tidak menentu. Di mana saja  ia menetap; kadang di markas PITI (lembaga mualaf) dan sebagainya.
Kendati begitu, di tengah jalan, sang ayah kadang masih menitip pesan lewat orang bahwa Denny bisa diterima kembali di keluarganya kalau ia mau balik ke agama yang lama. Tapi, Denny menolak tawaran itu. Baginya, Islam sudah harga mati; sebuah prinsip yang patut kita tiru bersama.
Dalam kondisi seperti itulah justru Denny menemukan jodohnya. Ia akhirnya menikahi seorang gadis muslimah keturunan China bernama Haryani (Tjong Siu Lan), asal Sukabumi. Denny menikah di Pengadilan Sipil karena sang ayah tidak merestuinya. Namun, demi gengsi pada teman-temannya, beberapa saat kemudian sang ayah membuatkan pesta pernikahan untuk Denny di sebuah gedung. “Tapi, setelah itu kami kembali tidak akur. Masalah akidah kami tetap berbeda,” ujar Denny.
Ujian kemudian datang lagi kepada Denny. Aset-aset perusahaan milik bapaknya yang memang atas nama dirinya akan diubah. Diketahui bahwa sejak ibunya meninggal, segala aset perusahaan milik orangtuanya berubah menjadi atas nama Denny. Namun, setelah Denny beragama Islam, sang ayah mengancam akan menyita semua aset-asetnya dan membalikan nama lagi ke diri sang ayah.
Tapi, Denny tidak mau. Ia datang ke notaris bersama sang ayah untuk mengubah kembali nama aset-aset perusahaan atas namanya tersebut menjadi atas nama ayahnya. Denny berprinsip, lebih baik kehilangan harta (aset) daripada harus menggadaikan keislamannya.
Toh Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Kini, alhamdulillah Denny mendirikan PT. UD Mulia yang bergerak di bidang supplier limbah kertas. 

SURAT MARYAM MENGGUGAHKU UNTUK MASUK ISLAM


 
"Entahlah, jika temanku tidak pernah memberikanku sebuah al-Qur’an terjemahan, mungkin aku akan tersesat selamanya. Sebab, melalui al-Qur’an inilah aku menemukan setetes hidayah yang aku cari selama ini. Di sini akhirnya aku temukan sebuah kebenaran bahwa Isa bukanlah Tuhan, tapi hanya seorang Nabi.”
Demikian pengakuan Ahmad Beben, laki-laki keturunan Tionghoa yang kemudian masuk Islam setelah mem­baca al-Qur’an terjemahan pe­mberian sahabatnya. Kepada Hidayah, laki-laki berkacamata pemilik nama asli Bernard Juniardi ini pun bicara blak-blakan seputar perjalanan hidupnya menjadi seorang Muslim yang penuh lika-liku, termasuk dirinya yang nyaris diusir kedua orangtuanya.

Yesus Hanya Seorang Nabi, Bukan Tuhan
Aku lahir di Jakarta, 11 Juni 1973. Aku tidak memiliki nama Tionghoa karena kedua orang tuaku sudah memberikan nama khas Indonesia sejak lahir yaitu Bernard Juniardi. Nama depanku sekilas agak kebarat-baratan, tetapi aku bangga dengan nama ini. Ada beberapa alasan kenapa kedua orang tuaku tidak memberikan nama Tionghoa, padahal aku murni keturunan Tionghoa.
Pertama, aku lahir pada situasi di mana orang yang memiliki nama Tionghoa harus diganti dengan nama Indonesia atau nama lainny dan juga agar bisa membaur dengna masyarakat. Sehari-hari aku dipanggil Beben. Sejak kecil aku menganut agama Katolik Roma, bukan agama nenek moyang yaitu Tionghoa. Sejak kecil aku pun diberikan bimbingan dan pengetahuan tentang ajaran-ajaran Katolik. Aku diajarkan bahwa Yesus adalah Tuhan, bukan seorang Nabi. Aku juga diajarkan bahwa Yesus telah meninggal dunia sebagai bentuk pengorbanannya kepada umat manusia. Yang lebih mengerikan lagi, aku didoktrin sebuah citra negatif tentang agama Islam yang suka pada kekerasan dan sebagainya. Pada usia 27 tahun, tepatnya tahun 2000 aku sampai pada momen penting keimananku.
Awalnya, seorang sahabat memberikanku sebuah al-Qur’an terjemahan. Bagiku, kitab suci ini tidaklah begitu asing. Karena itu, aku menerimanya dengan lapang dada. Meski begitu, kadang hati kecilku selalu bertanya-tanya, kenapa aku harus menerima pemberian temanku itu padahal aku beragama Katolik.
Mungkin inilah yang dinamakan takdir! Aku lalu membaca al-Qur’an terjemahan tersebut mulai dari surat al-Fatihah, al-Baqarah, al-Imran, al-Nisa dan seterusnya. Aku baca perlahan-lahan penuh konsentrasi. Tidak ada yang mampu menggugah perasaanku saat membacanya. Semuanya sama seperti aku membaca buku-buku lainnya atau saat aku membaca Injil, kitab peganganku sendiri.

Tetapi, keanehan kemudian menghinggap perasaan dan pikiranku tatkala bacaanku sampai pada Surat Maryam. Tidak pernah kusadari, aku menemukan sebuah ayat yang menjelaskan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, tapi hanyalah seorang Nabi. Pengetahuan semacam ini jelas saja membredel keyakinanku selama ini yang mengklaim bahwa Isa adalah Tuhan.
Beberapa saat aku tercenung memikirkan ayat tersebut. Benarkah yang ditulis oleh al-Qur’an itu? Apakah yang diajarkan oleh Injil selama ini adalah salah? Sejuta pertanyaan menggelanyut dalam pikiranku kala itu. Aku nyaris tidak bisa tidur memikirkannya. Aku stress berat.
Lalu aku tanyakan mengenai hal ini kepada pendeta dan pastur. Apakah benar Yesus itu adalah Tuhan? Mereka ternyata tidak bisa menjawab. Andai pun mereka menjawab, tetapi alasan-alasan yang mereka kemukakan tetap tidak rasional atau tidak masuk akal. Ironinya, kenapa hal ini baru aku rasakan sekarang setelah membaca al-Qur’an? Kenapa dari dulu aku tidak pernah meragukannya?
Tidak itu saja, aku pun mulai bertanya pada pendeta dan pastur itu mengenai kematian Yesus. Benarkah Yesus itu sudah meninggal? Jika ya, kenapa beberapa ilmuwan saat menggali kuburnya tidak menemukan jasadnya? Mereka pun tidak bisa menjawab. Begitu pula saat aku menanyakan pada mereka mengenai konsep trinitas, mereka tetap tidak bisa menjawab. Mereka sendiri kehilangan akal untuk menjawab kenapa Tuhan itu ada tiga?
Akhirnya aku memutuskan untuk mendalami lebih jauh mengenai al-Qur’an dan Injil. Selama setahun aku mendalami kedua kitab tersebut, akhirnya kutemukan sebuah kesimpulan bahwa apa yang dikatakan al-Qur’an semuanya adalah benar. Satu hal pula yang membuatku yakin pada al-Qur’an adalah bahwa di mana pun aku menemukan al-Qur’an, pasti tidak ada teks atau bacaan yang berbeda satu sama lain. Ini memberikan gambaran padaku bahwa kitab suci ini pasti ada yang menjaganya. Setelah kurenungi lebih dalam, pasti semua ini ada campur tangan Allah yaitu Tuhannya orang Islam. Kepastian mengenai hal ini pun akhirnya kutemukan pada ayat al-Qur’an yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (al-Qur’an) dan Kami pula yang Menjaganya.”
Pada tahun 2001 akhirnya aku putuskan untuk mempelajari agama Islam lebih mendalam. Aku masuk Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Cinere, Depok. Aku dibantu oleh orang-orang Departemen Agama di situ. Setelah yakin, pada 1 Ramadhan 1422 H (2002), akhirnya aku memutuskan untuk masuk Islam. Aku mengucap syahadat di Masjid Raya Bambu Apus, Ciputat, Tangerang disaksikan oleh KH. Ato’ Muzar Munawar dan KH. Muhammad Sidiq Umari serta para staf Departemen Agama.
Pada hari pertama Ramadhan itu pula aku mulai berpuasa dan shalat tarawih. Alhamdulillah, sebulan penuh aku bisa menjalankannya. Sebab, sebelum aku masuk Islam dan tinggal di pesantren aku sudah dilatih berpuasa dan zikir dulu oleh pak kiayi. Karena itu, saat aku masuk Islam pada hari pertama bulan Ramadhan, hari itu juga aku bisa menunaikan ibadah puasa sampai sebulan penuh.
Bagaimana reaksi kedua orang ketika mendengar aku masuk Islam? Saat mendengar aku masuk Islam, aku nyaris diusir kedua orang tua dan nenekku. Aku sempat berkelahi dengan bapakku. Untungnya, Allah masih menolongku sehingga mereka akhirnya mengurungkan niat untuk mengusirku. Sebab, meski bagaimana pun aku adalah anak mereka dan salah seorang anggota keluarga mereka.
Kini, namaku sudah berubah menjadi Ahmad Beben. Nama Ahmad sendiri merupakan pemberian KH. Muhammad Sidiq Umari, sedang Beben adalah nama kecilku. Aku ingin melekatkan nama Islam dan nama masa laluku juga. Aku pun menjadi manusia baru. Aku seperti bayi yang baru lahir lagi.
Setelah masuk Islam, di Masjid Raya Bambu Apus itu langsung kutegaskan pada jamaah bahwa aku masuk Islam tidak untuk main-main. Aku ingin mati dalam keadaan Islam. Aku ingin berdakwah menegakkan agama Islam sampai titik darah penghabisan. Bahkan, kalau bisa, aku meninggal di dalam masjid sebagai mujahid, sebagai orang yang sedang berdakwah.

Dua Sisi Mata Uang
Salah satu resiko yang kuterima setelah masuk Islam adalah aku dipecat dari perusahaan tempatku bekerja. Aku dianggap berani melawan pimpinan. Padahal, pada saat itu aku hanya berusaha mengatakan yang sebenarnya. Ceritanya, aku dan teman-temanku berniat shalat Jum’at, tapi dilarang oleh pimpinan. Aku tetap memaksanya. Bahkan, mengompori teman-teman untuk tetap melakukannya.
Usai shalat Jum’at, aku didatangi oleh pimpinan. Ia murka kepadaku. Ia mengomeliku karena dianggap berani melawan kebijakan perusahaan. Tapi, aku bilang padanya bahwa apa yang aku lakukan semata-mata kewajibanku sebagai seorang Muslim. Shalat itu merupakan perintah Tuhan. Hal ini kukatakan padanya secara gamblang. Tetapi, ia terus mengomeliku. Tidak ada kata ampun lagi, aku pun bilang pada pimpinanku itu bahwa ia seorang kafir. Aku lepas kontrol saat itu, karena ia benar-benar tidak menghargai diriku yang seorang Muslim dan juga teman-temanku yang lain. Usai kejadian itu, tiga bulan kemudian aku dipecat.

Tidak itu saja, aku juga dijauhi oleh teman-teman dan keluargaku. Tapi aku pandang hal ini sebagai resiko. Kini, kegiatanku adalah berdakwah dari satu tempat ke tempat yang lain. Aku dakwahkan apa yang bisa kulakukan. Keterbatasan pengetahuanku tentang agama Islam, tidak menyurutkanku untuk berhenti berdakwah. Ini jauh lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Bahkan, aku ingin meninggal di dalam masjid dalam keadaan berdakwah. Aku ikhlas jika seandainya harus mendapatkan ajalku dalam perjalanan dakwah. Justru inilah yang harus kucari yaitu keridhaan Allah SWT. Amien.

MASUK ISLAM KARENA WUDHU


 
Puluhan tahun ia menganut aliran kepercayaan Kejawen. Suatu hari ia ingin mati dalam keadaan Islam. Sejak itulah, wanita bernama Wiyanty ini bersaksi bahwa Allah adalah Tuhanku, dan Muhammad Rasulku. Berikut ini penuturan kisahnya. 
Saya terlahir dari keluarga penganut aliran kepercayaan Kejawen, yaitu ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa, yang belum terkena pengaruh budaya atau agama dari luar. Aliran kepercayaan ini mengajarkan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dan nilai-nilai kebajikan. Keluarga saya berasal dari Jawa. Kedua orangtua saya penganut ajaran leluhur itu, hingga ajal menjemput mereka.
Ketika masih remaja, sekitar umur 15 tahun, saya sedikit demi sedikit mulai bertanya tentang Islam. Waktu itu, di rumah saya, ada seorang pembantu rumah tangga beragama Islam. Saya bertanya kepada dia soal ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk masalah wudhu yang dilakukan sebelum shalat.
Pembantu saya bilang, Orang shalat harus ber-wudhu dulu yakni mencuci bagian tubuh agar bersih. Sejak itulah saya mulai tertarik pada Islam. Saya berpikir bahwa Islam ternyata sangat menghargai kebersihan.
Saya belajar wudhu, shalat, baca al-Quran, dan sebagainya kepada pembantu saya. Hal ini berlangsung hingga puluhan tahun. Saya menikah dan kemudian dikaruniai tiga orang anak. Saya menikah dengan seorang penganut agama Katolik tapi suami saya tidak bisa memaksakan saya untuk ikut agamanya kala itu. Saya dikaruniai tiga anak dan lima cucu. Ketiganya memeluk agama yang berbeda. Satu diantaranya beragama Katolik. Dua lainnya beragama Budha. Mereka disekolahkan di sekolah Katolik sejak kecil.
Di samping saya belajar tentang Islam pada pembantu, saya juga sering menonton acara pengajian di televisi. Hingga suatu hari saya menonton sebuah acara religi di salah satu stasiun televisi swasta. Waktu itu mengupas seputar profil Yayasan Haji Karim Oei, yaitu sebuah yayasan yang menampung para muallaf dari etnis Tionghoa.
Di tempat itulah saya kemudian secara intens mempelajari agama Islam. Setidaknya, satu kali atau dua kali dalam seminggu saya berkonsultasi tentang agama Islam. Saya kemudian berpikir bahwa suatu hari saya akan meninggal. Persoalannya, ke mana saya akan berpijak setelah meninggal? Sebab, ibaratnya, saya ini masih berada dalam persimpangan jalan. Karena itu perlu ada kejelasan bagi saya.
Hingga akhirnya, pada tahun 2002, saya merasa yakin untuk memeluk agama Islam. Saya lalu mengikrarkan diri di hadapan umat Islam di Masjid Lautze, di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. “Asyhadu allaa ilaaha ill-Allah. Wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.”
Respon Suami
Setelah memeluk Islam, suami saya meresponsnya biasa-biasa saja. Ia sudah tahu bahwa saya tidak mau ikut agama yang dia anut. Ia juga tahu bahwa saya sejak dulu tertarik pada Islam.
Saya masuk Islam bukan karena ikut-ikutan. Maka, saya juga tidak ingin mengajak orang untuk masuk Islam karena ikut-ikutan. Sebab, pintu hidayah itu datangnya dari Allah. Agama itu ibaratnya sebuah jalan. Jalan kan banyak. Tinggal kita mau mengambil jalan mana. Kita mau melangkah di sebelah mana. Dan, Islam adalah satu dari sekian banyak jalan yang ada. Semua terserah mereka. Yang terpenting, saya ingin menjalankan agama saya ini dengan sepenuh hati. Saya ingin memberi contoh pada keluarga saya, bahwa agama yang saya anut sangat baik. Saya ingin memberi gambaran tentang ajaran Islam melalui perilaku yang saya kerjakan setiap hari. Saya juga merasa belum begitu baik memahami tentang Islam. Saya masih banyak belajar.
Untuk melengkapi pengetahuan, saya sering mendengarkan acara pengajian di televisi dan radio. Salah satu acara favorit saya adalah pengajian yang disampaikan oleh Mamah Dedeh. Bisa dibilang bahwa saya ini pengagum beliau. Setiap hari saya menonton acara tersebut. Di samping itu saya juga sering menghadiri acara-acara pengajian yang lain. Setiap ada undangan pengajian, terutama di bulan Ramadhan, saya selalu datang.
Hingga kini saya merasa kesulitan untuk mempelajari al-Quran, karena al-Quran berbahasa Arab, sementara bahasa Arab sulit dipelajari. Maka dari itu, untuk menyiasatinya, saya mempelajari al-Quran yang terjemahan bahasa China. Saya merasa lebih mudah paham mempelajari al-Quran terjemahan berbahasa China.
Islam bagi saya adalah agama yang cinta damai. Hanya saja, agama Islam di Indonesia tercemar lantaran umatnya yang tidak menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Banyak kalangan di luar Islam menganggap jelek pada Islam, dikarenakan banyak kasus-kasus kriminal dilakukan oleh umat Islam sendiri. Kalau umat Islam benar-benar menjalankan ajarannya dengan baik, hal-hal jelek pasti dapat dihindari.
Misalnya saja; Islam sangat menghargai tentang kebersihan. Sebelum shalat kita harus ber-wudhu. Kita cuci tangan, muka, kepala, kuping, dan kaki. Itu artinya bahwa Islam adalah agama yang menghormati nilai-nilai kebersihan. Kita juga diwajibkan untuk shalat lima waktu. Semua waktu shalat itu sesuai dengan kebutuhan kita, dan ujung-ujungnya akan bermanfaat untuk kita.
Shalat adalah ibadah wajib yang tidak hanya akan memperoleh pahala, tapi juga bisa membuat yang mengerjakannya merasa tenang. Hati saya merasa tenang setelah melakukan shalat. Di samping itu, shalat juga menyegarkan kondisi kejiwaaan kita. Bayangkan saja, misalnya, ketika di siang hari kita merasa penat dengan segudang pekerjaan, terus kita berwudhu dan shalat Dzuhur. Hati dan jiwa tentu akan tenang dan enak.
Terlebih pada shalat Subuh. Shalat Subuh mengajarkan kita untuk disiplin. Islam adalah agama yang menguji keseriusan bagi umatnya. Di saat kita terlelap tidur, kita diwajibkan untuk shalat Subuh. Nah, Islam ternyata agama yang mengajarkan kesehatan jiwa dan raga.
Islam juga mengharuskan umatnya untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Selama ini, setelah memeluk Islam, saya merasa senang menjalankan ibadah puasa. Sebab, dalam puasa, banyak manfaat yang saya peroleh. Saya merasa sangat gembira ketika bulan Puasa datang. Saya seakan diuji. Saya diuji untuk tidak makan pada siang hari. Saya diuji untuk bangun malam guna makan sahur. Yang paling penting lagi adalah saya diuji untuk bisa menaham marah dan nafsu. Hal semacam ini saya temukan hanya dalam agama Islam.
Islam adalah agama hebat dan lengkap. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, mulai soal ibadah, pernikahan, maupun ahli waris. Islam mengajarkan tentang kepekaan sosial. Orang kaya diwajibkan untuk membayar zakat. Anak-anak yatim harrus dipelihara dan dikasihi. Ada hitungan-hitungan (nishab) yang jelas soal zakat. Kita tidak sembarangan memberi zakat wajib. Dalam Islam  ada juga namanya sedekah sebagai pemberian yang bersifat sunnah. Semuanya diatur dengan lengkap.
Semua ibadah dalam agama Islam juga sangat sederhana. Tidak ruwet. Sebut saja misalnya tentang kewajiban menangani orang yang sudah meninggal dunia. Ketika seseorang meninggal dunia, jenazahnya harus langsung dikuburkan. Tidak perlu diinapkan hingga berhari-hari dan dipindahkan ke beberapa tempat seperti agama lain. Sekali lagi, bagi saya, Islam itu agama yang sangat simpel. Tidak banyak aturan yang memberatkan umatnya.
Jika dibandingkan dengan agama lain, Islam sangat lengkap. Dalam ajaran Kejawen, misalnya, jauh sekali bedanya. Di Kejawen tidak ada aturan hukum yang jelas, kurang menghargai kebersihan, ibadah tidak lengkap, dan sebagainya. Namun begitu, saya tetap menghargai perbedaan kepercayaan dan agama dengan yang lain. Karena pada prinsipnya, Islam mengajarkan toleransi pada setiap umat beragama.
Meski saya sudah beragama Islam, saya tetap bergaul dengan teman-teman penganut agama lain. Islam mengajarkan kebaikan. Karena itu, setelah kita masuk Islam, kita harus lebih baik lagi kepada orang lain. Itu yang lebih penting.

Menyibak Misteri Mummi Fir'aun


Kisah tentang sepak terjang Fir`aun yang sombong dan kejam bukanlah sebuah cerita fiksi. Ia dikisahkan dalam al-Qur`an. Namanya diabadikan dalam sejarah sebagai raja besar. Tapi, ia pongah karena tidak mau menerima pesan yang dibawa Musa, ia justru mengaku sebagai tuhan.
Kekuasaan telah membutakan matanya. Ia lebih mencintai tahta dan  tak mau tahtanya itu jatuh. Lalu, ia bertindak kejam, menyiksa dan menghancurkan Bani Isra`il. Prajurit yang berada di bawah kekuasaannya, diperintahkan membunuh bayi-bayi tidak berdosa dan menyeret kaum lelaki untuk dijadikan budak guna membangun kota-kota baru.
 
”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus [10]: 92)

Mati Tenggelam

Allah mendengar jerit kesakitan Bani Isra`il dan mewahyukan pada Musa memimpin Bani Isra`il keluar dari Mesir. “Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil) karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli.” (QS. As-Syu`ara [26]: 52).
Nabi Musa tak ragu akan janji Allah. Maka ia berani menanggung beban berat itu --membawa kaumnya pergi dari Mesir. Setelah Fir`aun tahu Bani Isra`il meninggalkan Mesir, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk mengejar. Ia juga berencana hendak membunuh Musa dan Harun, lalu membawa kembali Bani Isra`il untuk dijadikan budak. Fir`aun mengendarai sendiri kereta kudanya yang perkasa dan memimpin langsung prajurit yang berjumlah besar.
Rombongan Bani Isra`il terus berjalan meninggalkan Mesir. Tapi Fir`aun segera mengejar Bani Isra`il. Rombongan Bani Israil dilanda rasa takut, apalagi ketika kereta kuda yang dipimpin Fir`aun itu semakin dekat. Rombongan Bani Isra`il tak bisa berbuat apa-apa. Rombongan Bani Isra`il dalam ancaman besar; dihimpit rasa takut dan merasa tidak bisa lolos.
Tetapi Nabi Musa yakin keberadaan Allah sebagai Sang Penolong. Di saat genting itu, pertolongan Allah akhirnya datang. Allah menyampaikan wahyu, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu!” (QS As-Syu`ara [26]: 63). Nabi Musa as mengikuti perintah Allah, berjalan ke laut. Lalu, di atas sebuah batu, dia memukulkan tongkatnya. Di luar dugaan, sesuatu yang mengejutkan terjadi; laut terbelah menjadi dua --setiap bagiannya seperti sebuah gunung tinggi dan ada sebuah lembah yang panjang di antaranya. Dalam al-Qur`an, Allah berfirman, “Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. As-Syu`ara [26]: 63)
Nabi Musa dan Bani Isra`il lalu melewati lembah yang membelah lautan jadi dua bagian itu. Saat Fir`aun dan bala tentaranya tiba di tepi laut, mereka beringas mengejar Bani Isra`il yang berjalan di tengah-tengah jalan yang menakjubkan itu. Saat pengikut Musa tiba di pantai sisi Timur (Teluk al-Siways), pengikut Musa melihat tentara Fir`aun di tengah jalan –dari belahan laut. Kaum Bani Israil dicekam takut, menduga tak bisa selamat. Lagi-lagi pertolongan Allah datang. Kejadian tak terduga kembali terjadi. Kedua sisi air laut kembali menyatu.
Gulungan ombak menggulung Fir`aun dan bala tentaranya. Fir`aun tak berdaya. “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercaya Bani Isra`il dan aku adalah termasuk orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Yunus [10]: 90). Saat itu, Fir`aun dekat pada kematian dan ia mendengar suara, “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus [10]: 91).
Dibayangi kematian, ia tahu akan menghadapi akhir hidup yang mengerikan dan ia mendengar suara, “Maka hari ini Kami selamatkan tubuhmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”  (QS. Yunus [10]: 92)

Diawetkan

Kelaliman Fir`aun yang dulu dibanggakan itu seperti tak berarti ketika kematian menjemputnya. Ia tenggelam di laut Merah. Ia, dengan kekuasaan yang besar dan menjadi musuh Musa, memang sudah berakhir. Tapi Allah Maha Berkendak. Dengan kekuasaan-Nya, Dia menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Setelah kejadian itu, mayat Fir’aun itu pun ditemukan.
Gulungan ombak membawa mayat itu ke pantai. Orang-orang Mesir menemukan mayat Fir`aun, lalu menjadikan mayat Fir`aun itu dijadikan mummi (dibalsem) sehingga utuh seperti sekarang dan dapat dilihat di museum Mesir.
Semula, orang-orang Mesir membawa mummi Fir`aun itu ke lembah raja-raja di selatan Mesir. Mereka mengubur dalam sebuah kuburan batu sehingga rahasia itu pun selama bertahun-tahun tersembunyi. Tapi Allah berjanji menyelamatkan tubuh Fir`aun agar jadi sebuah pelajaran berharga bagi umat setelahnya.
Janji itu pun terbukti. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah QS. Yunus [10]: 92 di atas bahwa Allah telah menyelamatkan badan Fir`aun agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya. Pada tahun 1898, setelah bertahun-tahun dikuburkan, mummi Firaun ditemukan tahun 1898 M oleh Loret di Thebes di Lembah Raja-raja (Wadi al Muluk).
Seorang peneliti bermana Dr Maurice Bucaille, bersama anggota timnya berhasil mengungkapkan penyebab kematian Fir`aun dan pengawetannya. Dari hasil penelitian yang dia temukan, ia pada akhirnya menyimpulkan betapa al-Qur’an sangat detail dalam menjelaskan sesuatu, bahkan termasuk cerita dan proses pengawetan Fir’aun itu. Lebih menakjubkan lagi, ternyata hal itu tidak disebutkan dalam kitab-kitab yang lain.
Dari hasil penelitiannya pula, dia menemukan bekas garam yang menempel pada mayat mummi Fir`aun itu sehingga dia berani mengambil kesimpulan; menjadikan garam itu sebuah bukti nyata bahwa Firaun memang mati tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, lantas diawetkan pada saat kejadian.
Tapi mummi Fir`aun meninggalkan sebuah pertanyaan: bagaimana mayat Fir’aun itu bisa diselamatkan dan anggota tubuhnya tetap utuh, sedangkan kondisi mayat dari bala tentara Fir`aun setelah diawetkan tak seperti dirinya? Setelah melalui penelitian, ia kemudian mencari penjelasan dalam al-Qur’an dan menemukan jawaban memuaskan (sebab telah disebutkan Allah dalam QS. Yunus [10]: 92)
Penelitian itu, tentu saja, menyibak misteri di balik mummi Fir`aun. Bahkan dalam penelitian medis yang dilakukan dengan mengambil sampel organ tertentu dari jasad mummi yang ditemukan, pada tahun 1975, melalui bantuan Prof Michel Durigon dari pemeriksaan yang detail dengan menggunakan mikroskop, ditemukan bagian terkecil dalam organnya masih dalam kondisi terpelihara dengan sempurna. Ini menunjukkan bahwa keterpeliharaan secara sempurna itu tidaklah mungkin terjadi andai kata jasad tersebut sempat tinggal beberapa lama dalam air atau berada lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Seputar hasil penelitian tersebut, Dr Bucaille mengungkapkan, ”Dari situ, diketahui bahwa semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang menyiratkan bahwa Fir`aun tewas ketika digulung gelombang.”
Fir`aun memang telah mati dan jasadnya telah terbujur kaku jadi mummi. Tetapi, di balik jasad Fir`aun yang kaku itu, ada pelajaran dan pesan penting yang diselipkan Allah, bahwa Allah telah menunjukkan akan kebesaran dan kekuasaan yang hanya bisa dipahami orang-orang yang mau berpikir.  Wallahu’alam bilshawab. [Berbagai sumber]
Siapakah nama Fir`aun?
 
Siapa Fir`aun yang dikenal kejam dan berani mengaku dirinya sebagai tuhan itu? Fir’aun itu sebenarnya bukan nama orang, tapi sebuah gelar bagi raja-raja Mesir zaman dulu. Menurut sejarah, Fir`aun di masa Nabi Musa adalah Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II. Tapi, ada juga yang menyebutnya Minfitah.
 
Sebagian kisah terkait Raja Fir`aun yang menentang Nabi Musa, disebut-sebut Ramses II, bukan Minephtah. Tapi setelah diselidiki, ternyata Ramses II justru adalah seorang raja yang baik. Ia bahkan memerintah rakyatnya untuk selalu berbuat adil. Ia memerintah selama 68 tahun pada 1304-1237 SM. Sedang, anaknya, Minephtah, dikenal sebagai raja yang sangat kejam, lalim dan congkak. Dia itu yang menentang Nabi Musa dan bahkan berani mengaku sebagai tuhan. (berbagai sumber)