Jumat, 24 Mei 2013

Franck Ribery, Islam Memberi Kekuatan Di Lapangan Hijau



Bagi para pencinta sepakbola, Franck Ribery tentu bukanlah sosok asing terdengar di telinga. Gelandang penyerang asal Perancis yang kini bermain di klub Bayern Muenchen ini telah menorehkan banyak prestasi di rumput hijau. Di usianya yang ke-27, ia sudah mengoleksi banyak gelar di dunia sepak bola. Di tahun 2004 dan 2005, ia meraih gelar Fortis Piala Turki bersama Galatasaray. Kini ia membawa Bayer Muenchen ke final liga champion 2012.
Tahun 2005, ia mengantarkan Olympique Marseille dalam meraih Piala Intertoto. Kemudian Piala Liga Jerman bersama Bayern Muenchen di tahun 2007. Belum lagi Piala Bundesliga Jerman di tahun 2008. Ia bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik Perancis tahun 2007 dan 2008, di samping ia pun diberi gelar pesepakbola terbaik Jerman di tahun yang sama.

 “Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola,” ujar pemain sepak bola terkenal ini.
Memang, Perancis bermain kurang apik di perhelatan Piala Dunia di Afrika Selatan beberapa waktu lalu. Sejumlah kalangan menyayangkan tim Perancis sebagai armada yang pesakitan di laga tingkat dunia itu. Ribery, sebagai pemain tim Perancis, menyajikan permainan yang tak bagus. Namun, sosok Ribery masih tetap saja ada di hati para penggemarnya. Sejumlah pujian bersandar di pundaknya.
Pemain legenda Perancis, Zinedine Zidane, menyebut Ribery sebagai ‘Mutiara Sepakbola Perancis’.  Masyarakat Perancis memprediksi dia akan menjadi penerus sang legenda yang akan membawa kejayaan sepakbola di masa mendatang.
“Saya tidak tahu apakah saya layak sebagai pengganti Zizou (Zidane). Namun, jika semua orang berpikiran seperti itu, saya sangat bangga dan benar-benar tersanjung. Zizou adalah pemain hebat dan pribadi yang mengagumkan. Saya akan mengeluarkan semua kemampuan terbaik di lapangan dan berusaha ramah kepada semua orang,” tukas ayah dua anak ini, seperti yang dilansir Reuters.
Dilihat dari performanya, Ribery memang memiliki kemampuan mumpuni dalam menggiring dan menyuplai bola. Umpan silangnya kian yahud. Belum lagi aksinya dalam mengelabui lawan yang makin ciamik. Maka tak heran, Perancis patut menaruh harapan besar pada pria kelahiran 7 April 1983 ini sebagai bintang yang cemerlang di masa mendatang.
Tapi, tahukan Anda, bahwa Ribery adalah sosok pribadi yang berbeda dibanding beberapa tahun terakhir ini? Di tengah gemuruh aksi lapangan hijau, Ribery tak lupa mengadahkan kedua tangannya sebelum laga dimulai. Ada apa dengan Ribery?

Spirit Doa

Ya, Ribery ternyata seorang muslim. Ia berikrar memeluk Islam setelah bermain di klub asal Turki, Galatasaray, pada tahun 2005. Secara singkat, Ribery mengatakan, dia memilih agama yang dibawaNabi Muhammad tersebut karena dia menemukan kedamaian di dalamnya. Bagi dia, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan.
“Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan, dan saya menemukan Islam,” kata pria bermata biru ini.
Ribery memulai karier sepak bolanya dengan bergabung dalam tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian ia pindah ke tim Ales, Brest and FC Metz. Kepindahannya ke Olympique Marseille membawanya ke posisi pertama bintang sepak bola Perancis paling populer pada akhir 2005. Ribery terpilih untuk memperkuat tim Perancis pada Piala Dunia FIFA tahun 2006 yang digelar di Jerman.
Pada 2006 itulah, jati diri Ribery yang telah menjadi mualaf dan memeluk agama Islam terkuak dan menjadi pemberitaan di tengah pertandingan pembukaan antara tim Perancis melawan tim Swiss saat acara Piala Dunia 2006.
Ketika itu Ribery tersorot publik tengah menengadahkan kedua tangannya sebelum pertandingan dimulai. Ribery tengah berdoa, seperti yang dilakukan seorang muslim pada umumnya. Saat itulah, publik pencinta sepak bola terkaget-kaget dengan sikapnya itu. Namun, berkat kecemerlangannya dalam bermain bola, publik pun tak menghiraukan perilaku dan kebiasaan Ribery yang tergolong berbeda itu.
Rutinitas berdoa sebelum pertandingan itu akhirnya terkuak juga. Kabar Ribery masuk Islam menyeruak sejak awal tahun 2006. Kabar itu mula-mula dilansir L'Express. Majalah tersebut menyebut adanya pemain nasional Perancis yang secara teratur beribadah di masjid selatan Marseille.
Ribery pun akhirnya mengaku sebagai penganut Islam. Ia mengaku merasa menemukan kedamaian dalam agama Islam dan menjadi spiritnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tak terkecuali saat bermain bola.
Kendati aksi berdoanya di lapangan hijau menarik perhatian publik Perancis, Ribery tetap enggan mengemukakan keyakinan barunya itu secara terbuka. Ia mengatakan bahwa keimanan barunya adalah perkara pribadi, dan tak perlu diperbesarkan di hadapan publik.
Akibatnya, sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut bahwa perubahan keyakinan Ribery terjadi sejak ia bermain bersama klub Galatasaray pada tahun 2005. Ia membantu klub raksasa Turki itu hingga menang dan meraih Piala Turki. Semasa menetap di Turki, pemain kelahiran Perancis, 7 April 1983 itu dikabarkan kerap berbaur dan berdiskusi dengan komunitas muslim di sana.
Ada pula yang menyebutkan bahwa ia memeluk Islam lantaran peran istrinya, yaitu Wahiba Belhami, yang asli Maroko. Di sana, Ribery berkenalan dengan Wahiba yang kemudian ia persunting. Konon, Wahiba berperan besar menuntun Ribery mengenal ajaran Islam. Dari pernikahan tersebut, Wahiba dikaruniai dua anak, Hizsya dan Shahinez.
Kedua versi itu tak pernah dibantah atau dibenarkan oleh Ribery. Yang jelas, kepada majalah Paris Match, ia mengungkapkan bahwa Islam telah membawanya pada kedamaian dan keselamatan. “Islam menjadi sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan. Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Akhirnya, saya menemukannya dalam Islam,” ujar pemain yang dijuluki Scareface (Si Codet) ini.

‘Bilal’ Sepak Bola

Sosok Ribery sebagai selebriti sepabola tergolong jauh dari kata hura-hura. Ia dikenal oleh sahabat dan rekan satu tim sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan rajin melaksanakan shalat lima waktu, di manapun dan dalam kondisi apapun. Semenjak menjadi muslim, namanya pun ditambah menjadi Franck ‘Bilal’ Ribery.
Kata ‘Bilal’ yang melekat dalam namanya itu tentu bukan sekedar nama begitu saja. Ada makna penting di dalamnya. Bilal adalah tokoh penting dalam sejarah Islam. Dia adalah orang pertama yang mengumandangkan adzan, yaitu seruan untuk melaksanakan ibadah shalat.
Dalam sebuah wawancara dengan media di Jerman, Ribery mengaku rajin melaksanakan ibadah shalat. Sebelum pertandingan dimulai, ia tak lupa untuk melaksanakan shalat. Namun, demi menjaga toleransi, ia tak menjalankan shalat di ruang ganti stadion, melainkan di kamar hotel sebelum ia berangkat untuk bertanding.
“Saya tidak shalat di ruang ganti stadion. Saya hanya shalat di rumah atau sebelum pertandingan di kamar hotel,” ujarnya, menjawab pertanyaan wartawan Harian Jerman, Bild. Saat ditanya doa apa yang ia ucapkan saat pertandingan akan dimulai, Ribery hanya menjawab singkat, “Hanya doa-doa kecil dan singkat.”
Pada awal tahun 2009, Ribery dan teman satu timnya di Bayern Munchen, Hamid Altıntop sempat bertandang ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Perjalanan umrah yang ia lakukan tentu saja merupakan bagian dari ketaatan seorang muslim. Ia menunaikan ibadah umrah setelah babak pertama pertandingan persahabatan di Jeddah, Arab Saudi.
Keimanan dan kepribadian Ribery sebagai seorang muslim tampaknya tak perlu diragukan. Di tengah padatnya jadwal pertandingan, bapak dua anak ini tak pernah lupa dengan kewajibannya sebagai muslim. Ia senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Baginya, shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan.
Di Perancis sendiri, jumlah komunitas muslim terus membengkak. Perancis merupakan tempat tinggal 6-7 juta muslim, dan tercatat sebagai pemeluk muslim terbesar di Eropa. Namun, kebanyakan mereka menyembunyikan jati diri kemuslimannya karena kentalnya stereotip yang melekatkan muslim dengan terorisme.
Steve Bradore, aktivis muslim Perancis dari Organisasi Syuhada, mengaku salut padanya. Menurut dia, sudah sepatutnya publik Perancis merasa bangga padanya. Dia adalah contoh yang membanggakan muslim Perancis berdasarkan persembahan unik dan kesederhanaannya. “Dia adalah sumber kebanggan kami karena penampilannya yang khas dan kerendahhatiannya,” kata Steve kepada Islamonline.net.
Pria yang di wajahnya ada bekas luka karena kecelakaan mobil yang dialaminya waktu kecil itu, sudah dianggap sangat penting untuk pencinta sepak bola di Hollywood. Di sebuah surat kabar, ada sebuah komentar berbunyi: “Bayern Muenchen tanpa Ribery seperti sekelompok anak-anak tanpa ibu."
Claus Leggewie, sosiolog sekaligus Direktur Institut Ilmu Budaya di Jerman, menulis sebuah essai tentang fenomena Ribery sebagai pesepakbola dunia yang menjadi muslim. Menurut dia, ketakutan terhadap Islam merupakan keseharian Jerman sejak abad pertengahan, meski saat ini masyarakatnya sudah berada dalam situasi dan pendidikan yang lebih baik.
Fenomena berdoa dengan cara Islam yang dilakukan Ribery seharusnya tidak dibesar-besarkan. Dalam teori permainan sepak bola, kedua tim yang beradu di lapangan berlaku peraturan mutlak, siapa yang berhasil mencetak gol di gawang lawan, mempersiapkan atau mencegah gol di gawang sendiri, berhak berdoa menurut keyakinannya.
“Di dunia Barat, Islam memang kerap dipandang sebagai ancaman. Tapi ketika pesepakbola berdoa kepada Allah, itu menjadi pengakuan keyakinan yang dirayakan,” tulisnya. Karena itu, apa yang dilakukan Ribery, baik dia menjadi muslim maupun perilakunya yang selalu menengadahkan kedua tangan saat di lapangan hijau, itu adalah hak seorang pemain.[ ]
Foto: akimlinovsisa.wordpress.com
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar