Jumat, 24 Mei 2013

Christian Gonzales : Doa Istri Memberi Ketenangan Di Rumput Hijau


Siapa yang tak kenal dengan nama ini: Crhistian Gonzales? Ya, nama ini sangat populer sekali bagi bangsa Indonesia sejak setahun terakhir ini. Kiprahnya dalam persepakbolaan Indonesia membawanya masyhur dalam lintas generasi dan kalangan; dari anak kecil hingga kakek-kakek; dari pejabat hingga tukang becak; bahkan dari pengusaha hingga peminta-minta. Pendek kata, ia menjadi  selebriti dalam dunia sepakbola Indonesia kita.
Ini tentu tak luput karena pemilik nama lengkap Christian Gerard Alfaro Gonzales ini menunjukkan perfoma yang apik di kala bangsa Indonesia sedang menghimpun mimpi untuk menjadi juara di kancah Asia Tenggara. Meski, mimpi itu belum berbuah. Tapi, kegigihannya dalam membawa Timnas dalam Piala AFF 2011 membuat ratusan juta orang Indonesia bangga kepada dirinya. Padahal, ia bukanlah orang yang terlahir sebagai bangsa Indonesia.
 
Sosoknya kini menjadi idola bagi anak-anak. Namanya tertulis di ribuan punggung anak-anak yang senang mengenakan kostum Tim Garuda bernomor ‘9’:  Gonzales.
Christian Gonzales memang tergolong pemain sepakbola berprestasi. Semenjak merumput di Indonesia, berbagai prestasi ia peroleh. Di antaranya: ia meraih top scorer pada Liga Indonesia tahun 2005 saat bergabung dengan Persik. Setahun kemudian, secara berturut-turut, ia dinobatkan sebagai top scorer dua kali. Lalu, pada tahun 2009, saat ia bergabung dengan Persib, ia pun meraihtop scorer.
Gonzales adalah salah satu penyerang yang paling mematikan sepanjang sejarah kompetisi sepakbola Indonesia. Kemampuannya dalam menendang, mencetak gol, penempatan posisi, visi permainan, dan sundulan adalah andalannya. Di samping kemampuannya, ia juga terkenal memiliki fisik yang prima. Namun, pemain ini juga terkenal dengan kontroversinya.
Dalam catatan perjalanan sepakbola Indonesia, misalnya, Gonzales terkenal dengan sikapnya yang temperamental. Sejak pertama kali merumput di Indonesia tahun 2003, dia sudah mendapat hukuman dari Komisi Disiplin PSSI sebanyak lima kali karena perilaku kekerasan terhadap lawan dan pelecehan terhadap wasit.
Saat merumput bersama timnya di Sud America tahun 2000, ia pernah terlibat perkelahian dengan sesama rekan timnya sehingga ia dikeluarkan dengan status bebas transfer. Begitu juga pada tahun 2002 saat dirinya bergabung dengan tim Deportivo Maldonado, ia dikeluarkan lantaran terlibat perkelahian.
Di Indonesia sendiri, catatannya tak jauh beda. Ia memukul pengurus Persita Tangerang di Stadion Benteng tahun 2004. Pada putaran final Liga Indonesia 2006, Christian menanduk penyerang PSIS Semarang, Emanuel de Porras. Pada tahun 2007, dia meludahi wasit Hidayat ketika Persik Kediri dijamu Pelita Jaya. Di babak delapan besar Liga Indonesia 2007, dia berkelahi dengan bek Persija Jakarta, Herman Abanda.
Puncaknya, tahun 2008, Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman larangan bermain 1 tahun kepadanya karena memukul bek PSMS Medan, Erwinsyah Hasibuan. Dia mengajukkan banding ke Komisi Banding PSSI, namun bandingnya ditolak, dan Komisi Banding ikut menguatkan sanksi yang diberikan oleh Komisi Disiplin.
Namun, tahukah Anda, bahwa di tengah sifatnya yang tempramental itu, ia memiliki hati yang lembut. Bukan lantaran ia romantis, tapi lantaran ia memilih jalan hidup dalam pangkuan Islam. Bagaimanakah perjalanan dirinya hingga menjadi seorang mualaf? Siapa sajakah yang berperan dalam kehidupan keislamannya?

Tidak Dipaksa

Gonzales dilahirkan di Monteveido, Uruguay, pada tanggal 30 Agustus 1976 dari seorang ayah angkatan militer bernama Eduardo Alfaro dan ibu seorang suster di rumah sakit Montevideo bernama Meriam Gonzales. Orangtuanya adalah penganut Katolik yang taat. Mereka berdua mengajarkan ketaatan beragama kepada anak-anaknya, termasuk Gonzales.
Gonzales mulai suka dengan sepakbola pada usia 6 tahun. Sejak itulah, sepakbola menjadi dunia yang tidak terpisahkan dalam kehidupan pria yang dijuluki ‘El Loco’ (Si Gila) ini. Saat dirinya berusia 18 tahun, ia bertemu dengan seorang gadis asal Indonesia di Cile, Amerika Latin, pada tahun 1994. Namanya Eva Nurida Siregar. Gadis inilah yang kini akhirnya setia mendampingi hidupnya sebagai seorang istri.        
Sebagai penganut Katolik, Gonzales tentu menghadapi banyak kesulitan menjalani kehidupan rumah tangganya dengan Eva, yang menganut agama Islam. Namun begitu, setahun setelah pertemuan itu, mereka akhirnya menikah di Uruguay. Sejak menikah dengan Eva inilah, Gonzales sedikit demi sedikit mempelajari Islam.
Setiap kali pria yang memiliki tinggi badan 177 cm ini berangkat bertanding, Eva memanjatkan doa kepada Allah swt. Dalam berdoa terkadang Eva sengaja mengeraskan suara dengan harapan Gonzales dapat mendengarnya. Kebiasaan inilah yang membuat Gonzales mulai tertarik dengan ajaran Islam. Ia sendiri tidak akan beranjak pergi sebelum kekasihnya selesai berdoa. Karena dari doa inilah Gonzales menemukan kedamaian dan ketenangan yang selama ini tidak didapatkan dari agama yang dianut sebelumnya. Doa ini pula yang membuat dirinya semakin bersemangat dan optimis setiap kali bertanding di lapangan hijau.
Tahun 2002 Gonzales akhirnya bermain di rumput Indonesia dan bergabung dengan PSM Makassar.  Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, selama ini Gonzales hanya mengenal Islam melalui istrinya dan ini dirasa tidak cukup. Sekarang ayah dari empat anak itu bisa langsung menemukan Islam dari para penganutnya.
Eva kadang memiliki kebiasaan meletakkan buku-buku Islam di meja rumahnya. Tanpa disengaja, Gonzales kadang ikut membacanya.  Maka, tepat pada tanggal 9 Oktober 2003, Christian Gonzales memutuskan untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh Ustadz Mustafadi Masjid Agung Al-Akbar, Surabaya.
Eva sama sekali tidak pernah memaksa Gonzales untuk memeluk agama Islam. Kalau mau memaksa, mungkin dari dulu ia akan mengajak Gonzales untuk masuk Islam. Tapi, itu tidak ia lakukan. Itu adalah keinginannya sendiri. Gonzales akhirnya diberi nama Islam ‘Mustafa Habibi’. Nama ‘Mustafa’ diambil dari guru spiritualnya, Ustadz Mustafa, sedangkan ‘Habibi’, yang berarti  ‘cintaku’ diambil karena rasa cinta sang istri yang amat besar kepada Christian Gonzales.
Bagi Mustafa Habibi, Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan perdamaian. Islam mengajarkan pentingnya berdoa dalam setiap melakukan tindakan apa pun. Saat masuk rumah saja, seorang muslim harus mengucapkan salam, yang artinya mendoakan orang yang ada di dalam rumah tersebut. Bila mau makan, umat Islam dianjurkan untuk membaca basmalah. Pendek kata, setiap perilaku selalu ada unsur doanya. Karena itu, kata Gonzales, hatinya merasa tenang dan damai.
Keislaman Habibi dilegalkan di Kediri, Jawa Timur, dengan piagam mualaf dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat sekaligus melegalkan pernikahan antara Christian Gonzales dengan Eva Siregar. Mendengar anaknya menjadi seorang muslim, ibunda Gonzales ternyata tidak keberatan. Sang ibu, Meriam Gonzales, menerima dengan ikhlas agama yang dipilih anak tercintanya itu
Selama di Kediri, Gonzales membela Persik Kediri dan tinggal di perumahan Taman Persada. Rumah ini menjadi awal kehidupan baru bagi Mustafa Habibi. Islam telah banyak mengubah dirinya. Setiap tengah malam, ia terbiasa membangunkan istrinya untuk shalat Tahajud atau sekadar berdoa.
Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva selalu mengadakan pengajian yang dihadiri ibu-ibu sekitar rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian berlangsung, Gonzales selalu memperhatikan pengajian dan duduk di samping Eva atau terkadang duduk di belakang ibu-ibu pengajian.
Perjalanan karir pemain yang menjadi warga negara Indonesia lewat naturalisasi ini memang tergolong tidak selalu mulus. Berkat dorongan dari guru dan penasihat spiritualnya, sejak menjadi mualaf, Gonzales bangkit lagi dari keterpurukan dan terus menunjukkan kelasnya sebagai bintang lapangan.
Gonzales pun kemudian sukses meraih posisi top scorer pada musim kompetisi Indonesia Superliga 2009 bersama klub Persib Bandung dengan mencetak 14 gol. Pamor Gonzales bersinar lagi dan dipanggil untuk memperkuat tim nasional. Sejak itulah, Gonzales seakan telah menjadi ‘artis’ lapangan hijau yang digemari jutaan orang Indonesia.
Setiap hari raya Idul Fitri, Gonzales juga tak luput untuk melaksanakan shalat  Idul Fitri bersama istri dan anak-anaknya. Menurut Eva, dirinya dan Gonzales dulu pernah berniat untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2008. Namun, Allah berkehendak lain. Karena, uang yang dipersiapkan untuk pergi haji itu akhirnya terpakai untuk biaya persalinan istrinya yang tengah melahirkan anak keempatnya.
Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu membawa tasbih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai perbekalan. Ini dilakukan sebagai bentuk upaya dirinya agar senantiasa tenang ketika berada di lapangan sepakbola.
Gonzales juga punya kebiasaan unik. Hampir setiap kali menciptakan gol ke gawang lawan, ia sujud syukur. Bagi Gonzales, itu adalah bentuk rasa syukur ketika berhasil mencetak gol. Adakalanya ia juga mengangkat telunjuknya ke mulut seraya menengadah ke langit. Hal ini merupakan isyarat rasa syukur terhadap Allah yang Maha Esa. Mengangkat telunjuk ke atas sambil mengucap kalimatalhamdulillah adalah upaya dirinya untuk mensyukuri kemenangan.
Bahkan pada saat membela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi ini menggunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan Asmaul Husna. Angka 99 adalah angka keramat bagi umat Islam. Keramat karena angka itu merupakan kumpulan nama-nama Allah.
Dalam menjalani hidup ini, El Loco berusaha untuk tenang. Harapan terbesar dalam hidupnya adalah menyaksikan istri dan anak-anaknya senantiasa berada dalam keadaan yang sehat. Semoga!
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar